Terkadang keburukan orang lain terdengar begitu mudah dibagikan hanya dengan satu kali ucap.
Song Mino terdiam, tapi kepalanya memutar kembali deretan kalimat yang Lalisan ucapkan barusan. Sejenak ia mematung sampai kemudian satu tarikan pada bibirnya membentuk sebuah seringai.
Seringai halus. Lucu sekali hidup ini.
Bagaimana bisa seorang perempuan dengan tingkat populer luar biasa seperti Lalisa Manoban mengatakan hal-hal buruk seperti itu mengenai Bu Irene.
Walaupun semua yang Lisa ucapan sebetulnya memang benar. Mino dalam hati mengakui nya. Itu ... Sayangnya memang fakta yang tidak bisa dibantah. Hanya perempuan maniak yang akan menyewa seorang pemuda demi kepuasan nafsu dengan bayaran sepuluh juta won perbulan. Tidak ada yang harus dilakukan, hanya memenuhi hasrat sex nya yang luar biasa.
Mino paham sekali. Dan yang ia alami memang sesuai dengan ucapan Lalisa.
Jadi, ia tidak terkejut sama sekali mendengarnya.
"Kau ... Tidak terkejut? Atau shock barangkali?" Tanya Lisa, dengan wajah yang malah kaget. Terbalik, seharusnya Mino yang kaget kan? Tapi pria itu hanya menanggapinya dengan santai.
"Kenapa harus terkejut? Apa urusannya denganku?" Tanya Mino yang malah membalikan pertanyaan. Lalisa mengerjapkan kedua matanya.
Mati kutu.
"Bukankah oppa, menyukai Bu Irene?"
Mino tertawa kecil mendengarnya. Entah kenapa rasanya ucapan perempuan ini terdengar menggelikan ditelinganya.
"Siapa yang tidak menyukai Bu Irene? Semua pria juga kurasa menyukai ibu dosen itu, dia cantik .. Masih muda pula" Balas Mino lagi dengan tawa renyahnya. Mengabaikan satu tarikan alis pada wajah Lisa yang kini menyeringai dengan decihan sumbang diujung bibirnya.
"Kalian laki-laki, memangnya suka ya dengan perempuan maniak seperti itu?"
Pertanyaan Lisa kali ini rupanya telak mengenai benteng kesabaran Mino, pria Song itu sedikit menjengit sebelum akhirnya menarik seringai mati-matian menahan emosi agar gadis ini tidak melihatnya.
"Kau tahu darimana kalau dia maniak? Bu Irene maniak terhadap laki-laki, itu wajar. Manusia normal akan punya ketertarikan dan nafsu pada lawan jenis nya. Kecuali kalau dia tertarik padamu, itu yang tidak wajar" Balas Mino akhirnya, susah payah menahan semburan kekesalan begitu rupa.
Lalisa mendengus. "Jangan bercanda .. Kau fikir aku ini perempuan macam apa? Tentu saja aku normal, aku .. Hanya--"
"Hanya tidak menyukai Bu Irene kan? Kau .. Iri padanya ya?" Tebak Mino dengan wajah tengilnya.
Terserah kalau nantinya gadis ini akan marah ataupun murka padanya. Ia tidak perduli.
"Tidak! Tentu saja tidak"
Mino memandangnya sekilas lalu kemudian menyeringai, pria Song itu akhirnya menepuk kedua pahanya sebelum ia beranjak bangun, berjalan masuk kedalam resort meninggalkan Lisa yang kemudian mendecak sendirian diujung balkon.
"Aku tidak suka oppa dekat-dekat dengannya" Sahutnya dengan suara yang lantang.
Akhirnya.
Song Mino yang sudah sampai pintu kamar resort menghentikan langkahnya dengan bibir dikulum, sejenak ia kemudian menyeringai lalu melirik sekilas kearah Lalisa yang menatapnya dengan wajah merah membara.
Mino tahu gadis ini sudah melewati batasnya. Ia sendiri cukup terkejut dengan apa yang baru saja gadis ini ucapkan. Pasti butuh keberanian besar untuk mengakui sebuah bentuk perasaan. Setelah menatap sekilas kearah Lisa tanpa menjawab Mino memilih melanjutkan langkahnya. Berusaha menjauhkan diri dari mempermalukan Lisa tapi suara Lisa yang kembali terdengar sanggup membuat langkah Mino benar-benar berhenti.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHELTER [🔞]
FanfictionBijaklah dalam memilih bacaan. 🔞 no under age, hargai Author dengan cara menjauhi story ini kalau kalian tidak suka dengan konten dewasa or Anti NC Song Mino tahu, kalau Bae Irene hanya ingin memuaskan nafsunya. Ia sadar kok, mereka hanya saling me...