Cukup sulit dengan yang namanya mengungkapkan.
Perjalanan mulai kembali meninggalkan jejak.
Jejak yang tak lagi akan disinggahi.
Jejak yang nantinya hanya bisa dikenang.Aku berterima kasih.
Terima kasih karena telah memilihku.
Terima kasih karena telah melangkah bersama ku.
Dan terima kasih karena tak menyerah kemarin.Harapan selalu ku rapal dengan indah.
Bersama senyuman yang tak akan luntur meski senja telah datang.
Aku kembali menetapkan hatiku.
Padamu, ya padamu wahai rembulan.Aku kembali mencoba melepas rasa ku yang dulu.
Mencoba mengukir kisah kita berdua dengan beriringan.Aku tidak mau berharap, Bulan.
Aku terlalu takut saat ini.
Tapi aku tak bisa pergi.
Aku ingin bersama mu.Aku tak ingin mengikutsertakan kata 'paksa' dalam perjalanan kita.
Aku tak ingin kenyataan menampar ku suatu saat.
Aku ingin masa indah kita terukir sepanjang masa.
Terukir dalam hidup mu maupun hidup ku.Jika cerita kita sebuah buku,
Maka aku tak ingin tersemat kata 'tamat' di dalam nya.Bumi yang merindukan Bulan

KAMU SEDANG MEMBACA
Bumi yang merindukan Bulan
PoetryRangkaian kata yang menyiratkan sebuah kerinduan. Makna tersirat yang menjuntai indah merangkai cerita yang sudah menjadi kenangan oleh sang Bumi. Dia indah, dia selalu ada. Itu dulu, tidak untuk sekarang. Tak ada lagi namanya dalam novel hidupku. T...