Kita bermain-main dulu di lapak ini.
Ada dua orang yang mampir, aku rindu.
Jadi, seneng2 aja dulu 💜🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Saat pintu flat sudah terbuka, ekspresi yang didapati Nero dan Max adalah tertegun, mengerjap cepat, lalu membelalakkan mata sambil menjerit tidak karuan. Hyuna adalah orang pertama yang melakukan hal itu, disusul kemudian Milea yang segera keluar dan ikut meramaikan kehebohan di subuh hari.
Tidak ingin membuat kericuhan dan ketidaknyamanan bagi penghuni yang menempati flat yang ada di sebelah, Nero dan Max segera beraksi. Nero membekap mulut Hyuna, dan Max membekap mulut Milea sambil mendorong mundur, lalu kemudian menutup pintu.
Saat pintu sudah ditutup dan dikunci, Nero terkekeh ketika Hyuna sudah memeluknya sambil melompat girang. Max pun mendapat perlakuan yang sama dari Milea, kemudian mereka berpelukan berempat untuk melepas rindu. Tristan yang baru keluar dari kamar tampak tidak terkesan dengan kedatangan Nero dan Max yang tiba-tiba.
"Aku tidak menyangka kau akan datang. Apakah sedang libur di sana?" tanya Milea senang.
"Kenapa tidak mengabari kami dan harus datang di jam subuh seperti ini?" lanjut Hyuna.
"Kejutan untuk dua kakakku tercinta," balas Nero senang sambil memeluk Hyuna dan Milea secara bersamaan.
Dari balik bahu mereka, Nero bisa melihat ekspresi Tristan yang sudah menatap tajam dengan kesan curiga di sana. Dasar tidak seru, batin Nero malas. Kakak tertua terlalu serius dalam menanggapi segala sesuatu.
"Apa yang kalian lakukan sebenarnya? Kenapa bisa ke sini dan apa tujuan kalian?" tanya Tristan sambil menatap Nero dan Max secara bergantian.
"Oh, C'mon, Bro. A little warm hug should be okay when you see me, right?" seru Max sambil berjalan mendekat pada Tristan dan memeluknya begitu saja.
Ekspresi Tristan masih tidak berubah, membuat Max berdecak pelan, dan menarik diri sambil menggerutu kesal.
"Aku sudah bisa membayangkan betapa hidup kalian tidak menyenangkan saat bersama dengan kakak tertua yang membosankan," komentar Nero santai, lalu bergerak menyusul Max yang sedang menuang jus karton ke dalam gelas.
"Kenapa tidak ada makanan di dalam kulkas? Aku mengharapkan adanya Godiva, Granola, atau sesuatu yang layak untuk dimakan, bukannya roti beragi dari kedai pinggiran atau jus kartonan seperti ini," gumam Max dengan ekspresi kecewa, lalu meneguk jusnya dengan cepat.
"Heh, tapi kau menghabiskan satu karton sisa jus kami!" hardik Hyuna sambil menunjuk tidak terima.
"Aku haus dan hanya ini yang kupikir layak untuk diminum, meski biasanya, Mom akan membuatkan minuman dari sari buah pilihan," jawab Max setelah menandaskan jusnya.
Nero menggaruk kepalanya yang tidak gatal, menatap isi kulkas dan lemari dengan penuh simpati. Haruskah menyusahkan diri dengan menjalani hidup jelata saat memiliki segalanya demi mendapatkan kemandirian? pikirnya sambil menggelengkan kepala.
Max mengaduh kesakitan saat kepalanya dipukul Milea dengan keras. "Kau tidak boleh bersikap seenaknya. Hargai setiap apa yang tersedia dan jangan merendahkan standart orang lain yang tidak sama denganmu. Itu tidak baik!"
Baik Max dan Nero tertegun, menatap Milea dengan ekspresi tidak percaya, lalu beralih pada Hyuna yang mengerutkan kening tidak suka sambil bertolak pinggang, seolah memberi dukungan pada Milea yang juga kesal dengan mereka.
"Jika kau haus, maka minum saja apa yang ada di dalam kulkas, atau ambil air putih dari kran itu. Tidak usah mencari yang tidak ada," tambah Hyuna tegas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untie The Knot
Romance"Mama selalu ingetin kalau jadi cewek itu kudu konsisten. Terutama soal cowok. Kalau uda yakin suka, yah ngegas aja," kata Hyuna. "Daddy selalu berpesan untuk perluas pergaulan supaya menambah pengetahuan akan dunia. Jangan dilingkup yang itu-itu aj...