satu

6 0 0
                                    


'Saya udah sampai, tunggu di cafe dekat bandara'

14.53

Pemuda yang tengah duduk di dekat kaca kembali menatap pesan yang yang di kirim oleh pengirimnya sejak 30 menit yang lalu namun si pengirim belum juga sampai di tempat mereka bertemu.

"Chan!"

Pemuda itu menoleh dan menampilkan senyum manisnya, melambaikan tangannya menyuruh untuk gadis itu menghampirinya.

"Maaf lama, tadi saya bantu ibu-ibu dulu."

"Ibu-ibu nya kenapa?" Tanya Haechan sembari merapikan rambut gadis itu yang berantakan.

"Hum ditinggal anaknya, mana ibu-ibunya bawa koper besar dua. Jadi saya bantuin sampai parkiran dan lagi saya tadi keselandung batu"

"Eh? Kenapa bisa?"

"Ngeliatin anak kecil dimarahin ibunya"

Tangannya terulur begitu saja mengacak gemas rambut gadis di depannya.

"Chan! Ish berantakan tau!"

"Mau mesan apa?"

Gadis itu menggeleng, "mau langsung pulang, kangen buna"

"Ck ya udah ayo"

Setelah membayar minumannya, keduanya berjalan ke parkiran menuju salah satu mobil yang terparkir disana.

"Kamu gak aneh-aneh kan selama saya di Sidney?"

Haechan tersenyum dan menggeleng pelan. Gadis tadi sudah masuk ke dalam mobil sedangkan Haechan menaruh koper gadis itu di bagasi mobil.

"Buna pasti kangen sama saya"

Haechan yang baru saja masuk terkekeh, ia memakai seatbelt nya.

"Pastinya lah, selama gak ada lo buna darah tinggi mulu ngadepin Dirga yang bandelnya minta di asingin"

Naya, gadis itu tertawa renyah, keduanya tetap mengobrol sampai tidak sadar kalau mobil yang mereka tumpangi terparkir rapi di depan rumah Naya.

"Ayah udah pulang?"

"Menyambut tuan putri"

Naya langsung keluar dari mobil dan cepat-cepat masuk ke dalam rumahnya.

"BUNAA!!"

"Eh? Anak buna udah sampai"

Kedua anak dan ibu itu berpelukan melepas rindu satu sama lain sedangkan yang lain hanya melihat nya dengan tawa geli.

"Gimana? Cowo di sana ganteng ganteng?"

Suara ayah memecahkan suasana haru di dalam rumah itu. Buna yang lebih dulu melepaskan pelukannya dan menatap kesal ayah.

"Ganggu aja tau gak!"

Ayah hanya cengengesan saja, Naya sudah berpindah memeluk ayah dengan erat.

Dirga yang melihat itu hanya berdecih, kakaknya itu masih sama saja seperti 6 bulan yang lalu.

"Dirga? Gak mau peluk kakak?"

Jika kalian berfikir kalau Dirga jawab tidak kalian salah besar karena si bungsu langsung berhambur ke pelukan sang kakak.

"Gimana rasanya tinggal sendiri? Enak pasti. Dirga juga mau tinggal sendiri"

Naya terkekeh mendengarnya, adiknya ini ingin sekali tinggal sendiri namun ayah dan buna tidak mengijinkan karena Dirga masih kelas 2 SMP.

"Haechan? Ingin mampir dulu?"

Haechan yang sedari tadi diam mengangguk dengan senyum menawannya.

"Mampir buna, echan laper gak di kasih makan mama"



🌻🌻🌻




Naya merebahkan tubuhnya di kasur miliknya. Ia rindu dengan suasana kamarnya yang tenang. Kamarnya masih sama seperti 6 bulan yang lalu.

Oh iya, Naya itu udah kuliah jurusan psikologi. Umurnya saat ini 21 tahun, dan ia sudah semester 5.

Tentang Haechan, lelaki yang menjemputnya tadi adalah sahabat kecilnya.

Naya rindu dengan lelaki itu, sungguh tidak bertemu dengan Haechan selama 6 bulan adalah cobaan terberat baginya.

Ia harus tidur karena besok, ia akan bertemu dengan temannya dan juga bertemu dengan Haechan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 26, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love Is Hurt | | Haechan LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang