𝗕

412 67 11
                                    

"Kenapa membantuku?"

"Karena aku mencintaimu, S̶..."

"Terima kasih."

Deg...

Joanne terbangun, keringat membasahi pakaiannya. Entah sejak kapan air mata lolos dari kedua matanya, perasaan yang sedih tanpa alasan yang pasti.

"Benar-benar mimpi yang menyakitkan." Ucapnya lirih

Setiap kali Joanne menanyakan tentang Yuna pada teman-temannya, dadanya sesak dan jantungnya seperti terkoyak karena itu Joanne tidak pernah menanyakan perihal Yuna pada siapa pun, lagi pula jawaban mereka sama, mereka tak mengenal siapa Yuna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setiap kali Joanne menanyakan tentang Yuna pada teman-temannya, dadanya sesak dan jantungnya seperti terkoyak karena itu Joanne tidak pernah menanyakan perihal Yuna pada siapa pun, lagi pula jawaban mereka sama, mereka tak mengenal siapa Yuna. Yuna seperti hilang ditelan bumi, tak seorang pun mengingatnya.

Rasa penasaran Joanne masih sangat besar terlebih Yuna yang tiba-tiba lenyap tanpa jejak, mimpi yang menyakitkan terus terulang, menangis tanpa alasan, terbangun tanpa bisa mengingat mimpi itu.

"Ini semua lebih melelahkan daripada sekedar mengulang hari yang sama sebanyak 30 kali." Joanne menyandarkan kepalanya ke tembok, raut putus asa jelas terlihat di wajahnya.

"Cintai aku..." suara samar melewati telinganya

Joanne melihat ke sekeliling, entah kenapa kepalanya mendadak pusing.

"Arrggghh..." Joanne memegangi kepalanya yang terasa berat dan akhirnya ambruk diatas meja, dia terlelap.


" Joanne memegangi kepalanya yang terasa berat dan akhirnya ambruk diatas meja, dia terlelap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Joanne tersadar, kelasnya sepi namun sepi ini bukan sepi seperti biasanya. Sepi ini membuatnya takut sekaligus sedih.

Deg...

Lagi-lagi jantungnya terasa sakit, air mata membasahi pipinya.

"Kenapa?"

"Kenapa aku tiba-tiba menangis."

"Seseorang tolong aku..."

"Siapa saja tolong aku..."

Mark menggoncang-goncangkan tubuh Joanne.

"Bangunlah, hey Joanne!"

Joanne membuka matanya perlahan.

"Hanya mimpi? Terlalu nyata untuk disebut mimpi." Batinnya

"Kau tak apa?" Mark merasa Joanne belum sepenuhnya sadar

Joanne hanya menjawab dengan anggukan

"Keadaanmu sepertinya tak baik, pulanglah."

Joanne menuruti arahan Mark dan memutuskan untuk pulang lebih awal.

"Aku akan sampaikan hal ini pada wali kelas, istirahatlah." Mark tersenyum sambil membawakan tas Joanne dan mengantarnya ke halte



" Mark tersenyum sambil membawakan tas Joanne dan mengantarnya ke halte

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Joanne melihat ke luar jendela.

"Apa hujan akan turun?" Gumamnya

Tiba-tiba mata Joanne tertuju pada satu sosok, sosok yang dicarinya belakang ini namun sosok itu sedikit samar.

"Berhenti!" Joanne terburu-buru turun dari bus, berlari menghampiri gadis itu.

"Yuna!" Dengan nafas memburu Joanne menyerukan nama itu.

Yuna membalikkan badannya.

"Kau menemukanku" ucap Yuna sambil tersenyum

Joanne terdiam, entah harus bersikap bagaimana. Dirinya merasakan di permainkan.

Yuna mendekati Joanne dan memeluknya, begitu erat.

Deg...

"Perasaan ini..." Joanne menangis

"Kenapa..."

"Menyakitkan..."

Seperti sebuah film yang terlewat diingatannya, moment-moment menyedihkan dan-

"Yu-Yuna..."

Ada Yuna diingatannya.

"Aku sangat mencintaimu."

Joanne mengatakannya dengan lirih, sangat lirih tapi begitu jelas di telinga Yuna.

Yuna hanya tersenyum sambil mengusap punggung Joanne.



Yuna hanya tersenyum sambil mengusap punggung Joanne

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
E N V Y • 2SHINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang