"Ada apa?"
Taeil menghampiri anaknya yang menangis. Kebetulan dia baru menjemput anaknya. Jisung sedang bermain bola, lalu tiba-tiba dia menangis.
"Jisung tadi tidak jadi memasukkan bola ke gawang." jelas temannya.
"Oh ya?" Taeil bertanya.
"Iya, Paman." teman Jisung mengangguk. "Jisung, ayo main lagi."
Jisung diam. Dia marah. Taeil berkata. "Main dulu tanpa Jisung ya."
"Ok, Paman!" teman Jisung berlari.
Taeil menggandeng Jisung ke tepi lapangan. Dibiarkannya Jisung diam. Setelah beberapa menit Taeil memberanikan diri bertanya.
"Mau cerita?"
"Jisung kesal! Masa bolaku direbut." Jisung protes.
"Yang rebut bajunya biru atau merah?" tanya Taeil.
"Biru." jawab Jisung.
"Baju Jisung biru juga. Berarti teman Jisung." kata Taeil.
"Iya. Makanya jahat banget!" Jisung cemeberut.
Taeil terkekeh. "Gak jahat ah."
"Kok gitu?" Jisung tidak sepakat dengan Taeil.
"Jisung, tidak masalah loh kamu tidak memasukkan bola ke gawang." kata Taeil.
"Tapi Jisung tidak jadi keren." Jisung murung.
"Kata siapa? Jisung tadi membawa bola sampai ke dekat gawang kan?" tanya Taeil.
"Iya. Terus diambil." jawab Jisung.
"Itu keren banget. Tanpa kamu bolanya pasti masih jauh. Bisa jadi tim kamu malah kalah." jelas Taeil.
"Tapi bukan aku yang goal." Jisung masih sedih.
"Jisung, tanpa kamu dia gak bisa masukin bola ke gawang. Tim kamu gak menang." tutur Taeil. "Karena kamu loh timmu menang. Kamu jago bawa bola ke gawang. Kalau tim kamu menang, kamu menang juga gak?"
"Menang." kata Jisung.
"Nah. Tidak masalah kan?" Taeil mengusap air mata Jisung. "Itu namanya kerja tim. Menang bersama-sama. Jisung buat orang lain menang."
"Aku keren dong?" Jisung mulai tersenyum.
Taeil menjawab cerah. "Iyalah!"