"Kids, listen."
Yangyang dan Hendery yang sebenarnya kebingungan langsung fokus pada Ten. Mereka melupakan pertanyaan perihal tempat apa ini. Mereka juga enggan bertanya. Kalau sudah begini mereka serius.
Ten berlutut di hadapan kembarnya, tepat di sebelah tempat sampah. Mereka ada di lorong yang gelap. Seorang pria yang tinggi berdiri tidak jauh dari Ten.
"Papa akan bekerja. Selama itu, kalian harus menurut pada paman ini." Ten mendongak. "Namanya Paman Kai."
"Hai, Paman." sapa Yangyang lebih dulu.
"Jangan kemana-mana tanpa izin Paman Kai. Tutup mata kalian sekarang dan jangan lepas ini sampai Papa dan Paman Kai yang lepas." Ten memakaikan airpods ke telinga Hendery sementara Kai ke telinga Yangyang.
Malam ini, pengasuh Yangyang dan Hendery tidak bisa menjaga. Ten tidak bisa semudah itu membatalkan show. Apalagi dia Angel di bar. Ten kalang kabut.
Dibantu bouncer yang baik hati, Kai, Ten berbicara pada pemilik bar. Meskipun dengan ancaman resiko ditanggung sendiri, Ten diizinkan membawa Yangyang dan Hendery. Beruntung ada Kai yang mau menjadi pelindungnya.
"Sulit ya menjadi single parent?" Kai memandangi Ten dan kedua anaknya yang terpejam sambil semangat mendengar lagu anak-anak. Mereka tidak boleh mendengar musik bar.
Ten tersenyum miring. "Mereka menyenangkan kok."
Ten sampai di suatu ruangan. Ia melepaskan airpods Yangyang dan Hendery. "Papa harus bekerja. Patuh pada Paman Kai."
"Ok!" jawab mereka semangat.
Ten buru-buru keluar. Dia bersiap di ruang lain. Beruntung dia sudah berdandan di rumah. Si kembar sudah terbiasa. Mereka tidak heran kalau Ten berubah menjadi dragqueen.
Ten tampil selama setengah jam penuh, lalu pergi ke kamar anak-anaknya. Ten bersyukur mereka berdua terlelap. Kai sedang mengusap Yangyang.
Ten baru akan memuji Kai ketika ia terkejut melihat Hendery. Kai buru-buru menjelaskan. "Tidak ada boneka di sini, jadi ya kuberikan saja kantung kain sumpalan dadamu untuk dipeluk Hendery."
