HARI pernikahan sudah tiba. Halaman villa milik Keluarga Kim sudah dipenuhi oleh tamu undangan beserta reporter dari berbagai media. Tamu undangan yang datang pun merupakan orang-orang penting. Entah para pimpinan perusahaan ataupun para pejabat.
Semua hiruk pikuk itu tak lepas dari mata Junhee dan Hyesoon. Mereka tak henti-hentinya berdecak kagum pada dekorasi pesta pernikahan sahabat mereka itu. Tema rustic dan nature berpadu dengan baik. Rasanya bagai khayalan.
"Seandainya pesta pernikahanku akan seperti ini nanti," gumam Hyesoon dengan mata berbinar.
Junhee pun mendelik kesal. "Jangan mengkhayal. Kembali ke realita," tandasnya dengan kejam. Hyesoon pun memukul punggungnya pelan dengan pipi memerah malu.
Saat mereka berjalan sedikit lebih masuk, Junhee menemukan Mingyu yang sedang mengobrol dengan pria yang tampaknya punya posisi tinggi. Mingyu tampak memakai kemeja putih dengan suspender berwarna bamboo dan celana yang senada dengan suspender tersebut, disertai beret coklat. Junhee pun mendekati mempelai pria tersebut.
"Oi, Kim Mingyu!" panggil Junhee dengan gaya tengil.
Yang dipanggil menoleh, begitu juga dengan pria yang mengobrol dengannya. Tapi, Junhee tak memedulikan orang itu dan hanya punya urusan dengan Mingyu. Ia pun melipat kedua tangannya di depan dada dan menatap Mingyu dengan pongah. Terlihat di matanya Mingyu langsung permisi menyudahi obrolan pada pria tadi karena kedatangannya.
"Aku di sini bukan untuk mengucapkan selamat padamu. Aku hanya ingin datang demi Yuki," tandas Junhee.
Mingyu pun mengulurkan tangan untuk berjabatan. "Terima kasih," ucapnya dengan nada sopan walau tanpa ekspresi.
Junhee mendengus jengah. Ia menampik tangan Mingyu dengan kasar. "Aku tidak ingin bersalaman denganmu. Asal kau tahu saja, aku tidak pernah setuju dengan pernikahan ini. Jadi, jaga matamu tetap terbuka," ucap Junhee dengan nada peringatan.
Mingyu tidak menjawab. Baginya, tidak penting menjawab Junhee. Karena, suka atau tidak suka, pernikahan ini akan tetap berlangsung. Dan semua akan berakhir hanya jika kontrak dibatalkan. Dan Junhee tidak punya andil dalam kontrak tersebut.
Junhee merapatkan tubuhnya dengan Mingyu. Ia mendekatkan bibirnya ke telinga mempelai pria itu. "Kau pasti sudah menyelidikiku, bukan? Lalu, kau mau apa?" bisiknya sambil menyeringai tipis. Setelah itu, Junhee mengibas-ngibas kecil bahu Mingyu dan pergi meninggalkan pria itu.
Mingyu pun berbalik menatap kepergian Junhee. Ia memang sudah menyelidiki latar belakang pria bermarga Moon itu. Tapi, Mingyu tidak ingin melakukan apa pun selama pria itu tidak membuat kekacauan. Karena, bagaimanapun juga, Junhee adalah teman dekat Yuki.
"Direktur Kim," panggil seseorang.
Mingyu menoleh dan langsung membungkuk saat menemukan seorang menteri mendekatinya. Mereka pun saling berbincang-bincang.
🍁
Yuki menarik napas dalam. Rasanya gugup setengah mati. Ia sudah siap dengan gaun pernikahannya dan bahkan sudah memegang sebuket bunga. Wajahnya telah dirias oleh seorang make up artist profesional. Rambutnya juga telah di-curly dan diberikan flower crown eucalyptus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Listen to My Secret
FanfictiePark Yuki terjebak dalam kontrak yang dibuat oleh ayahnya dengan pimpinan Semicolon Group untuk menyelamatkan perusahaan sang ayah yang nyaris bangkrut. Namun, ternyata kontrak itu mengharuskannya menikah dengan pewaris tunggal Semicolon Group, Kim...