Lisa's P. O. V.
Dua hari berlalu
Ini Senin malam dan aku sendirian di kantor untuk menyelesaikan dokumen. Somi pergi pagi-pagi sekali, kami belum membicarakan masalah itu sejak kejadian itu terjadi.
Ayah menyuruh kami tinggal di unit untuk Liam yang sama sekali tidak aku keluhkan. Aku masih memikirkan Liam, aku tidak ingin dia merasa kita tidak baik-baik saja. Kami menghabiskan sisa hari di unit sebelum hari Senin datang karena Somi akan pergi selama dua minggu.
Aku tidak bisa makan dengan benar karena memikirkan masalah yang menungguku. Aku tahu Somi terluka karena aku bisa mendengarnya menangis di malam hari, tapi apa yang bisa kulakukan? aku sudah menangis selama tiga tahun tetapi aku tidak pernah berpikir untuk putus dengannya, selamanya.
Aku telah melakukan kesalahan sebelumnya dan tidak ingin membuat kesalahan lagi dengan meninggalkan mereka hanya karena aku tidak bahagia. Aku bertahan karena aku punya keluarga sendiri tetapi kali ini, aku tidak tahan melihat bagaimana Somi menyakiti putra ku dan Jennie. Tidak apa-apa jika itu aku karena aku memilihnya, aku pantas mendapatkannya tetapi aku tidak tahan lagi.
Rasanya seperti berada di penjara bawah tanah, terkurung bersama mimpi burukku. Aku tidak pernah memikirkan ini tetapi kenapa aku memilih ini? aku berjuang setiap hari dan tidak dapat menemukan jawaban.
Mungkin sebaiknya aku mulai dari diriku sendiri. Aku ingin menemukan diri ku yang lama, kurasa aku kehilangan diriku dalam kegelapan sehingga tidak dapat menemukan jalan kembali ke cahaya yang dulu ku temui.
Aku tidak menyadari bahwa pipi ku sudah basah karena air mata. Dadaku terasa sangat sesak, terlalu banyak emosi yang tidak bisa ku lepaskan di dalam hatiku. Aku ingin menggali semuanya dan membuangnya dari dada ku.
"Somi akan pergi selama dua minggu dan mungkin itu cukup bagimu untuk memikirkan apa yang terbaik untukmu dan keluargamu."
Itu adalah kata-kata terakhir yang Ayah ucapkan ketika kami berbicara sebelumnya. Dia memberi tahu ku jika aku memiliki keputusan akhir, jangan berhenti mengatakannya karena dia mempercayai ku. Aku punya waktu dua minggu untuk merenungkan segalanya. Kami memutuskan untuk menitipkan Liam di rumah Somi agar orang tuanya dapat menjaganya, aku akan mengunjunginya setiap hari setelah bekerja agat dia tidak merasa sedih karena ketidakhadiran kami.
Setelah Reign mengunjungi rumah, kami tidak bertemu lagi. Aku ingin mengunjungi apartemen mereka tanpa alasan apa pun, tetapi tentu saja aku harus menghormati Jennie. Dia sangat marah dan aku tidak bisa menyalahkannya. Aku sangat merindukan Reign, aku merindukan mereka.
Aku sangat merindukan Jennie-ku.
“Kau bodoh jadi kau pantas mendapatkannya.” kataku dalam hati sambil menatap buku dan membalik pulpen.
Aku menyandarkan kepalaku di kursi dan menatap langit-langit, aku baru ingat foto Jennie di dalam ruang belajar lamaku. Ini pertama kalinya setelah tiga tahun aku memasuki ruangan itu, terasa sangat baru. Aku bisa merasakan haru saat masih bersama Jennie. Kedengarannya gila tapi aku bisa mendengar suaranya, tawa, tangisnya dan caranya menggodaku.
Apakah aku masih bisa mengalami semuanya? Bisakah aku mengalami satu-satunya kebahagiaanku? Kenapa aku memilih jalan tanpa dia? Kenapa aku memilih untuk melepaskannya? Kenapa aku menjadi begitu bodoh dan dibutakan oleh amarah? Kenapa kami tidak berakhir bersama?
Aku memejamkan mata dan melempar pulpen ke dinding. Apakah hanya ini yang bisa ku lakukan? Menangis tanpa daya?
Ponsel ku bergetar dan nama Seulgi muncul, kurasa ini waktu yang tepat untuk berbicara dengan seseorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOST (ID) -JENLISA ✔️
Hayran Kurgu"Apakah kau masih milikku?" Dia bertanya "Maafkan aku, tapi aku tidak bahagia lagi" jawabnya dan pergi. Gadis itu telah ditinggalkan dan menangis di bawah guyuran hujan, gemuruh seolah-olah menyesuaikan diri dengan emosi gadis itu. Lisa Manoban, seo...