Bencana?

179 89 144
                                    

“CONGRATULATIONS TO DAISY ARICE NOVA AND ALUNA ARUZI ON WINNING THE GOLD MEDAL IN THE MATH COMPETITION NATIONAL.” Begitu bunyi spanduk besar yang dipasang di depan gedung sekolah. Para murid sudah melihatnya dalam dua bulan terakhir.

Sekolah itu terkenal sangat sukses meluluskan alumni siswa terbaik. Paling tidak setelah lulus para siswa pasti diterima di Universitas Negeri di negara ini. Bahkan anak kelas 14 di tiga tingkat sudah pasti sukses di bidang masing-masing. Gedung enam lantai yang menjalar pada ratusan hingga ribuan hektar dengan fasilitas lengkap itu selalu menjadi sekolah incaran para siswa SMP yang akan melanjutkan pendidikan SMA. Ingin masuk sekolah ini? Mudah saja, asal kamu punya sertifikat kejuaraan, atau nem yang mencukupi, dan lolos ujian pasti mudah. Syarat lainnya adalah kamu harus punya uang.

Ada satu kekurangan sekolah enam lantai ini; tidak memiliki lift. Bagaimana mungkin kita dalam lima hari seminggu bolak-balik menaiki tangga?

Setidaknya itu yang selalu dikeluhkan Fuschia setiap hari. Seorang siswi kelas unggulan, kelasnya berada di lantai paling atas. Lantai enam. Layaknya kasta Brahmana, kelas unggulan selalu berada paling atas.  Diunggulkan dalam hal apapun. Mulai dari fasilitas, maupun hal lain. Para TOP 15 siswa kelas unggulan diberikan sebuah kartu yang bisa digunakan sebagai pembuka akses apapun. Transpotasi gratis, jaminan kesehatan, atau tiket untuk menghadiri perayaan resmi.

Sudah di lantai keempat, Fuschia berhenti sejenak. Kelelahan, tangannya memegang setumpukan buku dari perpustakaan. Tadi Aluna meminta tolong padanya mengembalikan buku sekaligus meminjamkan buku di perpustakaan karena dia sedang sakit perut. Dengan bayaran pekerjaan rumah matematika langsung beres  sekembalinya Fuschia dari perpustakaa. Menarik, bukan? Fuschia menghembuskan napas, bahkan saat sakit perut pun, Aluna selalu memikirkan belajar dan belajar.

“Ayo semangat, sedikit lagi sampai!” Fuschia menoleh ke kiri. Menatap Leader School Union atau MPK itu dengan kelelahan luarbiasa. Ketua MPK itu, Feliz, dia selalu ramah pada semua orang. Semua pejabat sekolah itu harus ramah. Maka rada sulit bagi orang pendiam terpilih jadi salah satu pejabat sekolah “Mau dibantu?” Feliz bertanya, mengambil separuh buku di tangan Fuschia. “Pasti punya Aluna.”

Feliz berkata demikian karena tahu Fuschia tidak mungkin membaca buku-buku sains super tebal seperti ini.

Mereka mulai menaiki tangga, tangan Fuschia sedikit ringan. “Iya, tadi dia minta tolong ke gue balikin bukunya ke perpustakaan. Dia lagi sakit perut.”  Fuschia berkerut, bagaimana Feliz tahu? “Kok, Kakak tahu?”

Ada raut tidak enak dari Feliz. Cowok itu berpikir apakah Aluna sakit karena tidak sempat sarapan di rumah?

“Schia, maaf ya, saya harus pergi dulu sebentar.” Tepat di ujung tangga lantai keenam, Feliz mengembalikan buku-buku tebal itu ke atas tumpukan di tangan Fuschia kemudian berlari ke bawah. Gadis itu melanjukan perjalanan ke kelas setelah mengendikkan bahu tidak mengerti apa yang membuat cowok itu tergesa-gesa.

Sementara di kelas 10 MIPA UNGGULAN. Aluna semakin meremas perutnya yang terasa perih. Magnya kambuh. Matanya masih dipaksa terbuka lebar untuk membaca kalimat demi kalimat yang ada di buku, tangannya kirinya mencengkram pena, baru saja selesai mengerjakan pekerjaan rumah punya Fuschia.

Pasti ini karena semalam melewatkan makan malam karena ayahnya tidak menyediakan nasi atau sedikit lauk, Aluna juga tidak sarapan karena tidak ada secuil beras tersisa. Dia tidak punya uang, ayah sudah berangkat bekerja sejak fajar hari tanpa meninggalkan sepersen pun uang untuk sekedar makan roti warung, dia tidak enak meminta uang pada kakaknya. Kakaknya ada les malam hingga dia pasti sudah makan di luar.

Aluna semakin pusing, matanya memejam, semakin meremas perut. Sakit, diikuti rasa mual yang sekuat tenaga dia tahan. Bisa saja ia ke kantin dan menggunakan suncard untuk makan. Tapi dia tidak bisa berjalan ke kantin.
Cetta, gadis itu menghampiri Aluna yang terlihat kesakitan. Cetta memberinya croissant yang dibawakan mama setiap hari.

Sunflowers In The Grass (tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang