I : Ghost from the past

105 19 4
                                    

Seberapa cepat kau berlari?

Aku akan tersenyum jika di tanya seperti itu, aku cepat, aku si cepat, aku bisa mengalahkan atlit lelaki pemenang olimpiade dunia, aku bisa mengalahkannya dalam sekali adu tanding, kau tidak percaya?, kau kira aku membual, lihat mata ku, dan kalian akan tau dari mana bakat ku itu.

Aku si cepat dan aku sudah menghabiskan hampir seluruh hidup ku dengan berlari.

Malam itu, di tengah hutan pedalaman Eire aku berlari, kaki ku berderap cepat bergantian membelah lantai hutan yang di tutupi dedaunan kering dan setengah busuk, kaki ku semakin bergesek dengan tanah, sakit terkana ranting-ranting kayu yang bergelimpangan tidak ku hiraukan lagi. Kaki ku dengan licah berbelok dan meluncur maju semakin masuk ke dalam celah-celah jalan hutan yang semakin gelap.

Suara lolongan srigala itu kembali terdengar, bersaut-sautan memecah di keheningan, dan membawa ketegangan dan kekalutan yang luar biasa di dalam diriku, aku makin menjauh ke dalam hutan tetapi suara tersebut tak kunjung menghilang, menjelma seperti Banshee yang meratap ingin melahap jiwa, aku ketakutan. Aku mengusap wajah ku sambil berlari berharap ayah ku ada di samping ku sekarang, membisikan kata-kata hebat yang membuat ketakutan ku terbang, tapi itu tidak mungkin sekarang, ia sedang menghadapi sesuatu yang lebih besar dari apa yang tengah kuhadapi.

'Auuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu.'

Lolongan itu semakin tajam,suara parau para pria bertubuh besar juga ikut membelah keheningan, kaki ku terasa goyah, pijakan ku semakin tidak seimbang.

'Crak.'

Suara batang kayu patah terdengar cukup nyaring, diikuti dengan tubuh ku yang terguling ke sudut terdalam lekukan tanah. Bau darah tercium, aku memegangi kaki ku dengan kuat, sambil menahan jeritan. Cahaya remang rembulan yang tertutupi rimbun nya pohon-pohon tinggi membantu ku melihat dimana rasa sakit itu berasal, kaki ku sungguh sudah hitam luar biasa tertutupi lumpur, di bagian betis kanan ku noda hitam itu bercampur dengan warna merah pekat, mengalir perlahan walaupun berusaha ku tekap dengan tangan.

'Aaauuuuuuuuuuu.'

Suara lolongan dan salakan srigala samakin dekat terdengar, begitu juga sumpah serapah dari gerombolan pria. Air mata ku turun dan badan ku gemetar hebat, bayangan senyum ayah ku tak mampu lagi menahan laju air mata ku, sekujur tubuh ku sakit, dan paru-paru ku seperti terbakar karena terus belari. Aku menjatuhkan tubuh ku asal ke tanah, napas ku tersegal, hutan benar-benar begitu terasa menakutkan sekarangan. Cahaya rembulan yang tadi menerangi ku entah pergi tertiup kemana, semua nya gelap dan hitam, aku memejamkan mata rapat, walaupun bertetes air mulai turun dari ujung-ujung dahan pohon raksasa dan mengenai tubuh ku.

Semakin lama, tetesan itu berubah menjadi tembakan air yang semakin lebat sehingga membuat suara srigala serta rentetan sumpah serapah yang lebih terdengar seperti kutukan itu semakin menciut.

"Dimana anak prempuan itu?"

"Dia cepat sekali seperti ayah nya."

Aku meringis, mereka sudah tepat di depan ku, berdiri di undakan tanah tertinggi.

"Srigala-srigala ku tak bisa mencium bau lagi karena hujan" pria gempal si pemimpin menimpali, tangan nya menarik-narik kalung hewan berbulu pekat yang mulai gusar karena kebasahan.

"Kalaupun dia selamat, nantinya anak kecil itu juga akan mati, ini bukan hutan sembarangan, banyak beruang liar disini."

Aku menahan napas, aku semakin memaksa tubuh ku masuk ke dalam lekukan pohon besar.

'Doorrrrr' tiba-tiba suara tembakan yang di arahkan ke langit nyaring terdengar di ikuti dengan suara salakan srigala yang ketakutan.

Sejurus kemudian suara ejekan terdengar "Jadi si penghianat itu sudah mati? Tidak ku sangka secepat ini, siapa pun tidak akan bisa melawan Master."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kingdom of RemiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang