bab 1

18 6 3
                                    

Seorang gadis berambut panjang, sedang duduk melamun di kursi taman sendirian. Entah apa yang dia pikirkan saat ini, raut wajahnya begitu murung. 

Tiba-tiba langit menjadi mendung bersamaan dengan angin yang lumayan kencang, rintikan air pun turun namun gadis itu tidak beranjak dari kursi taman.

"Hey Lo, ngapain diem aja, buruan neduh." Kata laki-laki berseragam SMA itu kepadanya. Gadis itu pun tersadar, dan melihat ke arah pemuda tersebut.
"Ah, iya ini mau neduh kok." Gadis itu pun berlari mengikuti laki-laki tadi untuk mencari tempat meneduh.

Setelah sampai di warung terdekat, gadis itu membeli teh hangat, untuk menghangatkan tubuhnya. Laki-laki tadi pun juga ikut meneduh.
"Kamu gak pesan minum?" Tanya nya pada laki-laki itu.

"Enggak, gue gak ada duit. Duit jajan gue abis tadi disekolah." Jelasnya sambil tersenyum.

Gadis itu merasa kasihan karena dia terlihat sangat kedinginan, karena tidak membawa jaket.

"Oh gitu, gakpapa biar aku aja yang bayar. Teh anget juga gak mahal-mahal banget."

"Enggak usah, nanti ngerepotin. Kita juga kan gak kenal." Tolak laki-laki tersebut tidak enak.

"Yasudah, ayok kenalan. Namaku Sarah Azhari kalo kamu?" Tanya nya sambil mengulurkan tangan dengan wajah polosnya.

"Nama gue Fajar Pratama." Jawabnya sambil menjabat tangan gadis yang bernama Sarah itu.

"Oh Fajar, tapi aku mau panggil kamu Tama aja karena kamu temen pertama aku. Boleh?" Tanya Sarah, sambil memiringkan kepala. Lucu. Dia pun terkekeh kecil, karena melihat Sarah, yang begitu sangat menggemaskan.
"Boleh kok."

"Yaudah, kan sekarang kita udah kenalan. Berarti aku boleh traktir kamu teh hangat." Sarah pun memesan teh hangat, dan memberikannya pada Tama.

"Kapan-kapan kalo kita ketemu lagi, nanti gue yang traktir Lo." Ujar Tama sambil melihat kepada Sarah yang tengah minum.
Sarah mengangguk dan tersenyum kepada Tama.

"Lo gak pulang, hujannya juga udah reda?" Tama melirik kearah jalan yang basah, karena air hujan.

"Rumahku dekat kok, nanti tinggal lurus aja." Jawab Sarah sambil mengarahkan tangannya ke jalanan.
Tama pun mengangguk, dia pun mengambil sesuatu di dalam tas miliknya.

"Nih gue ada coklat, gak gue makan buat Lo aja." Tawarnya pada Sarah sambil menyodorkan kehadapan nya.
"Wah, beneran nih buat aku?" Tanyanya memastikan.
"Iya ambil aja, gue gak suka coklat. Jadi daripada dibuang mending gue kasih aja ke Lo."

Seketika mata Sarah berbinar, dia sangat begitu senang. Sarah pun menerima coklat itu, dan tersenyum kearah Tama.
"Makasih ya, Tama baik deh." Tama pun tersenyum, dan menepuk puncak kepala Sarah.
"Iya sama-sama"

🌬️🌬️🌬️

Setelah perbincangan tadi, Tama berpamitan duluan. Dia bilang ada urusan bersama temannya.

Akhirnya Sarah pun pulang ke rumahnya. Dia melihat rumahnya yang begitu sepi, seperti tidak ada penghuni dirumahnya.
Sarah pun masuk, hanya ada kesunyian yang ia dapatkan. Tidak ada sambutan dari ibu ataupun ayahnya, mereka sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.

Sarah masuk kedalam kamar, yang tak begitu luas. Dia berjalan kearah meja belajarnya, dan duduk terdiam.

Tok.. tok..tok

Suara pintu kamarnya diketuk, dari luar kamar. Tetapi Sarah hanya diam, tidak menyahuti ataupun membukanya.

Tok..tok..tok
Ceklek

Pintu pun dibuka, dan terlihat wanita paruh baya yang membawa makanan dan juga air minum.

"Neng  lagi belajar ya, maaf atuh bibi teh ganggu." Wanita itupun masuk ke kamar Sarah.
"Ah enggak kok bi, Sarah cuman baca-baca aja sebentar." Kata Sarah sambil tersenyum.
"Oh iya atuh, ini makanannya dimakan atuh ya." Dia pun menyimpan nampannya dimeja belajar Sarah.
"Iya bi, makasih ya." Sarah pun menggeser nampannya agar berada dihadapannya.
"Bibi ke dapur lagi ya, neng."

Setelah bibi itu keluar, Sarah kembali lagi terdiam sambil mengaduk-aduk makanan yang ada dihadapannya.
Ia menghela nafas panjang, dan memakan makanan yang dibawakan bibi.

drrrttt...
Benda pipih yang berada disamping tangannya bergetar, Sarah pun melihat siapa yang sudah mengirimkannya pesan.

Begitu setelah melihat pesan tersebut, Sarah tersenyum, dia mendapatkan pesan dari ibunya.

"Akhirnya aku bisa ngerasain sekolah, seperti anak-anak sebayaku. Dan bisa melihat langsung sekolahku seperti apa, aku juga akan banyak teman."

Sarah begitu senang, orang tuanya mengizinkan dia untuk bersekolah. Setelah lamanya dia belajar hanya di rumah, bersama guru yang di bayar oleh ayahnya.

Karena sudah sore Sarah pun membersihkan diri, dia akan menunggu ayah dan ibunya yang masih bekerja.

Setelah selesai mandi, Sarah pun keluar dari kamar. Ia melihat ada bibi yang sedang memasak di dapur.

"Bi lagi masak apa?" Tanya Sarah menghampiri bibi itu.

" Ini bibi teh lagi masak tumis kangkung sama tempe orek, kesukaan Eneng." Jawab bibi sambil melirik Sarah sebentar, dan melanjutkan masaknya kembali.

"Mau Sarah bantu gak bi?" Tawar Sarah kepada bibi.

"Gak usah atuh Eneng, ini juga udah mau selesai."

"Ya udah, Sarah ke depan dulu ya Bi." Pamit Sarah pada bibi.

Sarah keluar rumahnya, dia duduk di kursi sambil melihat ke sekeliling halaman rumah.

Langit sudah hampir petang, tetapi orang tua Sarah belum juga ada yang pulang. Sarah menghela nafas, sudah dia duga akan seperti ini. Dia terlalu berharap orangtuanya akan pulang lebih cepat, tetapi harapannya pupus sekarang.

Dia pun masuk ke dalam rumah.

****

Sekarang sudah hampir larut malam, dan kedua orangtua Sarah belum juga pulang. Gadis itu sedari tadi diam menunggu diruang tengah sendirian, bibi yang tadi pun sudah pulang karena dia tidak menginap.

Sarah sudah sangat mengantuk, tetapi dia ingin menunggu ibu dan ayahnya pulang.

Ceklek..

Suara pintu dibuka, seketika Sarah berbalik melihat siapa yang membukanya. Ternyata mereka yang sedang di tunggu Sarah-- ibu dan ayahnya.

"Loh kenapa belum tidur?" Tanya ayah Sarah-- Damar Azhari.

"Sarah nunggu ibu sama ayah pulang, kan tadi kalian bilang mau pulang lebih awal". Jawab Sarah sembari tersenyum kecewa.

Mendengar apa yang di katakan anaknya, orangtua Sarah kaget karena mereka melupakan janji dengan anaknya karena pekerjaan.

"Maaf sayang, ibu tadi lupa karena banyak banget pekerjaan di kantor". Ucap sang ibu-- Dwi sambil mengelus tangan Sarah.

Sarah hanya mengangguk dan tersenyum sedikit, ia merasa kecewa setiap apa yang ingin dia mau selalu terlupakan.

"Yaudah, Sarah mau tidur dulu. Selamat malam". Pamit Sarah sambil menunduk.











maaf jika ceritaku kurang menarik, karena ini adalah cerita pertama yang aku bikin.

kasih saran dan kritik yang baik, dan jangan lupa vote dan komennya

terimakasih sudah mampir ❤️

Sarah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang