1.

6 2 0
                                    


SMA Ksatria saat ini sedang ramai karena waktu istirahat sudah tiba, anggota geng jakfire lebih memilih bermain basket hari ini karena mereka tidak ada yang lapar.

"Van operlah sini buset."

Zevano terus mendribble bola orange tersebut lalu mulai mengoper ke asep, temannya yang teriak tadi. Zevano beralih ke pinggir lapangan dengan peluh yang banyak, para siswi yang melihatnya dari lantai atas langsung terpesona melihatnya. Bagaimana tidak? Rambutnya yang basah dengan keringat di mainkan oleh Zevano dan seragamnya yang terbuka dengan kaos hitam polosnya sangat menambah ketampanannya.

"Woi van udahan lo?" ucap Pandu sambil menghampiri Zevano.

"Iye, capek gue."

Pandu mengambil air mineral yang berada di samping Zevano, tengkuk pandu begitu terlihat saat sedang meminum dan lagi lagi membuat para siswi terpesona. Mereka berdua memang benar benar mempunyai paras yang tampan, namun mereka berbeda. Yang satu pintar dan yang satu lagi tidak. Siapa lagi kalau bukan Zevano? Menang ganteng doang tapi selalu cabut pelajaran.

"Nanti ada pak Bambang masuk kelas, lo bakal tetap cabut? Gak inget ancaman dia tempo hari?"

Zevano berdecak kesal, guru satu ini sepertinya sangat nge fans sekali dengan dirinya. "Jangan lo ingetin, gue yakin dia bakal lupa secara dia kan udah tua."

Pandu menggelengkan kepalanya, "Van van, dia kalau sama yang lain emang lupa tapi kalo sama lo mustahil Van dia lupa. Gue lanjut main sama yang lain, siapin diri lo Van." Pandu pergi bersama kekehannya.

Zevano menatap tajam Pandu, dia pikir dirinya bakal takut sama bapak bapak tua sudah berumur seperti pak Bambang? Memang sangat menyusahkan guru itu. Zevano bangkit dan pamit kepada teman temannya untuk pergi ke kelas, banyak pasang mata yang melihatnya namun Zevano tidak peduli. Sudah biasa dirinya menjadi tatapan para ciwi ciwi sekolah itu, kadang Zevano berpikir "capek juga ya jadi orang ganteng."

.

..

"Zevano maju! Kerjakan soal di depan ini cepat!" Suara pak Bambang sangat menggelegar di dalam kelas itu dan mampu membuat semua murid disana terdiam. Zevano menatap sebentar soal yang berada di papan tulis, ah kenapa dirinya harus beradu dengan matematika. Zevano melirik Pandu dengan mengangkat kedua alis nya, berharap mendapat jawaban dari Pandu.

Asep dan Pandu yang kebetulan duduk bersama peka dengan aba aba yang diberi Zevano, Asep segera memulai aktingnya dengan berpura pura sakit perut dan membuat pak Bambang lebih fokus ke dirinya dibanding Zevano yang sudah berada di depan papan tulis. Karena Pandu tertutup oleh pak Bambang dengan cepat Zevano mengambil handphonenya dan mencari jawaban itu di searching. Setelah dapat ia langsung menuliskan jawabannya sampai akting Asep selesai dengan izin ke toilet.

Pak Bambang melihat ke arah papan tulis dan ia terlupa akan Zevano, ia membuang nafasnya secara perlahan. Ia cek jawaban di papan tulis itu dan jawaban itu benar, pak Bambang sangat yakin tadi adalah akal akalan Zevano dan kawan kawannya tetapi mengapa dirinya sempat terbodohi?

"Baiklah Zevan silakan duduk kembali, anak anak saya tinggal sebentar. Tolong jangan ribut atau nilai kalian bapak turunin, ingat ada cctv disini."

Pak Bambang keluar sambil memijat pelipisnya, ah sangat pusing sekali dia hari ini karena terlalu banyak pikiran. Dirinya memang terkenal galak dan killer tapi pak Bambang juga sudah tua dan berumur, dirinya harus perbanyak istirahat agar tidak menimbulkan sesuatu yang tak diinginkan.

Zevano tersenyum, akhirnya dia tidak perlu mendengar bacotan dari pak Bambang. Ia menelpon Asep, menanyakan keberadaan dirinya yang tidak kembali daritadi.

"Atap Van, rame disini jakfire banyak yang cabut."

"Pandu ngikut? Tumben amat."

"Dia tau hari ini pak Bambang gak masuk kelas sampe pulang makanya dia ngikut."

"Pantes." Zevano mematikan sambungan telepon itu, ia segera merapihkan tas nya yang hanya berisi buku tulis dan beberapa barang yang hanya ia butuhkan. Ia segera berjalan ke luar kelas tanpa peduli cctv dan teguran Ghani sang ketua kelas.

Ia membuka pintu atap dan disana sudah ramai anak anak jakfire, semua anggota jakfire langsung menyambut Zevano yang notabene nya ketua geng tersebut. Zevano mengambil handphonenya dan memainkannya, aplikasi whatsapp nya sangat ramai sekali membuat dirinya enggan membuka aplikasi itu. Ia sangat ingin sekali chat dengan seseorang yang tidak kenal dengan dirinya, ia meng search aplikasi yang cocok untuk keinginannya itu. Trend yang lagi booming saat itu adalah aplikasi Telegram, ia mencobanya pelan pelan sesuai dengan rulesnya.

"Anjing ini ngapa rame juga yang tap gue buset, tapi yang ini kayanya menarik." Ucap Zevano saat melihat sebuah akun yang baginya lucu.

Di dalam sebuah ruang chat itu berisi hal hal random, seseorang itu mampu membuat Zevano tersenyum sendiri sampai Asep terheran heran melihat sang ketua nya yang tumben sekali tersenyum sendiri di depan layar hp seperti itu.

"Woy bos ngapa lo senyum senyum gitu? Kesambet pak Bambang lo?"

Zevano segera mematikan handphonenya dan menaruh nya ke dalam saku celananya, ia melihat semua orang yang sedang melihatnya dari tadi. Dirinya ketahuan sedang senyum senyum sendiri oleh semua anggotanya, sangat hal memalukan bagi dirinya.

"Ngapain lo pada liatin gue anjing! Udah sono sono buset dah. Lo juga Sep bangsat lo gausah teriak gitu, mau lo gue kick dari jakfire?"

"Ya janganlah Van, sensi amat. Lagi lo ngapain si tadi ampe cengar cengir begitu ngakak gue Van. " Ucap Asep sambil menahan tawa, ia kembali membayangkan wajah Zevano yang benar benar seperti orang kesemsem.

"Kepo lo, gausah banyak bacot."

"Jiahh ngapain lo Van haha"

"Pel kelas nanti pas pulsek, gak ngelakuin? Tau akibatnya." Ucap Zevano membuat Asep berhenti tertawa, bodohnya Asep menertawakan ketuanya itu.

"Yah bos becanda, janganlah bos suwer gue becanda doang. Janganlah Van maapin aa Asep ya Bos Zevano."

"Gaada, pulsek jangan lupa. Pandu nanti suruh Yaya liatin Asep ngepel kelas, jangan lupa lo foto pas dia ngepel."

Pandu berseru oke kepada Zevano, sangat bahagia ia melihat Asep si biang kerok mendapat hukuman dari Zevano. "AH LO MAH GITU PAN!"

Pandu hanya tertawa melihat muka pasrah Asep. Tak lama kemudian bel pulang berbunyi, Zevano segera mengambil tas nya yang ia simpen di bangku dekat pintu. Ia menghampiri Asep dan menepuk bahunya, "Jangan lupa, awas lo." Ucapnya dengan kekeh di akhirnya.

/-/-/-/

ANYEONGHASEYO!!!
yaaa ini si kegabutan waktu luang author, semoga author bisa lanjutin yh :'D

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 25, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Zevano [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang