HAPPY READING 📖
-----------------------------------------------
Xander memandang tak sedap sosok yang berjarak berapa meter dengan meja sebagai pemisah. Jika tak ada meja ini, mungkin ia sudah melayangkan bogemnya agar wajah sok tampan itu babak belur. Aura permusuhan memang keluar sejak Griss menghubunginya untuk berjumpa. Ralat, saat Griss menarik kerah bajunya pertama kali. Sekarang, permusuhan itu semakin membuncah saat Angel menangis tersedu-sedu tepat di sampingnya karena pria bermulut manis yang tak bertanggung jawab ini.
"Punya mulut? Bicaralah," ucap Xander sesinis mungkin. "Kalau kau hanya berdiam diri sembari memandangiku, lebih baik aku pergi."
"Di mana Angel?"
"Kau tanya dia di mana? Kenapa bertanya padaku? Angel istrimu, bukan istriku."
"Aku tahu dia pasti sudah menceritakan apa yang terjadi. Itu semua salah paham. Christine tiba-tiba menarikku, menciumku sebagai tanda perpisahan. Aku terkejut dan ... ternyata Angel melihatnya."
Xander berdecih. "Artinya hati Angel tahu kau akan berselingkuh lagi. Dasar tak setia. Kalau kau memang mencintainya, buat dia merasa dicintai! Selama ini apa yang dia dapat darimu? Tidak ada! Kau pikir aku tak tahu, hah? Kau membuatnya terluka selama empat tahun dan sekarang saat dia kembali kau mau membuatnya terluka juga? Kau egois! Kau menginginkannya bersamamu tapi kau terus-menerus membuatnya terluka seakan dia tak berharga. Berhenti melukainya atau aku yang akan melukaimu. Sudah cukup kau bersikap otoriter dengan memaksa kehendakmu, Sialan!"
"Itu karena aku belum mengatakan aku mencintainya! Kenapa kalian semua menyudutkanku?" Griss tak terima. Ia tahu ia salah namun kenapa tidak ada seorang pun yang paham kondisinya? Ia juga tersakiti. Ia juga membutuhkan waktu untuk menyatakan cinta dengan caranya. Kenapa penyudutan itu selalu datang seakan ia memang bersalah dan tak pantas untuk dimaafkan?
"Oh, selain egois, ternyata kau tidak menyadari kesalahanmu juga, huh?"
Griss terdiam sejenak. Entah kepada siapa ia bisa meluapkan apa yang ada di hatinya. Entah siapa yang akan mengerti. Sayangnya, ia juga tak butuh siapa pun untuk mengerti dirinya selain Angel. Hanya Angel, malaikatnya yang ia mau. Ia bergumam lirih, "Aku mencintainya. Aku mencintainya. Hanya saja aku belum mengungkapkannya karena menunggu waktu yang tepat."
"Semua waktu yang kau miliki tidak ada yang tidak tepat. Karena kau kebanyakan menunggu, waktu pun takut untuk bersamamu. Lihat apa yang terjadi, dia meninggalkanmu sebelum kau memberinya penjelasan. Dia berhenti berharap sebelum kau menyatakan cinta. Kau menyadari waktu tidak akan bisa diputar ulang, tapi tetap saja kau berlagak bodoh mengatakan menunggu waktu yang tepat! Dia di rumahmu, kau bisa saja mengatakan kau mencintainya setiap hari! Apa yang susah, hah? Apa kau meragukan hatimu? Kau ragu ternyata hatimu masih untuk adiknya, kan? Perempuan tidak membutuhkan hal-hal besar untuk membuatnya bahagia, Griss. Mereka hanya butuh kasih sayang dari pasangan. Semakin kau memperlambat waktu, kau akan menyesal."
Griss menatap nanar meja yang memisahkan jarak mereka. Tak ia elakkan, Xander benar. Angel membutuhkan kepastian dari semua perilakunya. Angel membutuhkan cintanya daripada rayuan semata. Ia salah memahami konsep kebahagiaan Angel. Ia pikir apa yang ia lakukan sudah cukup membuktikan bahwa ia membalas perasaan abu-abu Angel. Nyatanya, Angel ragu dan berpikir lain.
"Semua tentang Christine mendadak hilang. Semua tentangnya tak lagi membuatku bergetar. Aku mencintai Angel, bukan Christine! Aku salah! Aku ... aku tidak ingin dia pergi. Hidupku hanya untuk Angel!" Ia berteriak frustrasi. Bola matanya memerah, begitu kentara dengan kondisinya yang acak-acakkan. Dua hari tak menemukan Angel, ia pasrah dan berakhir menghubungi Xander dari nomor yang telah ia ambil di ponsel Angel saat istrinya sedang mandi. Tanpa Angel ketahui, ia sudah menyimpan nomor-nomor siapa pun agar bisa memantau kegiatan Angel saat di luar pemantauannya. Dan saat ia membutuhkan sosok lain yang mengenal istrinya, ia yakin Xander tahu keberadaan Angel.
"Kau benar-benar mencintainya?"
Griss mengangguk mantap. Ia sudah tak meragukan apa yang terselip di hatinya. Ia sudah tak meragukan lagi bahwa ia memang mencintainya dari raga maupun jiwa.
"Buatlah dia untuk tidak berhenti berharap karena saat harapannya hilang, kau pun akan tersingkirkan."
.
.
.
TO BE CONTINUE

KAMU SEDANG MEMBACA
No Reason Why ✅
Romance[NOVELET] Pertama kali publish : 12 Oktober 2020 Grisster Clark merasa bodoh karena tidak menyadari jantungnya berdegup untuk siapa. Dulu ia mencintai dan mengira untuk Christine Sullivan. Tapi semuanya berubah sejak kalimat itu menamparnya keras. I...