Jennie.Dengan malas menggiring sepasang kaki jenjangnya menyusuri koridor yang dikelilingi tiang-tiang marmer raksasa; tempat di mana ia menghabiskan mayoritas waktunya selama hampir dua tahun terakhir.
Hybe Private High School.
Sekolah elit yang dibangun, dirintis, dan masih dimiliki dan dikelola oleh tiga keluarga hebat-Holy Trinity mereka disebut.
Sejarah dengan lantang mencatat, bahwa pengajar jenius dan fasilitas terlengkap penuh kecanggihan adalah karakter dari sekolah ini. Tentu, hanya yang memiliki uang dan kekuasaan-mereka yang menduduki puncak teratas rantai makanan-yang bisa mengecap hebatnya pendidikan yang ditawarkan di sini.
Namun bagi Jennie, tempat yang begitu dibanggakan dan dielukan ini, semata hanya wadah para orang tua memberi makan ego, dan para anak mengais validasi.
Dan Jennie tak ingin membuat pikirannya runyam semata untuk mencari tahu pada kategori mana ia berada.
Langkahnya menjadi pusat perhatian. Semua mata tertuju padanya, memandangnya lekat, ia layaknya mangsa yang sementara dipindai para predator. Bukan pertama kali, karena sejatinya, tatap kagum dan bisik pujian adalah makanan sehari-hari baginya.
Di sini Jennie adalah primadona. Dengan wajah cantik, tubuh indah, otak cerdas, dan tentu saja, uang dan kekuasaan, ia dipuja layaknya dewi. Ditambah dengan fakta bahwa keluarga Kim adalah bagian dari Holy Trinity.
Semua orang ingin berteman dengannya, entah tulus atau pamrih, ingin akrab dengan seorang Kim Jennie yang adalah epitome kesempurnaan.
Namun Jennie terkenal sebagai pribadi yang dingin, cenderung apatis menurut segelintir orang. Namun kebanyakan menyebutnya berkarisma.
"Selamat pagi, cantik," sapa Chaeyoung penuh semangat kala Jennie mendudukkan tubuhnya di samping sahabatnya itu, setelah berhasil lolos dari ratusan pasang mata yang merenggut kenyamanannya.
Berbeda dengannya, Chaeyoung adalah gadis yang hangat dan periang. Senyum dan tawa tak lepas dari wajah jelitanya, respon untuk untuk hal-hal kecil sekali pun.
Memilih mengabaikan, Jennie menyibukkan diri dengan ponselnya. Membaca pesan selamat pagi dari sang kakak.
"Ada apa dengan wajah cemberutmu?" tanya Chaeyoungkhawatir.
"Hanya sedang membaca pesan dari kakakku," jawab Jennie tak ingin membuat kekhawatiran Chaeyoung semakin menjadi.
"Ah, kau pasti merindukannya." Pelukan hangat khas Chaeyoung diterima Jennie, pun usapan lembut pada punggungya, usaha sang sahabat untuk menenangkannya.
Melerai pelukan, gadis dengan suara unik itu kemudian meletakkan kotak makanan berisi buah-buahan yang dikeluarkan dari dalam ransel mahal rancangan desainer ternama. Keduanya mulai menikmati, menunggu kelas pertama yang akan dimulai beberapa menit lagi.
"Aku punya berita terhangat!" Nayeon-si ratu gosip-memasuki kelas, setengah berlari tidak sabar ingin berbagi.
Jennie benar-benar tidak peduli dengan gosip sekolah yang menurutnya murahan. Berbeda dengan Chaeyoung yang kini sudah membalikkan tubuhnya menghadap Nayeon, binar penasaran menghiasi matanya.
"Ada siswi baru nanti di kelas kita!"
"Hah, terlambat! Kami sudah melihatnya," sahut Daehyun dari belakang.
"Oh, si gadis kurus berambut pirang?" Sana menimpali tak kalah semangat.
"Aku dengar dia dari Thailand," sambung Momo.
"Tch, sumber kalian tidak ahli," Nayeon dengan sombongnya membalas, tak ingin kalah. "Dia memang dari Thailand tapi sudah dua tahun tinggal di Korea."
"Benarkah? Pantas saja gayanya sudah seperti gadis-gadis Korea."
"Tapi, sepertinya dia tidak seperti kita. Merek sepatu dan tas-nya terlihat murah."
"Iya! Kulit dan rambutnya juga terlihat jarang dirawat."
"Lalu bagaimana dia bisa sekolah di sini?"
"Pacarnya adalah salah satu dari Holy Trinity."
Kalimat itu lah yang menarik perhatian Jennie. Kini terdiam, meski mata masih lekat pada kotak makan Chaeyoung, telinganya penuh antisipasi dengan apa yang akan dikatakan Nayeon selanjutnya.
Siapa yang dimaksud Nayeon? Sudah pasti bukan kakaknya yang sedang berkuliah di Inggris. Jennie adalah orang pertama yang akan tahu jika kakaknya memutuskan untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Dan selama ini, kakaknya seakan tak pernah tertarik dengan gadis mana pun.
Jennie juga yakin yang dimaksud Nayeon bukan Park Jimin, yang sudah menjadi rahasia umum tengah berpacaran dengan Chaeyoung.
Berarti hanya ada satu orang.
Tapi rasanya tidak mungkin.
"Jeon Jungkook!" sambung Nayeon membuat semua orang terkejut. Tidak terkecuali Jennie.
Bohong jika Jennie tak terpengaruh setelah mendengar lanjutan gosip dari Nayeon.
Menurut Nayeon, keduanya sudah menjalin hubungan selama dua tahun. Bahkan Jungkook lah yang membuat sang pacar pindah ke Korea.
Tak pernah Jennie menyangka sang lelaki bisa seberani itu. Namun, siapa dirinya mengasumsikan sesuatu tentang Jeon Jungkook?
Hah. Jennie bergidik muak akan pertanyaan bodoh yang baru saja diproduksi otaknya.
Kelas menjadi hening saat Mrs. Park Bom masuk, dengan seorang gadis mengekori di belakangnya. Gadis kurus dengan rambut panjang lurus berwarna kuning, terlihat manis dengan senyum lebar dan mata besarnya.
Gadis yang beberapa saat lalu menjadi objek perbincangan seisi kelas.
"Semuanya, kalian mendapat teman baru. Ayo, perkenalkan dirimu."
Dengan malu-malu gadis itu membungkuk sesaat, kemudian tersenyum canggung.
"Perkenalkan, saya Lalisa Manoban. Panggil saya Lisa."
Oh. Lisa.
Gadis yang membuat Jennie ditinggalkan sang suami tepat di malam pengantinnya.
•••Terima kasih buat dukungannya ya!
Maaf belum bisa bales satu-satu comment kalian.
Tapi serius aku seneng banget masih ada yang nunggu book ini 🥺🥺
I love you all...
KAMU SEDANG MEMBACA
Clandestine Reality
Fanfiction⚠️ 21+ Mature Content Romance, Angst & Drama Kim Jennie & Jeon Jungkook Everybody has a secret. xx