4. J'adore🔞

46.2K 2.7K 1K
                                    

Warning!🔞Mengandung kekerasan, kata kasar, dan seks

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Warning!🔞
Mengandung kekerasan, kata kasar, dan seks. Yang masih dibawah umur harap di skip aja.

*****

"Arghhh... Jenhh, tolongh hah hah berhenti." Ucap Jaemin dengan nafas yang tersenggal-senggal.

Sekarang posisinya Jaemin sudah bertelanjang bulat dan tengkurap dengan tumpukan bantal ditaruh dibawah pinggang nya, agar pantat Jaemin menungging. Tangannya di ikat disisi kepala ranjang, dan kedua kakinya juga di ikat. Pipi pantatnya sudah sangat perih. Jaemin rasa ini sudah cambukan ke 23 di pantatnya. Jeno benar-benar kejam.

Plakkk

"A-ahh. Perih ngh." Jeno menampar pantat Jaemin dengan sangat kencang. Bercak darah dari cambukannya juga masih terlihat.

"Kau sangat berisik."

Jeno berjalan kearah lemari pakaian Jaemin, mengambil beberapa sapu tangan. menutup mulut Jaemin dan juga menutup mata Jaemin. Jaemin tentu saja memberontak, tapi mengingat kekuatan nya tidak sebanding dengan Jeno, dia mengalah.

"Kau boleh istirahat sebentar."

Setelah Jeno berucap itu, Jaemin mendengar suara langkah kaki Jeno yang menjauh. Tak lama dia bisa menghirup asap rokok dari arah balkon, pasti Jeno sedang merokok sekarang. Jaemin benar-benar tidak bisa diam saja dengan posisi seperti ini. Dia berteriak dan menggeliat berusaha melepaskan ikatannya. Suaranya tentu tidak jelas karena terhalang sapu tangan. Jaemin kembali berteriak, kali ini lebih kencang.

Terdengar suara langkah mendekat kearahnya. "Sialan. Kenapa berisik sekali!" Jeno melepaskan penutup mulut Jaemin.

"Kau ingin bicara apa ha?" Jaemin menciut. Hanya dengan mendengar suara Jeno yang terdengar sangat mendominasi tanpa melihat matanya saja sudah mampu membuat Jaemin meremang.

"Tolong lepaskan aku." Ucap Jaemin lirih dan sangat pelan.

"Bicaralah yang jelas, bitch." Setelah itu Jaemin merasakan dadanya panas seperti terbakar.

Ternyata Jeno mematikan puntung rokoknya yang masih menyala di dada Jaemin. Menekan-nekan rokok itu, membuat Jaemin melengkungkan badannya sambil menggeliat kasar karena perih di dadanya.

"Aaahhhh... P-perih Jenhh, hiks." Jaemin berteriak dan berakhir menangis. Dia sudah tidak kuat lagi menerima perlakuan kasar Jeno.

"Kau menangis?" Tanya Jeno sambil melepas paksa penutup mata Jaemin, melihat matanya yang sudah basah.

"Jangan menangis brengsek!" Jeno menjambak dan mencekik Jaemin.

My Pain! • NoMinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang