BAB 1 LANGIT DAN BUMI At the Beginning

17 0 0
                                    

Pada mulanya Tuhan menciptakan Langit dan Bumi.
Tuhan melihat keduanya baik di mata-Nya.
Maka itulah hari pertama.

Inilah kisah unik tentang sepasang anak kembar yang lahir di tanggal, bulan dan tahun yang sama, hanya berbeda waktu lima menit saja.

Sejak kecil mereka selalu menggunakan baju dengan motif dan warna sama, barang-barang dengan warna sama, mandi bersama, makan bersama bahkan tidur bersama. Sepintas semua terlihat sama seperti anak kembar pada umumnya.

Tapi sebetulnya ...

Mereka lahir dari orangtua yang berbeda.

Kebetulan saja :

1. Orangtuanya bersahabat karib sejak masa sekolah.

2. (Kebetulan saja) mereka tinggal bersebelahan.

3. (Kebetulan saja) dalam hati mereka berharap anak-anaknya berjodoh.

Tapi pada kenyataannya ...

Sama seperti langit dan bumi, mereka sungguh jauh berbeda baik dalam karakter, sifat dan segala hal. Hampir semuanya bertolak belakang.

Mereka adalah LANGIT dan BUMI. Dalam arti sesungguhnya.

BAB 1 LANGIT DAN BUMI

Tepuk tangan membahana di lapangan basket SMA Harapan Bangsa.

Bumi menghela napas, kepalanya tertunduk.

"Mi! Kembaran lo tuh!" colek Nerissa sahabat Bumi sejak Taman Kanak-Kanak.

Bumi semakin manyun, "Siapa yang kembaran? Enak aja!"

Teman-teman Bumi yang berdiri di sekitarnya mulai ikut-ikutan menepuk pundaknya. Kepala Bumi semakin tertunduk dalam. Untung saja tahun ajaran ini dia tidak sekelas dengan Langit. Lama-lama dia muak dikatakan kembaran Langit. Toh mereka memang betul-betul bukan anak kembar.

Hari ini di lapangan upacara, Langit kembali di elu-elukan, dia baru saja memenangkan Olimpiade Sains tingkat Nasional. Ya sudah, menang ya menang, gak perlu sampai dipuja-puja gitu kaliii...

Dengan kepala tertunduk, Bumi berjalan kembali ke kelasnya.

Tuk!

"Aww!" Bumi mengelus kepalanya.

"Jalan itu liat ke depan, bukan ke bawah! Aku beliin oleh-oleh buat kamu. Ambil ke rumah nanti sore."

"Anterin!"

"Ambil!"

Langit dengan pongahnya membalikkan badan, berjalan kembali ke arah kelasnya. Dia memasukkan kedua tangannya ke saku celana.

Bumi pun mendengus sebal melihatnya.

Sudah cukup! Tujuh belas tahun lebih dia menyaksikan kecongkakkan Langit yang selalu berada di atasnya.

Sudah cukup!

Sabar Bumi!

Sebentar lagi kuliah, goodbye Langit! Aku Bumi, mampu hidup sendiri tanpa Langit.

Bumi sudah muak selalu berada di bawah bayang-bayang Langit. Itu sebabnya Bumi diam-diam mengurus segala urusan kampusnya, sendirian. Tanpa sepengetahuan Langit.

Sendirian! Satu kata yang terdengar mewah di telinganya. Hanya dengan memikirkannya saja, bibir Bumi dengan sukses tertarik ke kanan dan ke kiri. Dia tertawa lebar, sampai tidak mungkin lebih lebar lagi dari itu.

Dia berharap waktu lebih cepat berputar, tidak perlu 24 jam terus setiap harinya, sekali-sekali boleh hanya 12 jam saja, setidaknya selama 2 kali dalam seminggu. Supaya bulan Juni bisa segera datang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 24, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LANGIT DAN BUMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang