Chapter 05.

739 100 4
                                    


***

Pelajaran pun selesai, murid-murid berhamburan keluar untuk segera ke rumah, tetapi apa yang dilakukan Minara? Dia sedang mengumpat dan bersembunyi mendengarkan Neera yang sedang menelpon seseorang di toilet.

"Gue sekelas sama Minara, dia berubah seratus persen." Neera berbisik tetapi Minara masih bisa mendengar dengan jelas. "Gue abis di bully, lihat aja, dia balas dendam ke gue, dan gue akan balas ini lebih kej-" Belum sempat Neera menyambungkan ucapannya, ponselnya terlebih dahulu dirampas Minara

Minara menarik tangan Neera dengan paksa, dengan sekuat tenaga yang pasti membuat tangan Neera memerah.

"Nggak ada yang bisa ngalahin gue, Neera!" Sesampainya di rooftop, Minara menghempas kasar tangan Neera yang sudah kesal.

"Balikin handphone gue, bodoh!"

"Lo harus tahu, bahwa dunia sudah berubah!" Bertepatan dengan itu, ponsel Neera yang ada digenggaman Minara langsung jatuh ke bawah.

"Lo gila hah!" Neera menunjuk wajah Minara lalu dengan sigap mengambil ponselnya yang sudah tergeletak di bawah.

Minara hanya bisa tertawa sumbang dari atas melihat Neera yang sedang menangis hanya karena ponselnya yang retak. Tawa nya hanya terbawa angin dari kesunyian, rooftop sunyi, sedangkan murid semua sudah pulang. Hanya sisa Minara sendiri, dia tidak ingin pulang, jika nanti terkunci di sekolah, dia masih punya kunci cadangan.

"Hidup terlalu kejam, untuk kita yang lemah. Menjadi jahat bukan berarti anda buruk, lebih baik jahat dari pada berpura-pura baik tetapi menyimpan kebusukan." Minara hanya bisa berbicara pada diri sendiri, baginya diri sendiri lah yang bisa dipercaya.

Pandangan Minara beralih ke samping, melihat jalan raya sedang padat membuat menjadi macet. Minara hanya bisa menghela nafas, dan mengambil tasnya sebagai alas untuknya tertidur.

"Pulang!" teriak seseorang yang menganggetkan Minara dari tidurnya, setelah membukakan matanya, Minara terkejut karena Ayahnya yang membangunkan.

"Ngapain tidur di sekolah hah!? Tidak punya rumah?" Heh! Malah nanya lagi. "Buat malu aja," sambung Ayah Minara—Dimas.

Dengan terpaksa, Minara merapikan tasnya dan pergi dari sekolah. Namun, tak ada satupun angkot yang lewat, Minara tampak gusar menunggu di pinggir jalan di tengah matahari yang terik, hingga ayahnya melintas begitu saja seperti tak perduli dengan Minara. Minara menatap mobil mewah itu yang kini sudah menjauh.

"Loh, kok belum pulang?" tanya El dengan sebuah sepedanya yang menganggetkan Minara.

"Dihukum," jawab Minara asal.

"Mau ikut gak nih?" tawar El yang ingin mencari kesempatan dalam kesempitan.

Minara bingung, dia tidak ingin terlalu merepotkan El, tidak ingin mempunyai utang pada siapapun. Terlambat, El sudah terlebih dahulu menginjak pedal sepedanya. Yang dengan sigap ditarik Minara.

"Woi tunggu!"

"Iya, iya. Makanya naik, gak bisa ya? Mau aku bantu?" Minara memutar mata jengah.

"Minara," gumam El yang disahuti deheman Minara. "kok bisa gonta ganti jaket?"

"Banyak simpanan di loker," jawab Minara seadanya. "Btw, waktu perkenalan Neera tadi gimana?"

"Neera itu ... Anak tirinya model yang sedang naik daun, yaitu Kana Ayunda, dia kesini ngikut ayahnya yang menikah. Neera cantik yah Min." Minara terdiam sejenak, menertawai nasibnya yang sungguh sangat miris. Adakah kebetulan yang lebih dari ini semua? Ibu kandungnya menjadi ibu tiri Neera—Rival Minara sejak lama.

"Jadi ... Lu sekarang suka sama Neera?" Pasalnya, El bilang bahwa Neera cantik. Jadi tidak ada salahnya kan Minara bertanya begitu?

"Eh gak, El cuman suka sama Minara," jelasnya yang membuat gelak tawa, tak terasa matahari mulai tenggelam, Minara meminta El untuk mengantarkannya hanya di depan komplek.

(Vote+comen jangan lupa)

Minara [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang