21 - Foreplay

2.3K 82 7
                                    


Happy Reading

Badrun membersihkan diri terlebih dahulu, setelahnya barulah Chika. Mereka sebenarnya sudah mandi tadi sore, tapi karena Chika meminta sesuatu jadilah Badrun ingin tubuh ya bersih, segar, dan wangi. Begitu pun Chika, disempatkan minta Badrun belikan sabun cair khusus membersihkan area kewanitaan. Badrun tak mengerti apa fungsi dari produk tersebut. Untuk keperluan Chika, pasti Badrun akan usahakan membelinya. Karena sudah tentu Chika sangat membutuhkannya. Badrun sudah paham akan hal itu.

Selama Chika mandi, Badrun duduk di ruang depan. Selama menunggu, degup jantung Badrun berdetak kencang, keringat dingin sempat menyelimutinya. Ia sadar permintaan Chika, hanya saja ia masih tak yakin akan melakukannya. Sebab ia belum pernah dan bisa jadi pertama kalinya. Ia benar - benar lugu soal foreplay. Namun soal menahan nafsu seks, Badrun bisa menahannya selama Chika tinggal di kontrakannya.

"Drun!" Chika memanggil. Suara lembut dan manja.

"Iya." Badrun beranjak dan melangkah ke kamar. Dibukanya pelan - pelan pintu kamar. Badrun terkesiap, baru kali ini ia melihat Chika secantik itu. Wajahnya di rias memakai make up yang pernah dibelikan Mira. Baru kali ini dipakainya. Bulu mata palsu dan eye liner menambah kecantikannya, belum lagi lipstik tipis warna merah. Ah, Badrun terpesona. Ditambah Chika hanya memakai kemeja oversize putih milik Badrun, warna beha dan celana dalam coklat membayang di balik kemeja tipis itu.

"Kamu cantik banget, Chik."

Wajah Chika memerah dipuji. Mata Badrun menerawang tubuh Chika. Rambutnya yang disisir rapi, make up yang minimalis saja sudah membuat jantung Badrun hampir copot, ditambah pakaiannya. Bahkan kancing kemejanya lalu dilepas tiga buah dan ditarik ke atas, memperlihatkan perut Chika yang putih mulus dan sedikit gemuk. Badrun menyukainya. Dan tentu saja celana dalamnya. Penis Badrun langsung tegak. Ia menelan ludah.

Chika naik ke tempat tidur, ia bersandar si tembok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chika naik ke tempat tidur, ia bersandar si tembok. Ia menunduk malu, Badrun menyusul naik dan memegang bahu gadis berkulit putih itu. Ia menyentuh dagu Chika dan menaikkan kepalanya agar bisa menatap matanya.

"Kamu yakin? Aku juga ngga paham..." Badrun menghela nafas sejenak, mencari kata yang pas, "...cara merangsang cewek."

"Kalau aku minta em el?" Chika memandang tajam mata Chika. Ada permohonan di sorot matanya.

Badrun menggeleng. "Plis jangan. Kamu boleh tampar aku. Tapi jangan minta itu. Kamu tadi bilang ngga em el." Ia mengusap rambut Chika ke belakang.

"Chika berubah pikiran, aku yang maksa."

"Kenapa? Supaya kita terikat? Supaya aku harus tanggung jawab? Kalo itu yang Chika maksud, tanpa kita begini, Badrun akan tanggung jawab sepenuhnya sama kamu, Chik. Kamu masih ragu sama aku?"

"Tolong jangan tanya Chika alasannya. Chika ngga punya jawaban. Yang Chika mau sekarang em el sama Badrun." Chika menarik nafas, ada isak saat Chika melakukannya, "...Badrun paham atau ngga ngerangsang Chika, Chika ngga peduli."

"Chika..." Badrun menatap manik coklat Chika dalam - dalam. Ia mengusap kedua pipi Chika dengan telapak tangannya.

"Pliiis, Drun. Jangan sampai Chika menyesal karena kamu ngga mengabulkan permintaan aku." suara itu terdengar lemah, memohon, dan bergetar.

"Ya Tuhan, Chikaaaa..." Rambut Chika ia usap lagi ke belakang.

Badrun lalu merangkul Chika, ia cium bibirnya lembut dan gentle. Ia diberi kesempatan Chika untuk memberikan ruang bagi lidahnya yang hendak masuk ke dalam rongga mulutnya. Bibir keduanya yang telah aktif saling berpagut itu lalu beradu lidah yang menari - nari ingin mendominasi. Badrun merangkul lebih erat agar lebih intim melumat bibir Chika. Kedua tangannya mengunci di punggung Chika agar gadis itu tak bergerak.

Lidah Badrun perlahan berpindah menjenjelajahi sekitar leher Chika. Chika mendongakkan kepala tatkala titik sensitif di belakang telinganya berhasil diciumi Badrun amat liar. Ciuman itu Badrun sudahi sejenak, jemari Badrun membuka semua kancing kemeja Chika dan melepasnya. Chika tersenyum saat Badrun melakukannya.

Ia terperangah melihat tubuh Chika yang indah. Memang dia pernah melihat Chika telanjang dada, tapi dia dalam keadaan lemas dan mengantuk. Kali ini, suguhan kecantikan dan kemolekan tubuh Chika yang begitu mempesona terpampang di depan mata. Apalagi saat Chika membuka sendiri behanya. Badrun menelan ludah menikmati prosesnya.

Ciptaan Tuhan memang Maha Sempurna, seperti yang Badrun lihat saat ini. Parasnya, kedua belah bongkahan payudaranya yang membuat netra Badrun seakan terperangkap dalam khayalan tingkat tinggi. Bulatan itu seperti magnet, arah matanya selalu terbawa ke sana. Terlebih dua titik kemerahan yang menghiasi puncak payudaranya. Kulitnya yang benar - benar putih mulus.

Badrun membaringkan tubuh Chika, gadis itu tak lekang menatap mata Badrun dalam - dalam. Senyum selalu menghampar diwajahnya. Ia ingin menunjukkan bahwa apa yang lakukan tulus dari dalam hatinya. Bibir Badrun kini menjelajahi kedua payudara Chika, dijilat dan digelitiknya lembut. Kecupan - kecupan kecil mesra yang menyebabkan nafas Chika mulai terengah. Kedua matanya terpejam, bibir bawahnya ia gigit. Menikmati prosesnya dalam imajinasinya.

Membiarkan lelaki itu terus merangsangnya. Membasahi bongkahan kenyalnya sampai meninggalkan jejak merah. Chika mendesah saat Badrun terus melakukannya. Nikmat sekali. Puting susu yang mengeras, gigitan Badrun mewarnai lenguhan Chika. Bibir Badrun menurun menelusur pusar Chika yang imut dan mulus. Jemari Chika mengambil alih meremas dan memilin puting susunya.

Gelitik lidah Badrun sanggup membuatnya menggelinjang. Terlebih saat Badrun meneteskan salivanya di pusar Chika, lalu lelaki itu menjilat dan menghirup salivanya sendiri. Chika mengerang dan menaikkan pinggulnya kegelian. Jilatan lidah dipusarnya seakan ikut mengangkat tubuhnya secara otomatis. Sensasinya luar biasa bagi Chika. Nampaknya Badrun mencoba semua yang ia bisa dan berpikir keras apa yang akan ia lakukan selanjutnya.

Telapak tangan Badrun meraih pinggang langsing Chika. Memegangnya lembut. Merasakan betapa indahnya bentuk tubuh gadis di hadapannya ini. Ia usap perut Chika yang sedikit membukit, ditekannya perlahan merasakan kehangatan perut gadisnya. Dikecupkan bibir Badrun sembari menatap mata Chika yang terpejam. Dari perut, Badrun menelusur lewat pinggang. Perlahan telapak tangan itu naik ke ketiak Chika.

Gadis itu pun refleks mengangkat kedua tangannya, membiarkan kedua ketiaknya dipandangi Badrun. Jemari Badrun menjelajah payudaranya, kedua ibu jari Badrun mencolek dan menggelitik puting kemerahan yang makin mencuat itu. Ada suara erangan dari bibir Chika. Bahkan saat Badrun memelintir puting susu Chika, dada gadis itu membusung mengikuti arah pelintiran Badrun. Gumaman dari Chika cukup menandakan ia terangsang.

Hidung Badrun mengendus ketiak Chika yang mulus tanpa bulu. Halus sekali. Dan putih bersih. Wangi soapy tercium jelas terjejak di kulitnya. Satu ciuman awal membuat Chika kegelian. Jilatan selanjutnya Chika menggeliat, bibir bawahnya digigit. Berlanjut dengan kecupan bibir dan tarian lidah yang membasahi ketiak. Bibir Badrun dijepitnya karena Chika tak bisa menahan geli. Badrun berganti - ganti menggoda kemulusan ketiak Chika.

°°°

Tbc

Klik vote

Bidadari Badung 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang