44. Fakta Sesungguhnya

2.5K 396 75
                                    

Jika saja hati dan pikiran selalu sinkron, mungkin ke salah pahaman itu tidak akan pernah terjadi.

Asegaf Hari Saputra—

[Maaf, untuk luka yang pernah tercipta!]

———————

Hari demi hari sudah terlewati dengan berjalan mulus. Tapi, apakah proses melupakan Asegaf berjalan mulus seperti hari-harinya? Oh, tentu tidak! Bayangan Asegaf selalu menghantui pikiran Asyilla. Saat memejam ‘kan matanya, bayangan wajah Asegaf selalu terlintas. Namun, apa yang bisa Asyilla lakukan? Ia hanya bisa menahan sesak ketika mengingat keputusan Asegaf.

Lalu, bagaimana dengan Asegaf? Apa ia sudah bisa mencintai Ata, seperti dirinya mencintai Asyilla? Sama sekali tidak! Tidak ada yang bisa menggantikan posisi Asyilla dihatinya. Tapi, mengapa Asegaf lebih memilih mengakhiri hubungannya dibandingkan menuntut penjelasan yang sebenar-sebenarnya pada Asyilla? Karena, hati dan pikirannya tidak sinkron. Yang membuat dirinya memilih jalur emosi tanpa berpikir dua kali.

Asyilla, kini sedang melakukan perjalanan ke Bandung bersama teman-temannya untuk melakukan sebuah pemotretan di sana. Rasa degup jantung Asyilla terus berdebar, ia takut akan bertemu Asegaf yang akan meluluh lantahkan hatinya.

“Sebentar lagi ada yang bakal ketemu mantan nih,” sindir Andre dengan melirik Asyilla di sampingnya.

“Ck, nyetir itu yang fokus. Jangan suka ledekin orang mulu,” decak Asyilla begitu malas.

“Oh ya, ngomong-ngomong ... kenapa kita gak pakai satu mobil aja, sih? Kenapa harus dua mobil kaya gini?” tanya Kayra di kursi belakang.

Andre menyahut, “Lo kaya gak tahu orang yang lagi kasmaran aja, Kay. Lo pasti pahamlah, si Noval ingin berduaan sama si Nanda. Yakali, dia mau uwu-uwuan di depan Asyilla,” ucapnya namun hanya mendapatkan oh—ria dari Kayra.

Semua teman-temannya yang berada di Bandung, tak sabar menyambut kedatangan Asyilla. Mereka sengaja datang pagi-pagi ke rumah Sandy, hanya untuk menyiapkan kenyamanan untuk Asyilla ketika datang nanti. Bahkan, Amel dengan telaten menyiapkan berbagai makanan untuk Asyilla dan teman-temannya datang.

“Ck, kenapa ribet banget sih? Ini yang datang Asyilla loh, bukan presiden,” cerca Aurel pada teman-temannya.

“Kalau lo gak suka, kenapa lo datang ke sini? Lagi pula, gak ada tuh yang nyuruh lo untuk datang ke sini,” cibir Ogi sangat tak suka.

“Udah, Rel, lagi pula Asyilla itu sangat penting buat mereka. Gak ada yang salah kok, buat nyambut kedatangan dia. Asyilla pantas mendapatkan perlakuan seperti ini,” ujar Atta menyahuti.

Marvel tersenyum miring. “Jelas, Asyilla pantas mendapatkan perlakuan baik seperti ini, karena dia itu orang baik. Gak kaya lo sama si Aurel, munafik!” tukasnya.

“Marvel, lo bisa ‘kan jangan pancing keadaan?” ujar Asegaf pada Marvel. “Jangan sampai ada adu argumen lagi setelah ini,” tambahnya.

“Ck, gak usah pada ribut. Dan kalian, harus menjaga sikap di depan Asyilla nanti,” lerai Sandy pada mereka.

Mereka hanya mengangguk mengiyakan saja. Lantas, mereka kembali ke tujuan awalnya, yaitu mempersiapkan segala penyambutan untuk kedatangan Asyilla. Bahkan, mereka mencoba menata serapi mungkin kediaman rumah Sandy.

Switched Souls - Asyilla & Atta (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang