1. Virginity

486 16 4
                                    

Terlihat siluet seorang pria bersandar pada meja sembari tangan kiri tenggelam dalam saku celananya. Aroma kopi menguar dari secangkir kopi yang tengah dinikmatinya sembari mencumbu pemandangan kota metropolitan dari balik kaca raksasa gedung pencakar langit miliknya.

Sosok tampan bertubuh atletis berambut coklat tersebut Rivandra Nevan Setiadi, CEO muda Setiadi Company yang bergerak di bidang property dan fashion. Sikap tegas, disiplin, dingin telah melekat di dalam dirinya sejak ia mulai menjejakkan kaki di perusahaan milik keluarganya. Pria berdarah blesteran Indonesia-Turki itu memiliki sepasang iris coklat tajam yang mampu membekukan siapa pun yang berani menentangnya. Alis tebal, hidung mancung khas orang Timur Tengah ditambah bulu-bulu halus yang mengitari rahang kerasnya menjadi perpaduan yang paripurna dari makhluk ciptaan Tuhan tersebut.

Terdengar helaan napas kasar memenuhi ruangan serba putih berpadu silver tersebut. Ia mengingat permintaan Elnara Mamanya untuk segera mencari pendamping hidup. Elnara ingin segera menimang cucu sebelum ia menyusul suaminya kelak, Elnara hanya ingin memastikan pendamping terbaik untuk putranya demi kelangsungan perusahaan yang telah dibangun dengan susah payah oleh dirinya dan Narendra Setiadi, suaminya.

Tiba-tiba Nevan teringat mimpi panasnya bersama seorang gadis semalam. Nevan seolah familiar dengan sosok gadis itu meskipun wajahnya tersamar karena kegiatan liar mereka di atas ranjang.

"Shit!" Umpat Nevan saat gagal mengenyahkan pikiran mesum yang dengan seenaknya bersarang di otaknya.

Tok ... Tok ... Tok ...

Suara ketukan pintu berhasil menginterupsi gelanyar aneh setelah mengingat mimpinya semalam. Dia pria dewasa normal, hanya saja rumor gay melekat padanya karena sikap dingin tak tersentuhnya membuat Nevan ditakuti sekaligus diidolakan oleh para wanita. Termasuk Hannah sang sekretaris yang tak bisa memungkiri kharisma sang bos.

"Hari ini Pak Nevan ada meeting bersama Pak Jeremmy Milan dari perusahaan Golden Company pukul 09.00 dan pukul 12.00 meeting bersama direktur keuangan dan direktur personalia," terang Hannah membacakan agenda Nevan hari ini.

Nevan yang kini berdiri menghadap Hannah menyeringai ragu saat ingin menyampaikan perihal keinginannya. Hannah terpaku sejenak saat menerima tatapan tak terbaca dari Nevan, namun ia segera tersadar lalu segera ke luar ruangan Nevan dengan sopan sembari memeluk buku agendanya yang berisi jadwal sang bos.

"Hannah!" Panggil Nevan yang seketika menghentikan tangan Hannah yang tengah memegang handel pintu.

"Iya, ada yang bisa saya bantu Pak?" Ucap Hannah setelah kembali menghadap Nevan.

"Carikan saya seorang gadis untuk menemani saya besok malam," balas Nevan dengan lancar dan santai sedangkan Hannah terpaku dengan kedua mata melebar sempurna dan bibir terbuka.

"Mak maksud Bapak Nevan?" Tanya Hannah dengan terbata, tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Tanpa memedulikan ekspresi terkejut sekretarisnya Nevan melanjutkan ucapannya.

"Kamu gadis smart pasti paham dengan maksud ucapan saya!" Terang Nevan dengan wajah datar dan dingin.

"Ba baik Pak Nevan." Tanpa berani membantah Hannah mengiyakan perintah sang bos padahal ia pun tidak tahu menahu cara mencari gadis yang dimaksud Nevan tersebut.

"Han, ingat aku mau yang bersih!" Ucap Nevan kembali yang seketika membuat otak Hannah bekerja ekstra, ia benar-benar tidak mengerti maksud ucapan bosnya.

"Bersih?" Ulang Hannah lirih sembari mencoba mencerna ucapan Nevan. Dengan seringai tak terbaca Nevan berjalan mendekati Hannah lalu berbisik tepat di telinganya. Tubuh Hannah membeku merasakan napas hangat Nevan menyapu wajah bagian kirinya. Dengan memberanikan diri dan mereda debaran jantungnya yang bertalu Hannah mundur selangkah.

My Possessive CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang