·˚✎ 2'

1.5K 267 8
                                    

𝐌𝐞𝐦𝐚𝐥𝐮𝐤𝐚𝐧 . 𝐍𝐋

0:03 ──⊙──────── 4:03

 ↻      ◁  II  ▷    

   • 

♡   : ·  •

Awas, jangan senyum senyum sendiri.  Klik bintang pojok kiri sebelum membaca.❞


Happy Reading 🌿

Kedatangan keluarga Hasna disambut hangat oleh keluarga besar mereka. Satu persatu dari mereka yang lebih muda datang menghampiri Ayah dan Bunda Hasna untuk bersalaman. Namun, Hasna tak menemukan pemuda yang tadi ada di foto.

"Hasnaa...! sudah semakin cantik saja," ujar Eyang Kakungnya.

Hasna yang masih berdiri, celingukan mencari keberadaan Yusuf tersenyum malu, lalu langsung menghampiri eyang kakungnya dan mencium tangannya. Di sampingnya, duduk seorang wanita yang juga berparas indah, ibu dari pemuda yang tadi di carinya. Adik kandung dari ayahnya.

"Oya, oleh-olehnya di dalam mobil belum diturunin. Hasna, ini kunci mobilnya, ajak temen sana buat nurunin!" sang ayah mengulurkan kunci mobil ke arahnya.

Hasna menurut saja. Ia mencoba memanggil Bani, adiknya. Namun, Bani yang sudah pewe dengan posisinya bermain game, sepertinya tak mudah untuk di ganggu. Ayah Hasna memiliki dua saudara kandung. Satu perempuan, dan satu laki-laki.

Yang perempuan adalah Bibi Mira, ibu dari Yusuf dan Salma yang masih berumur enam tahun. Sedangkan yang laki-laki adalah Paman Hadi, ayah dari Amar yang juga sudah sepantaran dengan Yusuf, dan Amir yang usianya dua tahun di atas Hasna, atau dua tahun di bawah Yusuf dan Amar.

Ayah Hasna sendiri bernama Ahmad, anak tertua dari eyang kakungnya. Setiap lebaran hari kedua, mereka pasti akan berkumpul di rumah orang tuanya untuk menghabiskan waktu bersama selama tiga hari. Beruntung, eyang kakungnya yang sudah ditinggal oleh eyang utinya itu, masih hidup dengan keluarga Yusuf. Jadi, kalau dua keluarga lainnya sudah pulang, ia tak perlu merasa sendiri.

Hasna berjalan menuju mobilnya yang sudah diparkir di samping rumah. Ia membuka bagasinya dan menatap oleh-oleh yang sudah hampir memenuhi bagasinya. Termasuk dua koper berisi pakaian miliknya dan milik keluarganya.
Beberapa kardus yang sudah rapi diikat dengan tali rafia beragam warna sebagai pegangannya, ia turunkan perlahan. Tentu dengan usaha yang harus sedikit ekstra karena isi dalam kardus itu yang lumayan memakan tenaga.

"Mau dibawa ke dalam semua?" suara seorang pria di belakangnya yang sukses mengagetkannya.

"Kak Amar?" Hasna mengelus dadanya yang mulai berdebar kencang karena mengira Yusuf. Pemuda yang dipanggil Amar itu tersenyum.

Hasna mengulurkan tangannya, lalu mencium tangan Amar yang juga sudah terulur ke arahnya.

"Baguuuss, sudah cocok jadi istri sholeha!" godanya.

"Apaan sih?" Hasna menepuk lengan sepupunya.

Amar memang selalu bisa dekat dengan siapa saja, termasuk Hasna. Sifatnya yang periang dan suka menggoda membuatnya menjadi kakak paling favorit di antara sepupu-sepupunya. Maklum kalau diapun tidak tahu, bahwa sebenarnya hukum bersalaman dengan sepupu wanitanya itu sudah tidak boleh, karena dia sama sekali tidak pernah masuk ke pesantren seperti Yusuf.
Pengetahuan agamanya juga hanya sebatas yang wajib saja. Sholat, puasa, dan zakat. Walaupun dia tidak pernah masuk pesantren, namun sholatnya tidak pernah absen. Itulah yang membuatnya menjadi dambaan wanita-wanita muslimah di kampusnya. Konon katanya, ada yang sampai rela nungguin dia di musholla kampus hanya untuk memberi hadiah padanya. Sebuah sajadah, yang kini sudah menjadi milik Hasna. Kado itu malah langsung diberikan pada Hasna sepulang dia dari kampus. Tepat saat Hasna baru akan masuk ke pesantren.

Rahasia [REPUBLISH ; SUDAH DI TERBITKAN] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang