"Wanita bukanlah pakaian yang bisa kamu pakai dan kamu lepas semaumu. Mereka terhormat dan memiliki haknya"- Umar bin Khattab-
Perempuan. Makhluk ciptaan Al Khaliq yang mendampingi Pria. Sebagaimana Adam, manusia yang diciptakan pertama kali oleh Allah, tak bisa hidup sendiri. Al Khaliq pun menciptakan Hawa, sebagai pasangan Adam.
Dari semua sisi, wanita memang berbeda dengan pria. Baik segi fisik pun tentang tabiat dan kecenderungannya serta sifatnya. Tetapi tahukah kita, justru dengan perbedaan tersebut, dua jenis manusia ini akan saling terikat dan membutuhkan. Saling mengisi dan melengkapi. Maka salah jika sampai ada yang sesumbar "aku tak butuh lelaki" pun sebaliknya yang mengatakan "aku tak butuh wanita". Karena secara sunatullah, dua jenis makhluk Allah ini akan selalu saling membutuhkan. Sebagaimana hakikat penciptaan awal manusia di dunia. Ada Adam dan Hawa. Bukan Adam dan Paijo. Atau Hawa dan Suparti.
Dari bahasa kawi atau jawa kuno, perempuan disebut sebagai wadon. Secara istilah diartikan bahwa perempuan dititahkan di dunia ini sebagai abdi laki-laki.
Dari bahasa Jawa, perempuan terbentuk dari dua kata Jawa atau kerata basa. Wani dan Tata. Kerata basa itu dalam ilmu bahasa jawa mengandung dua pengertian yang berbeda. Pertama, Wani ditata, yang berarti berani atau maksudnya adalah mau diatur. Dan yang kedua, wani nata yang artinya berani mengatur.
Jika kita pahami, filosofi budaya Jawa itu sebenarnya kental dengan keagungan dan kehalusan. Menyebutkan sifat dan martabat dengan perumpamaan yang halus namun mengena dan dalam. Remaja jaman sekarang banyak yang tak paham dengan keluhuran budaya nenek moyang yang sebetulnya sarat makna dan pandangan hidup.
Bukan hanya budaya Jawa, namun budaya minang atau suku lainnya dengan pantun berbalas sebetulnya menyiratkan banyak pelajaran hidup. Tidak seperti remaja sekarang yang menganggap bahasa kasar penuh sarkas itu biasa dan tanda gaul, yang penting hatinya, katanya. Bukankah perkataan yang terucap merupakan cermin dari pikiran dan hati yang ada. Bayangkan jika putra putri kita lugas mengucapkan kata anj...r atau bac..t. Sungguh tak elok bukan?
Sejalan dengan filosofi kata wadon dan wanita, maka perempuan memang memiliki kewajiban untuk mau mentaati suami. Bersedia ber khidmat pada suaminya dan menjunjung suami sebagai qawwam. Suami adalah pemimpin yang membuat konsep dengan segala strateginya, perempuan sebagai istri sebagai perdana menteri yang menjalankan segala konsep dan strategi yang telah dicanangkan sang suami. Tentu saja dalam menjalankan roda rumah tangga dan mendidik anak jika sudah ada anak. Bahwa lelaki sebagai suami sebagai pekerja untuk mencari nafkah sekuat mungkin dan sang istri sebagai bendahara yang mengatur sebaik mungkin keuangan keluarga dari hasil kerja suami. Tak ada yang merasa lebih atau kurang. Masing-masing memiliki job description yang sangat jelas.
"Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma'ruf" (Quran Surah : 233)
Bahkan bahasa yang dipakai begitu gamblang dalam Al Qur'an tentang kewajiban seorang suami. Dan si istri sebagai wanita yang harus mau ditata pun memahami posisinya, bahwa menurut dan taat kala diperintah diarahkan suami suatu kewajiban selama bukan kemaksiyatan. Juga sebagai wadon, yang berkewajiban mengabdi pada suami, memberikan hak suami dan melayaninya dengan cara yang ma'ruf pula. InsyaAllah jika keduanya paham, tak akan ada badai kecil hingga besar sekalipun yang bisa mengkaramkan bahtera rumah tangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Story in Hospital 5 (Always Forever in Love)
EspiritualMenemukan pelabuhan hati di kehidupan dunia tentu saja harapan tiap insan. Bertemu dengan orang yang tepat dan di waktu yang tepat. Itu inginnya. Tanpa melebihkan pun mengurangkan tentang hakikat takdir. Asa yang selalu dilangitkan terjawab ijabah...