Aku buruk banget ya Ley?”
Suara gua memecah keheningan yang sejak tadi memisahkan kami. Pertanyaan yang akhirnya keluar adalah pertanyaan yang mungkin sangat ingin gua tanyakan ke Leyra dari lama. Walaupun gua tau apapun yang sering Leyra katakan tentang mantan-mantan gua dan segala sikap gua terhadap hubungan asmara yang terjadi dua tahun belakangan, tidak ada maksud lain dari Leyra kecuali becanda.Setidaknya persepsi itu yang selama ini ada dalam kepala gua. Tapi belakangan, ada perasaan terusik setiap kali Leyra mulai mengungkit-ngungkit apapun yang berhubungan dengan masalah percintaan gua.
Setelah gua tanya apakah gue emang seburuk itu di mata dia? Leyra cuma naikin alisnya doang pas gua tanya gitu. Kemudian ketawa, karna dia pikir sikap gua aneh banget, apalagi dengan pertanyaan gua yang emang aneh sih.Kenapa gua butuh penilaian seorang Leyra yang sebenarnya kami dekat pun juga karna Maya sering ngajak dia ikut kalau kami berdua pergi. Jadi untuk apa juga gua butuh nilai baik dan buruk dari dia.
Setelah tidak lagi membicarakan pertanyaan gua yang nggak jelas tadi. Kami berdiskusi banyak hal tentang sosial media kedai kopi, yang rencananya akan dikelola oleh Leyra. Alasan gua kasih pekerjaan itu ke dia karna gua tau banget kalau pengalaman dia di bidang persosial mediaan emang nggak diragukan lagi.Hal tersebut sudah terbukti dengan akun instagram tempat etalase gambarnya sudah terkelola dengan baik. Ternyata Leyra punya banyak ide cemerlang, untuk membuat kedai kopi yang sudah berjalan hampir tiga tahun ini lebih baik lagi kedepannya. Dan melupakan pembicaraan sebelumnya yang mungkin tidak baik jika terus dilanjutkan.
Seusai berbincang banyak hal, tak terasa hari sudah terlalu sore. Kami berdua bergegas untuk turun, karna gua berencana mengajak Leyra untuk makan sesuatu yang sudah dari lama gua janjikan. Jalan turun ternyata jauh lebih cepat karna melewati jalan pintas, tidak lagi kembali ke jalan yang sama seperti saat naik tadi.Tempat makan yang kami kunjungi tidak berapa jauh dari gerbang gunung Padang, hanya warung kecil pinggir jalan dengan meja-meja dan payungan sederhana. Saat pesanan kami berdua datang, gua bisa melihat wajah sumbringah Leyra, wajah bahagia ketika melihat makanan.
Dia cewek pertama yang pernah gua kenal sedoyan itu makan, apapun menunya. Mie instan dengan potongan cabe rawit, kuah merah yang kental dan kepiting yang begitu menggugah selera memanggil kami untuk segera menyantapnya.
“Mas Rama bisa aja nemuin tempat makan yang enak,”
“Iya dong, lagian kalau nggak enak nggak bakalan ngajak kamu ke sini,”
“Ohh iya, kak Mia nggak marah kan Mas?”
Pertanyaan Leyra hampir saja membuat gua tersedak kuah cabe, untung saja masih hampir dan belum kejadian, gua nggak bisa bayangin rasanya gimana, karna makanan yang sedang gua makan ini benar-benar pedas. Setelah menelan seluruh makanan yang ada di mulut gua, barulah gua tanya. Kenapa Mia harus marah?
“Ya marah, kan Mas Rama pergi bareng aku,”
Mungkin selama dua tahun ini gua terlihat tidak begitu peduli tentang cewek-cewek yang dekat dengan gua merasa terintimidasi dengan keberadaan Leyra. Gua tau, dan gua paham semua ketakukan mereka akan itu. Walaupun tidak ada drama labrakan secara langsung dari mereka-mereka untuk leyra, namun tatapan mereka ke Leyra memang tidak pernah bersahabat.Dan, mantan gua Mia yang baru putus kemarin malam memang satu-satunya cewek-cewek gua yang paling berani untuk mewanti-wanti secara langsung, agar kami berdua menjaga jarak. Gue emang se brengsek itu selama ini, pura-pura tidak peduli dan tuli walaupun Maya adik gua udah sering cerita tentang itu. Gua pikir, selama Leyra fine-fine aja dan merasa tidak terganggu atas semua permusuhan sepihak dari cewek-cewek gua atau mantan-mantan gua, ya udah. Tapi hari ini, untuk pertama kalinya Leyra berani bertanya.
“Kami udahan, jadi kenapa dia harus marah?” Ucap gua santai.
“Oh ya?,,, Sejak kapan?”
Gua merasa janggal dengan balasan Leyra, sepertinya bukan hanya itu yang ingin dia tanyakan, gua merasa Leyra punya banyak pertanyaan lebih dari pada pertanyaan 'Sejak Kapan?'
“Tadi malam,”Leyra kembali melanjutkan makannya, dia emang paling sopan jika dijadikan teman bicara. Tau saat yang tepat harus bertanya dan saat yang tepat harus diam saja tanpa berkomentar.
Mungkin jika yang dihadapan gua ini bukan Leyra, pasti akan keluar pertanyaan seperti ‘kenapa putus?’ dan pertanyaan keingintahuan lainnya. Padahal, sekalipun Leyra bertanya bagaimana detailnya gua pasti jawab dan menjelaskan yang sejujurnya.
Satuhal yang baru gua sadari detik ini, dua tahun kenal Leyra, berkali-kali putus dengan perempuan untuk alasan yang hampir sama, dan gua baru sadar bahwa setiap kali gua putus orang pertama yang tau selalu Leyra.Terimakasih sudah bersedia membaca.
Ulya
KAMU SEDANG MEMBACA
Derana
Любовные романыDerana; Tahan dan tabah menderita sesuatu (tidak lekas patah hati, putus asa, dan sebagainya) Perjalanan perpisahan, kepergian dan kehilangan. Karna beberapa kesakitan hidup kadang kala memanglah guru kehidupan paling benar. Belajar untuk jalan lag...