Luke POV
Suami mana yang tidak bahagia mendengar kabar kehamilan istrinya? Suami yang mencintai istrinya pasti akan bahagia mendengarnya. Setelah Courtney memberitahuku kehamilannya pagi itu, aku langsung mengabari kedua orang tuaku dan Courtney mengabari berita bahagia itu pada keluarganya.Setelah mendengarnya, kedua keluarga kami bahagia dan memberi kami ucapan selamat.Bahkan, kedua ibu kami pun juga sempat menangis terharu, terutama Mom Elyza, karena saat itu juga Claire ternyata tengah mengandung usia 3 bulan setelah pernikahannya dengan Jack yang sudah satu tahun.
Malamnya sebelum pergantian tahun baru, aku dan istriku, Courtney, datang ke pesta tahun baru yang diadakan Devian dan Yocelyn di rumah mereka. Ternyata, disana juga ada Aaron, Lily, Daniel, Letty, Alex, Kyne, Austin, dan Alliane.
Oh, ya. Daniel adalah anak pertama Aaron dan Letty adalah anak perempuan mereka yang masih berusia beberapa bulan. Sementara Alex adalah anak pertama Devian dan Kyne adalah anak laki-laki mereka yang lahir tepat di hari pernikahanku dan Courtney. Dan tentu saja kami kedatangan Austin dan Alliane yang kini sudah menikah.
Semenjak aku mendengar kabar kehamilan Courtney kala itu, aku merasa aku baru saja diberi surga dunia. Tidak ada yang lebih membahagiakan dari kabar kehamilan Courtney waktu itu.
Setiap hari aku selalu menjaga Courtney. Aku tidak pernah pulang ke rumah di atas jam tiga sore. Kalaupun aku harus ada pekerjaan yang lembur, aku selalu berusaha untuk sampai di rumah sebelum jam makan malam.
Menginjak usia kandungan Courtney yang keempat bulan, aku selalu menemani Courtney ke Dr. Vienna untuk memeriksakan kandungannya. Semua hal yang dikatakan Vienna aku dengarkan dan aku catat baik-baik di buku diary kecilku.
Setiap pagi, aku bangun lebih dulu dari Courtney, aku siapkan sarapan untuk kami dan aku buatkan makanan dan minuman khusus untuk Courtney, sesuai dengan panduan yang diberikan Vienna. Aku bahkan menyewa seorang pelayan khusus untuk mendampingi Courtney saat aku tidak ada di rumah.
Untuk masalah pekerjaan Courtney, aku masih memberikan kelonggaran padanya, tapi yang penting dia tidak boleh terlalu kelelahan dan harus sudah ada di rumah setelah jam makan siang.
Menginjak usia kandungan Courtney yang keenam bulan, seharusnya kami sudah bisa tahu jenis kelamin anak kami. Tapi, kami sudah sepakat untuk mengetahuinya saat usia kandungan Courtney menginjak angka delapan nanti.
Tunggu dulu. Tadinya aku bercerita bahwa kehamilan Courtney ini membawa surga untukku, bukan? Yah, memang begitu, sih. Tapi...
"HOEEEKKK!" Di pagi hari yang indah, mataku langsung terbuka setelah aku mendengar seseorang muntah di kamar mandi. Saat aku hendak ke kamar mandi, Courtney keluar dari sana sambil mengelus perutnya.
"Sayang, kenapa?" tanyaku cemas sambil menghampirinya.
"Ini mungkin akan jadi kebiasaanku selanjutnya, muntah-muntah, ini sudah yang keempat kalinya dari tadi malam," jawab Courtney sedikit lemas.
Aku sedikit terkejut. Karena, tadinya Courtney tidak pernah muntah-muntah. Namun, di usia kehamilannya yang sekarang, dia justru sering muntah-muntah setiap hari. Saat bangun tidur, hendak makan, setelah mandi, dan saat mencium bau masakan. Bahkan, dia akan muntah setelah mencium bau parfum kesayanganku!
"HOEEEKKKK!" Courtney yang tadinya hendak merapikan jasku, tiba-tiba saja langsung berlari ke kamar mandi karena muntah. Ia pun keluar dari sana sambil mengelus perutnya dan menutup hidungnya dengan tangan yang lainnya.
"Sayang, bau parfummu tidak enak!" seru Courtney dengan suara yang lucu karena hidungnya yang tertutup.
Dahiku berkerut dalam. "Hah? Bukannya kau sudah mengenali bau parfumku dari dulu, ya? Baunya wangi, kok," balasku sambil membau-bau jasku sendiri.
"Ih, tapi baunya bikin aku mual! Jangan pakai parfum itu lagi!" seru Courtney. Aku pun hanya menghela nafas mengiyakan.
Namun, bukan itu yang membuatku semakin terkejut. Di awal usia kehamilan Courtney, ia tidak pernah yang namanya mengidam sesuatu yang aneh. Paling hanya ingin makan masakan buatan Mom Elyza atau tidur dengan alas bantal miliknya dulu saat ia masih kecil yang sekarang jika dilihat-lihat sudah sedikit usang.
Tapi, sekarang? Tiba-tiba saja...
"Sayang! Aku mau buah kesemek dari Indonesia! Cepat bawakan itu sekarang!" rengek Courtney.
"Hah? Kesemek? Dari Indonesia? Aku tidak salah dengar, kan?" tanyaku memastikan.
"Ih! Iya beneran! Cepaaattt! Kalau buah itu tidak ada disini dalam waktu 24 jam, tidak akan ada alas kasur untuk kau tidur!" Aku hanya menggelengkan kepalaku saat mendengarnya.
Karena banyak idaman Courtney yang harus aku turuti hari itu juga, aku pun harus dengan rela mulai cuti kerja demi Courtney. Terlebih, saat Courtney mulai mengidam sesuatu yang aneh.
"SAYANG!! SINI!!" teriak Courtney dari dalam kamar. Sementara aku sedang mandi keramas.
"SEBENTAR, SAYANG!! RAMBUTKU MASIH ADA SHAMPOONYA!!" teriakku dari dalam kamar mandi dengan mata terpejam karena shampoo yang sudah mulai turun ke mataku.
"KOK TERIAK KE AKU, SIH?!?! KALAU MARAH, JANGAN TERIAKKK!!" teriak Courtney dengan nada kesal campur sedih karena aku berteriak dari dalam kamar mandi.
Aku dengan rambutku yang masih penuh dengan shampoo pun langsung keluar dengan handuk menutupi setengah badanku. Astaga, mataku sangat pedas karena shampoo itu dan aku harus berjalan sambil menutup mataku ke arah Courtney.
"Maaf karena aku berteriak, Sayang. Aku, kan, lagi mandi. Jadi─"
"Sini." Tiba-tiba Courtney menyela.
"Kemana?" tanyaku tidak tahu.
"Jongkok!" seru Courtney ketus. Aku pun melaksanakan perintahnya sambil masih dengan kedua mata terpejam menahan pedas di mata.
"Kenapa?" tanyaku.
Namun, bukannya dijawab, tiba-tiba saja Courtney memeluk leherku dan menarikku mendekatinya. Detik kemudian, ia langsung mengendus rambutku yang masih ada shampoonya.
"Aku ingin cium bau shampoo di rambutmu," gumam Courtney kecil.
Aku yang terkejut sekaligus heran langsung mendongak. "Coco, kau gila, ya? Mataku pedas sekarang karena ada shampoonya. Kau bisa menciumnya nanti saat aku sudah selesai mandi, kan?" ujarku kesal.
Bukannya menjawabku, tiba-tiba saja aku mendengar isakan tangis. Courtney menangis?
"Sayang? Sayang? Kenapa kau menangis?" tanyaku dengan nada lemah lembut.
"Hiks... baru saja aku dimarahin... hiks..."
"Duh, Sayang. Itu aku bukan marah, tapi mungkin nadanya saja yang terdengar kasar di telingamu," balasku memberi pengertian dengan nada yang selembut mungkin.
"TUH, LIHAT! MASIH SAJA MARAH PADAKU!" Tiba-tiba Courtney berteriak dan melempariku bantal. "SUDAHLAH! KELUAR DARI KAMAR DAN JANGAN PERNAH BERPIKIR UNTUK MASUK KE KAMAR INI DALAM SEMINGGU!"
Tentu saja aku terkejut mendengarnya. Apa? Seminggu tidak boleh tidur di kamar dengan istri sendiri? Lalu, bagaimana? Tapi, aku tidak bisa menyalahkan Courtney yang sedang hamil. Jadi, aku hanya menyalahkan hormon hamil sialan itu yang bisa membuat emosi Courtney menjadi labil.
Aku jadi bertanya-tanya. Bagaimana dengan Aaron dan Devian yang menemani istri mereka hamil saat dulu, ya? Apa mereka mengalami hal yang sama denganku? Entahlah. Aku hanya merasa aku benar-benar sedang berada di antara surga dan neraka karena Courtney.
——————————————————————————
Tbc.
Wednesday, 25 November 2020jangan lupa untuk cek trailer lanjutan dari seri BACHELOR LOVE STORY ini yang udah aku publish judulnya BEAUTIFUL CHAOS, jugaaaa add ke library kamu buat tau kelanjutannya yakk😉
KAMU SEDANG MEMBACA
15 Seconds - Bachelor Love Story #3
Romantizm(COMPLETED) Third series of Bachelor Love Story "You can break my heart, but you can't make me stop loving you." Setelah tak berhasil mendapatkan cinta pertamanya, Luke Clinston bertemu dengan perempuan lain yang langsung menarik perhatiannya. Sudah...