[ 5 ] Keping-Keping Yang Tak Padu

4K 619 132
                                    

Deden Ariandi adalah lelaki pertengahan tiga puluhan yang memiliki profesi ganda. Pustakawan Garda Bangsa dari pagi hingga sore hari, dan editor buku anak-anak pada malam hari. Terkadang, saat tugasnya di perpustakaan usai, beberapa naskah ia selesaikan di kursi putarnya yang nyaman, di balik meja pustakawan. Namun, awal tahun ajaran baru termasuk masa-masa sibuk untuknya. Ia harus mempersiapkan orientasi perpustakaan kepada siswa baru dan menyambut peserta baru klub buku Garda Bangsa.

Tugas kedua itu yang membuatnya berdiri di hadapan dua belas pendaftar klub buku saat ini. Mata Deden menyipit memperhatikan dua nama yang tertera pada selembar kertas yang dipegangnya.

"Hm, ada yang kelas sebelas," gumam Deden, lalu mengangkat kepala dan mengedarkan pandangan ke satu per satu wajah pendaftar di hadapannya.

"Ah, saya pernah lihat kamu." Deden tersenyum lebar menangkap sosok Lionel yang sedang duduk sambil bersedekap. Ekspresi terkejut bercampur tidak nyaman Lionel tunjukkan. "Kamu yang terlambat mengembalikan novelnya Andrea Hirata ... apa itu judulnya, ya? Sebelas Patriot, kalau saya tidak salah ingat. Sampai empat bulan waktu itu."

Adara mendelik ke arah Lionel. Lionel hanya mengangkat pundaknya tak acuh. "Kelupaan gue," ucapnya santai.

"Berapa dendanya?" Adara membayangkan Lionel harus merogoh kantung lumayan dalam hanya karena kelalaian seperti itu.

"Dua ratus empat puluh ribu. Gue genepin jadi tiga ratus."

Adara menggeleng takjub.

"Yang satu lagi ...?" Deden melirik Adara.

Adara mengangguk dan tersenyum cerah. "Saya Adara, Pak. Siswa pindahan, kelas sebelas."

"Baik, kalau begitu, saya mulai saja, ya. Saya nggak suka manggil kalian anak-anak, jadi saya panggil teman-teman saja, oke? Klub buku ini cakupannya luas sekali. Saya yakin pasti ada bagian dari kegiatan klub buku yang sesuai dengan minat teman-teman. Kami akan mengadap workshop kepenulisan, biasanya bekerja sama dengan teman-teman klub jurnalistik, workshop kritik karya sastra, diskusi buku, serta mengenal sistem perpustakaan dan ..." Deden menjeda penjelasannya sejenak, "membantu saya menjaga perpustakaan kita tercinta ini!"

Lionel mendengus. "Tuh kan, Ra, udah gue bilang, ikut klub ini sama aja jadi babunya Pak Deden--"

"Seenggaknya kita sama-sama jadi babu. Kalau gue ikutan klub band, gue sendirian yang jadi babu, kan?" Adara terkekeh.

Lionel berdecak, sebelum kemudian tersentak karena namanya dipanggil oleh Deden.

"Coba kamu ceritakan motivasi ikut klub ini, Lionel!"

Lionel gelagapan. Ia melirik Adara meminta bantuan, tapi gadis itu hanya mengulangi gestur mengangkat pundaknya dengan wajah cuek.

"Saya ingin mencoba sesuatu yang baru, Pak," ucap Lionel akhirnya.

"Begitu. Lalu apa jenis buku favorit kamu?" Deden yang sedari tadi melangkah memutari deretan kursi pendaftar, kini berhenti tepat di depan Lionel.

"Euh, mm, itu ..." Lionel kembali melirik Adara, kali ini dengan ekspresi meminta pertolongan yang lebih mengenaskan.

"Biografi, Pak," sambar Adara. Gadis itu berdeham, berusaha membuat suaranya terdengar meyakinkan. "Lionel suka membaca biografi tentang musisi, aktor dan aktris, sejenis itu, Pak."

Deden mengangguk-anggukkan kepala. "Kalau kamu, Adara?"

Diberi kesempatan menjawab seperti itu, mata Adara berbinar berkali lipat lebih cerah. "Pertama, saya kagum dengan lengkapnya perpustakaan ini. Kedua, saya lebih takjub lagi saat melihat koleksi buku anak-anak di perpustakaan ini banyak sekali. Saya kira, koleksi buku seperti itu hanya banyak di institusi pendidikan sekolah dasar, tapi Garda Bangsa berbeda."

A Mismatch So Perfect [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang