Tok, tok, tok.
"Masuk!"
Cklek.
"Tuan muda, sarapan sudah siap" Pelayan itu membungkuk kepadaku.
"Oke. Aku akan segera turun"
Pelayan itu sekali lagi membungkuk seraya berjalan mundur menungguku di depan pintu. Apa yang kau tunggu, kau mengganggu pemandangan pagiku di depan pintu. Cih, aku berdecak kesal mendapati kisah dramatis yang pas dengan setting rumah ini. Dan lagi-lagi setelah aku turun dari tangga ke ruang makan, aku disambut keheningan yang sama selama aku hidup di bangunan tua nan megah ini.
"G'Morning Dad, G'Morning Mom" Sapaku dengan senyum cerah memaksa.
"Oh, my honey. Ayo sini, jarang sekali kita sarapan bersama. Bagaimana hari-harimu selama kami pergi keluar kota?" tanya Mommy yang baru aku sadari keberadaannya telah menghilang selama seminggu.
"Semuanya masih dibawah kendaliku" jawabku singkat.
"Hahaha.... That's my boy. Kemarin ibu membawakan oleh-oleh untukmu. Ta-da!!" Mommy menunjukkan isi tasnya. Sebuah gantungan handphone dengan berlian asli berwarna biru saphire.
"Thanks, Mom"
Ah, aku hanya bisa tersenyum seraya memeluk Mommy dan bercipika-cipiki dengannya. Mana mungkin aku menamparnya dan berkata "aku tidak butuh!" hehe... Sudahlah kembali ke kenyataan. Kami melanjutkan sarapan dengan atmosfir yang sama. Hening.
~
Sekarang aku berada dalam mobilku untuk berangkat sekolah. Daddy tidak mengatakan apapun selama sarapan tadi. Jadi aku tidak perlu memikirkan apa-apa di perjalanan. Jam sekolah masih terlalu awal untuk memulai pelajaran. Aku mengetahuinya bukan dari pukul berapa aku sampai di sekolah. Tapi, cewek-cewek di sekolah terutama kakak kelasku sudah mengerubuni mobilku.
"Pagi, Arga"
"Melihatmu pagi ini sungguh luar biasa"
"Nanti jam istirahat kita ke kantin yuk! Aku ingin menghabiskan waktuku bersamamu"
"Arga, Arga, mau gak nemenin aku ke perpus? Mau ya??"
Ha~h payah banget bujukan mereka. Tiba-tiba saja tanganku ditarik ke belakang.
"Pergi bareng sama aku aja, mereka berisik sih kalo sama Arga"
Suara cowok, dia penyelamat pagiku yang sial ini. Seharusnya aku sudah tahu kalau hari-hariku akan selalu sial.
"Yo, Arga!" Sapanya.
"Hari ini Arga akan main bareng aku. Jangan diganggu ya?!" Mukanya tersenyum tapi matanya enggak.
Aktingmu emang joss banget deh, Sandy. Aku mendengar kekesalan dan kekecewaan mereka saat meninggalkanku dengan Sandy.
"Sampai kapan kamu akan memegang tanganku?" ujarku sambil menghentakkan tanganku darinya.
"Uwah, Arga jangan ketus sama sobat sendiri dong! Hehe" Wajah sok polos kembali di mukanya.
Mungkin kalian menganggap sahabatku ini dekat denganku. Ya, itu memang benar adanya. Aku bertemu dengannya saat kedua orang tuaku memperkenalkan anak teman bisnisnya sewaktu kecil dulu. Tentu saja dia telah mengetahui sisi apapun dariku. Sandy Yanuar Rahdasyah adalah anak pengusaha dan pemilik rumah sakit ternama dengan tingkat popularitas di sekolah yang sama denganku, walaupun aku banyak mengunggulinya dalam bidang mata pelajaran maupun ketampanan. Oke, sekarang aku sombong dengan diriku sendiri.
~
Seusai pelajaran, Sandy ada keperluan untuk mengambil beberapa dokumen kelas. Tak heran para gadis ini sekarang mengelilingiku dengan tingkah yang ingin aku ladeni, membujuk dan merayuku untuk ikut bersamanya lalu berkompetisi memperebutkanku. Reaksiku sama sekali tak berubah, hanya tersenyum (terpaksa) melihat tingkah mereka. Tapi kalau aku tak bisa kemana-mana, maka aku akan mencapai batas dan meledak. Supaya itu tidak terjadi, aku akan meladeninya. Ok, Arga, stay calm.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love is Simple [BxB]
RomanceTak perlu ada perkenalan, kalian akan mengenalku dengan sendirinya. Akan kuceritakan kisahku yang dramatis dan ironi sekali yang dulunya membuatku tertawa, sekarang tidak. Pertemuanku dengan seseorang yang mengubah pikiran, perasaan dan hasratku. Se...