6 - Accused

1.9K 298 99
                                    

Sangat jarang menemukan keramaian pada lobby di mana bulletin board dipasang, tapi pagi ini ratusan siswa berkumpul di sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Sangat jarang menemukan keramaian pada lobby di mana bulletin board dipasang, tapi pagi ini ratusan siswa berkumpul di sana. Mereka sedang mengamati layar digital besar yang terpasang dengan seksama sambil berbisik-bisik.

Jennie tak peduli. Ia langsung berjalan menuju kelasnya.

Tentu saja kelasnya kosong. Seisi kelas ikut meramaikan apa pun yang berlangsung di lobby. Chaeyoung pun tidak ketinggalan. Jennie menerima pesan dari sahabatnya itu, bahwa ia sedang di sana.

Memeriksa lacinya, Jennie terkejut menemukan sesuatu yang asing. Sesuatu yang bukan miliknya.

Sebuah buku kecil berwarna kuning dengan gambar kucing pada sampul depannya.

Mungkinkah milik Chaeyoung?

Ternyata tidak saat Jennie membuka lembar pertama, dan menemukan nama seseorang di sana.

Lisa.

Jadi ini diari Lisa yang hilang?

Tapi diari itu tidak ada di laci Jennie kemarin, Mrs. Lee juga sudah memeriksanya.

Apakah Chaeyoung yang mengambilnya?

Jennie berdiri, memutuskan untuk mengembalikan diari Lisa sebelum semua orang kembali.

Namun terlambat, karena Somi tiba-tiba sudah berdiri di depannya.

"Aku tau kau adalah gadis yang tidak punya hati dan tidak peduli pada orang lain disekitarmu, tapi aku tidak menyangka kau sejahat ini."

Plak!!!

Satu tamparan tidak terduga diterima Jennie. Terlalu keras ia merasakan pipi kirinya kebas.

"Berhenti mengganggu Lisa!"

Dan Somi meninggalkan Jennie sendiri, masih terdiam dengan pipinya yang sekarang sungguh sangat perih.

Ia benar-benar tidak tahu apa-apa.


•••



Aku sadar aku tidak pantas di sini.

Sekolah ini bagus, mewah dan berkelas. Tidak cocok dengan gadis miskin sepertiku.

Miskin dan yatim piatu.

Semua teman sekelasku membenciku. Mereka secara terang-terangan menunjukkan ketidaksukaan mereka padaku. Bahkan dengan bangga menghinaku.

Gadis cantik itu juga.

Namanya Jennie.

Sekalipun jarang tersenyum, tapi senyumnya sangat cantik saat ia berbincang dengan gadis berambut merah bernama Rosie.

Ia begitu dingin, bukan hanya padaku tapi pada semua orang.

Tapi orang-orang tidak membencinya. Mereka menyukainya dan memujanya.

Jennie seperti matahari, semua berpusat padanya tanpa disadari. Terpukau akan cahayanya.

Tapi saat aku mengajaknya berkenalan, ia menolakku.

Kukira Jennie berbeda, ternyata ia sama dengan yang lainnya.

Jennie mengabaikanku, bahkan tidak berkata apapun saat yang lain jahat padaku.

Ternyata Jennie bukanlah matahari, cahayanya tidak menghangatkan.

Ia terlalu dingin.

Dan jahat.

Aku membenci Jennie.

Bukankah orang yang berdiam diri melihat orang lain di-bully lebih kejam dari para pem-bully?

Itulah Jennie.

Aku sangat membencinya.

Isi diari Lisa terpampang nyata pada layar digital di depan Jennie.

Ternyata ini yang ramai dilihat orang tadi pagi.

Hari ini Lisa tidak masuk. Padahal ini baru hari ketiganya.

Semua orang bertingkah seakan tidak ada yang terjadi. Teman kelasnya bahkan menanggapi bahkan saat Mr. Kang bertanya.

Semuanya tak peduli.

Jennie juga. Ia hanya penasaran dengan apa yang dikatakan Chaeyoung mengenai keramaian tadi pagi. Karenanya, saat bel pulang sekolah berbunyi, ia menyempatkan diri untuk ke sini.

"Kau puas?"

Bambam. Sahabat Jungkook, juga orang yang menolong Lisa pada hari pertamanya.

Jennie memilih tak menjawab, hanya menatap datar lelaki yang terlihat begitu murka di depannya.

"Kau yang melakukan ini pada Lisa, 'kan?"

Jennie tetap tak ingin menjawab. Biarkan Bambam dengan semua asumsinya.

"Semua orang di sini memang tertipu dengan wajah cantikmu, tapi kau tidak bisa membohongiku. Kau rubah yang licik yang ingin merusak kebahagiaan orang lain. Lisa hanya ingin bersekolah dengan nyaman di sini, kenapa kau membiarkan orang-orang membully-nya?"

"Kau saja yang membantunya," Jennie akhirnya membalas. Wajah datarnya terlalu dingin, seperti biasa.

"Hah?"

"Untuk ukuran teman kau terlihat begitu peduli. Pacarnya saja tidak melabrakku seperti ini."

Bambam terkejut dengan ucapan dingin Jennie.

"Kau..." Bahkan tak bisa melanjutkan ucapan Jennie.

"Aku pergi. Dan Bambam, terima kasih sudah menganggapku cantik."

Jennie mulai melangkahkan kakinya, tak ingin memberi makan ego Bambam dengan meladeni kemarahannya. Tapi kemudian, Jennie mendapati tubuhnya tersungkur dengan kedua lututnya mencium lantai.

Bambam baru saja mendorongnya.

Perih dirasakan Jennie pada kedua lututnya, darah mengalir ketika ia mencoba berdiri.

"Gadis jahat pantas mendapatkannya," ucap Bambam sebelum mendorong tubuh Jennie lagi.

Kali ini dorongan Bambam terlalu kuat sehingga tubuh Jennie membentur tembok.

Sakit merambat, Jennie yakin akan ada lebam besar bersarang dipundaknya nanti. Jennie menelan ludah menahan sakit.

Bambam sudah sangat keterlaluan.

Bambam sudah sangat keterlaluan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





•••


Double update!

tell me bout this story so far.

Clandestine RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang