Xiaojun cemberut. Disaat anak-anak lain sibuk pamer kostum dan hiasan di tubuh mereka, Xiaojun malah di pojok. Diam tak berselera.
Anggota sanggar cilik milik Winwin akan lomba. Xiaojun masuk ke dalamnya. Dia akan menjadi pemeran pendukung.
Padahal Xiaojun mau jadi pemeran utama. Dia sampai menangis kencang di rumah.Winwin tetaplah Winwin. Penilaiannya objektif. Anaknya belum layak untuk menjadi pemeran utama.
"Lapar?" Winwin mencubit pipi anaknya.
Xiaojun diam. Kali dia cemberut sambil menunduk. Malas melihat papanya.
Winwin menyengir. Dia malah menggendong Xiaojun. Xiaojun tadinya meronta marah, tapi lama-lama dia menangis di bahu Winwin.
"Papa jahat!" isak Winwin.
Winwin membawa Xiaojun ke suatu titik. Di titik itu, mereka bisa melihat anak sanggar lain yang sedang tampil. Ada yang jadi putri, pangeran, pohon, bahkan rumput.
Winwin memutar tubuh supaya Xiaojun mengarah ke panggung. "Xiaojun, lihat."
Xiaojun mendongak. Dia tidak tertarik. Dia terisak.
"Xiaojun, dengar Papa. Di panggung itu, pangeran menunggu burung yang akan datang untuk bernyanyi." Winwin bersuara. "Bayangkan loh. Anak yang jadi pohon harus berdiri sementara pangeran hanya berbaring di bawah pohon. Anak-anak yang jadi burung harus menyanyi sambil berkeliling panggung."
Xiaojun mendongak. Kali ini sudah lumayan tertarik. Winwin semakin ingin menyemangati anaknya.
"Pohon dan burung lelah loh, tapi bayangkan. Tanpa mereka, pangeran tidak bisa tidur di bawah pohon, pangeran sedih tidak mendengar nyanyian yang bagus." jelas Winwin. "Tidak semua orang bisa jadi pemeran utama, tapi bukan berarti mereka buruk. Asal Xiaojun sungguh-sungguh dan tulus, peran apapun akan cocok untuk Xiaojun. Xiaojun tidak berbeda dengan pemeran yang utama. Sama-sama bagus."
"Berarti Xiaojun bagus, Pa?" tanya Xiaojun.
"Ya iya dong, Sayang. Kalau jelek sih sudah Papa suruh jaga rumah, tidak usah ikut latihan." ucap Winwin.
Xiaojun menatap Winwin. Winwin tersenyum. Winwin mengecup lembut pipi anaknya. "Xiaojun the best."
"Papa tetap sayang Xiaojun kan? Walaupun menari di belakang?" tanya Xiaojun.
"Mau Xiaojun di belakang, di depan, di luar, di dalam Papa sayang Xiaojun. Paling sayang Xiaojun." ucap Winwin mantap.
Xiaojun memeluk leher Winwin. "Terima kasih, Papa!"
"Sama-sama." balas Winwin senang.
"Kalau begitu, besok-besok Xiaojun dapat peran utama ya?"
Winwin berkedip. Bingung.