"Jisung, ayo tidur."
"No!" Jisung kabur. Sayangnya Taeil berhasil mendapatkannya. "Papa! Masih mau lihat kartun!"
"Besok lagi. Sudah malam." Taeil menyeret Jisung ke kamar. Jisung meronta dan berakhir menangis keras.
Kalau sudah begini Taeil bingung. Dia lelah setelah live music di kafe. Dia ingin segera tidur. Taeil menurunkan Jisung di ranjang, lalu memperhatikan anaknya dalam diam. Taeil tak bersuara sedikitpun sampai Jisung kelelahan menangis.
Taeil memberikan air untuk Jisung. "Kenapa tidak mau tidur?"
"Aku masih lihat kartunnya. Seru." jawab Jisung.
"Iya, tapi sudah malam. Nanti Jisung kesiangan berangkat sekolah." tutur Taeil pelan. "Kartunnya juga mau tidur loh."
"Tapi kan kartunnya tidak berangkat sekolah. Tidak masalah kan? Yang penting Jisung bangun pagi." balas Jisung.
"Kata siapa Jisung akan bangun pagi?" tanya Taeil lagi.
"Kan Papa bangunin aku." kata Jisung lagi.
"Besok Papa mau bangun siang." Taeil menyibak selimut dan masuk ke dalamnya.
"Ah." Jisung kesal.
Taeil menepuk-nepuk sisinya. "Sini."
"Ih! Aku belum mau tidur." Jisung menyilangkan tangannya.
Taeil mengambil gitarnya. "Siapa yang mau tidur sih? Papa mau main gitar."
"Ikutaaaan." Jisung memberingsut ke arah Taeil.
Taeil mulai memetik gitarnya. Suara lembut mulai terdengar. Taeil memulai lagunya dengan lirik yang dihafal Jisung. Setelah beberapa lagu, Taeil mulai bernyanyi dengan lagu berbahasa inggris yang tidak diketahui Jisung. Jisung tetap mendengarkan ayahnya dengan terpesona. Sampai ia tertidur oleh alunan ayahnya yang menenangkan.
Taeil melirik anaknya di akhir lagu. Jisung tertidur di sisinya. Ditariknya selimut hingga menutupi dadanya. Tangannnya mengelus pelan kepala Jisung. "Selamat tidur, Nak."