19 - Akhir Sebagai Awal Baru 26 : 11

4.4K 455 301
                                    

Gedung tua itu menjadi saksi bisu dimalam kala banyak nyawa harus melayang tanpa sempat mengucap salam perpisahan. Tepat ketika para lawan hampir seluruhnya tumbang, Allen harus rela kehilangan nyawa lantaran melindungi Nam Seok dari bidikan musuh. Peluru itu menembus tepat di jantungnya dan membuat ia meregang nyawa seketika. Dengan kata lain, dia harus merelakan satu nyawa demi nyawa lain yang lebih berharga.

Nam Seok tepat berada di belakang Allen kala itu, dan langsung kalap melepaskan banyak peluru hingga si pelaku penembakan tadi ikut tewas seketika di tempat.

Malam itu, satu nyawa harus melayang lagi karena keteledorannya sebagai pimpinan Chrysaor.

Untuk pertama kalinya, Nam Seok menangis pilu di depan anggotanya sendiri. Allen jelas memiliki tempat penting di Chrysaor, dia juga termasuk anggota yang sangat dekat dengan sang pimpinan. Nam Seok meremas erat jemari dingin Allen yang tak lagi kuat untuk membalas genggam.

"Allen... Kau harus kuat" isaknya pilu.

Di sisa tarikan napasnya yang kian memberat, Allen tersenyum tipis penuh kedamaian meskipun ringisan sakit itu tak mampu ia samarkan dari wajah.
"A-aku ingin pu-lang, tuan Ryu..." bisikan teramat lirih yang Allen keluarkan, menjadi menjadi pembatas kata usianya di dunia. Allen menghembuskan napas terakhir tepat dalam dekapan Nam Seok yang sudah semakin terisak. Allen bersyukur karena Tuhan sempat memberinya kesempatan untuk bahagia meski hanya sejenak. Orang-orang ini, Allen tak akan pernah lupakan nama serta kenangannya untuk ia bawa sebagai bekal menuju kehidupan selanjutnya.

Bersamaan dengan hembusan napas terakhir Allen, Nam Seok melihat segerombolan medis dan juga polisi tengah mengevakuasi para korban. Diantaranya, ia bisa melihat sosok Jungkook yang sudah bersimbah darah di sekujur badan dan juga Yugyeom yang hilang sadar dengan tubuh seperti tak bertulang. Jujur, Nam Seok takut jika harus merasa kehilangan lagi.

Ditengah rasa kalutnya kala memandang mereka, tiba-tiba Namjoon, Hoseok, dan dua orang tim medis datang mendekat. Dengan cepat Hoseok menyuruh petugas medis untuk segera memberikan pertolongan pertama dalam usaha menyelamatkan nyawa Allen, namun di tahan oleh Nam Seok sendiri. Hal itu membuat mereka semua kebingungan.

"Jangan menyakitinya. Dia sudah pergi" lirihnya bergetar. Di sisa napas terakhir Allen, Nam Seok tahu bahwa pemuda itu telah bahagia, dan dia tiada hak untuk memaksanya tetap tinggal.

"Tolong istirahatkan dia dengan layak. Allen adalah anak yang baik" lanjutnya.

Namjoon semakin kebingungan ketika tiba-tiba Nam Seok menyerahkan kedua tangannya. Ia bisa melihat sebuah tato yang tak asing di pergelangan tangan pria itu. Logo Chrysaor. Tentu Namjoon ingat dengan logo yang setiap saat ia lihat di masker ataupun headband milik anggota Chrysaor ketika mereka bertarung.

"Aku menyerahkan diri. Setelah ini, tidak ada lagi Chrysaor. Sebagai pimpinan, aku akan bertanggung jawab atas semua tindakan yang aku dan anggota Chrysaor lakukan" Namjoon sebenarnya tidak terlalu terkejut. Dia tidak heran kenapa tadi tiba-tiba banyak anggota Chrysaor datang dan membantu di pihaknya. Rupanya mereka digerakkan oleh Nam Seok yang juga ikut maju melawan.

Namjoon dan Hoseok saling pandang sejenak. Tatapan mereka sama-sama sulit untuk diartikan. Hoseok langsung memberi kode kepada dua orang medis disana untuk membawa jenazah Allen, dan tentu langsung disanggupi. Pelan-pelan, mereka membawa tubuh lemah Allen untuk dibaringkan diatas brankar darurat, lantas pergi dari sana.

Tiba-tiba Namjoon menggenggam kedua pergelangan tangan Nam Seok, pemuda itu mengangguk pelan setelahnya.

"Kau juga perlu di obati" Nam Seok tercengang. Tidak seperti yang ia bayangkan ketika Namjoon harusnya mengambil borgol, polisi itu malah membantunya berdiri dan merangkulnya erat. Luka di betis kiri Nam Seok cukup membuatnya kepayahan dalam bergerak.

[✔] NALADHIPA || BrothershipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang