Apartemen Lionel adalah markas tidak resmi klub band Garda Bangsa. Semua gara-gara saat kelas sepuluh dulu, para senior memaksa Adam mencari satu basecamp untuk angkatan kelas sepuluh yang mendaftar klub band. Adam yang sebenarnya sangat anak mama itu tidak tahu apa-apa tentang tempat yang cukup besar dan akan memaklumi keributan yang ditimbulkan sepuluh orang anak angkatannya. Lionel yang masih memiliki dua rumah lagi tanpa berpikir panjang mengizinkan apartemennya digunakan.
Sampai akhirnya, para senior itu mengklaim apartemen Lionel sebagai tongkrongan orang-orang terpilih saja. Lionel tidak keberatan, toh dari mereka yang sering bolak-balik unit apartemennya, Lionel mengenal cara-cara baru untuk menghibur diri. Termasuk juga, daftar kenalan wanita yang terus bertambah panjang di ponselnya setiap minggu.
"Beuh, si Imelda makin mantep aja, dah. Gue dukung nih, cewek-cewek sekolah kita ikut olah raga ginian. Pada makin sehat, kan?" Prabu menggunakan dua jari untuk membesarkan sebuah foto di Instagram. Lionel yang menempati sofa di samping Prabu melirik layar ponselnya. Imelda, teman satu kelas Lionel, sedang memeragakan satu pose pilates di foto itu. Tentu saja yang menjadi perhatian para lelaki adalah pakaian serba ketat yang dikenakan Imelda.
"Si Imel gue lihat-lihat emang rajin nge-gym sama pilates dari liburan kenaikan kelas." Lionel mengingat pertemuannya dengan Imel kemarin sore saat gadis itu sedang mengenakan legging warna hitam untuk bersiap mengikuti latihan rutin Verzata, klub dance Garda Bangsa. Lionel menyeringai, "Her ass is getting fatter. Bless her."
Komentar Lionel memantik tawa dari semua lelaki yang berada di sana.
"Lo sekelas sama cewek semantep itu masih nyari di luaran, Yo?" tanya Agra sembari mengetuk-etuk putung rokoknya ke asbak.
"Lo tahu prinsip gue ..." Lionel terkekeh.
"Di Garda Bangsa kan Lionel punyanya Melisa, Gra. Tapi itu dua orang nggak jadian juga. Aneh banget, kan?" Adam melirik Lionel meminta penjelasan.
"Nyari di luaran tapi ceweknya Aldi. Jiah, bonyok kan dia!" Daniel, senior yang setahun lebih tua dibanding Lionel dan kawan-kawan, mengungkit kejadian yang menimpa Lionel di penghujung semester lalu. Semua orang menertawakan Lionel, sementara lelaki itu hanya mencibir.
"Iye. Inget gue, dia bilang nggak mau nikung cewek orang. Eh, sama Fatasya goyah juga iman lu!" Dimbo, senior lain, ikut-ikut mengompori.
"Udah, udah, gue khilaf waktu itu. Kagak lagi-lagi dah, gue nyamber cewek orang." Lionel berdiam diri sebentar dan mengedarkan pandangan ke mata-mata yang menatapnya penuh perhatian. "Ya, lain kali, gue bikin si cewek mutusin cowoknya dulu, lah."
"Anjir!" Umpatan dan tawa bercampur jadi satu di sofa ruang tamu apartemen Lionel.
Ketika tawa mereka mulai surut, Agra melempar pertanyaan lagi. "Eh, tapi gue perhatiin cewek lo di sekolah ketambahan satu sekarang."
"Oh iya, yang anak baru itu, kan? Anak beasiswa?" Prabu menoleh ke arah Lionel.
Lionel mengedikkan bahu. "Tugas dari Tuan Putri, biasa." Ia mengingat-ngingat kegiatannya selama tiga hari resmi menjadi siswa tahun kedua. Memang benar, ia selalu menghabiskan waktu istirahat berdua dengan Melisa dan Adara. Fikri sempat sekali bergabung bersama mereka, tapi tidak bertahan lama sebab lelaki itu tampaknya sudah memiliki dunianya sendiri bersama para jenius sains lain yang jumlahnya tidak sedikit di Garda Bangsa.
"Yang kecil banget itu? Gue lihatnya kayak anak SD, anjir. Paling nggak SMP, lah. Itu beneran kelas sebelas?" Daniel menahan tawa.
Lionel ingin membuka mulut, tetapi Adam memotongnya. "Gue kira juga gitu. Si ... siapa namanya? Adara, ya? Modelan dia kayaknya masih pake miniset ke sekolah."
KAMU SEDANG MEMBACA
A Mismatch So Perfect [COMPLETED]
Teen FictionAdara dan Lionel ibarat kutub utara dan selatan. Mereka begitu berbeda, selayaknya dua keping puzzle yang tidak akan pernah cocok menyatu. Seharusnya, Lionel tetap menjadi lelaki tampan dan populer dengan dunia tak terjamah oleh Adara. Semestinya, A...