Turn The Light Off

1.7K 243 16
                                    

This Story dedicated to kuromeka

Dear Unnie, hopes you like it!
With love, Kopi.

***

Penghangat ruangan sudah bekerja ketika Jungkook membuka kamar, ia menyalakan lampu, mengumpat pada kebiasaannya yang teledor meninggalkan barang elektronik hidup. Kalau Seokjin, Hoseok, atau Yoongi tahu, barangkali ia akan diomeli. Tidak munafik, Jungkook juga seringkali kesal terhadap sifat pelupanya.

Pemuda itu langsung melepaskan hoodie, menggantinya dengan kaos hitam longgar, lalu merebahkan diri di atas ranjang. Ia memejamkan mata. Sesaat hampir larut dalam suasana hening dan suhu hangat ruangan. Tenaganya terkuras habis untuk latihan bela diri petang tadi. Setelah hampir beberapa bulan tidak tampil ke publik, ia dan abang-abangnya seringkali melakukan sesuatu diluar kebiasaan mereka. Jungkook banyak menghabiskan waktu di gym dan ruang studio sendiri. Hari ini ia melakukannya lagi—menekuni hobinya hingga kembali larut malam.

Sebelumnya diluar pintu kamar ia tidak menemukan siapapun. Jungkook yakin mereka sudah tidur. Semua orang lelah. Begitupula ia. Belum sampai Jungkook terlelap, samar terdengar seseorang membuka pintu. Indikator kunci berbunyi, Jungkook bisa tebak siapa yang berdiri di sana. Hanya ada satu orang yang tahu password kamar Jungkook.

Tanpa gumaman, orang itu masuk dan mematikan saklar lampu. Entah mengapa Jungkook masih betah pura-pura tertidur. Bahkan ia sengaja membiarkan mulutnya terbuka, memamerkan gigi kelincinya agar terlihat benar-benar lelah. Orang itu meraih kaki Jungkook yang terjuntai di kaki ranjang, susah payah mengangkat agar sejajar dengan tubuh bongsor maknae. Dalam hati Jungkook tahu itu bukan hal mudah. Karena ia berat. Jauh lebih berat dari cowok mungil yang kini merentangkan selimut di sekujur tubuh Jungkook.

Jungkook iseng membuka netra. Nuansa kamar gelap membuat orang itu tidak menyadari kalau Jungkook tengah memerhatikan. Tebakannya benar, orang ini adalah orang yang tiap malam datang ke kamarnya. Park Jimin.

Hyung paling muda setelah Taehyung, langkah kakinya seperti peri, tanpa bunyi dan cekatan. Jungkook suka memerhatikan dalam diam kalau abangnya tengah membereskan kamar tanpa ia minta. Pemuda itu bergerak seperti ia tengah menari (Jungkook selalu kagum dengan cara Jimin bergerak). Tanpa sadar yang lebih muda mengulum senyum.

Hoodie yang tergeletak asal di lantai ditumpuk dalam kungkungan lengan kecil, Jimin membawa pakaian Jungkook ke kamar mandi, berusaha menjejal baju ke dalam mesin cuci. Alisnya mengerut ketika melihat bubuk detergent berserak tersenggol lengan, alhasil sebagian mengotori baju dan celananya sendiri. Ia menghela napas. Memutuskan untuk menggunakan kamar mandi dan membilas dirinya.

Ketika pintu kamar mandi terbuka lagi, Jimin keluar menggunakan Jubah mandi milik maknae. Ia mengusak rambut hitam basahnya juga dengan handuk Jungkook. Ketika menyadari sebagian lampu kamar mandi menerangi sisi tempat tidur, Jimin kaget karena Jungkook sudah menyender di kepala ranjang, selimut yang ia rentangkan disibak ke pinggir.

"Kapan kau bangun?"

"Sejak hyung masuk."

Lantas Jimin duduk menyamping di pinggir ranjang, sebelah Jungkook. Masih sibuk mengeringkan rambut.

"Sorry, nanti kucuci." Kata Jimin sambil tersenyum. Tahu Jungkook kurang suka barang miliknya dipakai orang lain.

Jungkook diam saja. Ia menggeser duduknya tepat di punggung abangnya. Kedua kakinya selonjor mengepung sekeliling badan yang lebih tua. Jimin sendiri merinding merasakan sesuatu menyembul menyentuh bokongnya. Hendak menoleh, namun Jungkook keburu mengusak handuk dikepala Jimin hingga pemuda itu berakhir menunduk sementara Jungkook membantu mengeringkan rambutnya.

"Jungkook-ssi"

"Kau pakai sampo ku"

Kedua lengan Jimin turun. Bermaksud menyangga badan agar tidak terdorong kedepan, namun ia malah menjatuhkan di atas kedua paha Jungkook. Lantas Jungkook kaget dengan suhu telapak tangan yang lebih tua. Jungkook mengerang. Tanpa sadar memajukan pinggul, semakin menempel pada Jimin.

"Ergh—" sialnya, perbuatannya membuat Jungkook kehilangan kendali atas libido.

Handuk yang menutup kepala Jimin merosot dalam genggaman, aroma sabun dan shampoo menguar menciptakan suasa segar di sekitar mereka. Entah bagaimana, Jungkook melingkarkan lengan di pinggang ramping Jimin. Memasukkan jari-jarinya ke dalam jubah mandi. Lantas ikatan benda itu melonggar, menampilkan bahu mulus Jimin yang masih terasa dingin.

Jungkook merasa akal sehatnya hampir pergi ketika dua netranya melihat jubah mandi itu melorot jatuh ke sisi paha yang lebih tua. Jelas Jimin tidak mengenakan apapun dan sekarang tubuh polosnya terpampang dalam kungkungan Jungkook. Seperti lukisan dari atas sini. Tiap inci kulit satin Jimin terlihat pucat dengan sinar lampu samar.

Sama halnya sang maknae, napas Jimin tersenggal ditengah posisinya yang erotis. Terlebih sesuatu yang menempel di bokongnya kini semakin keras dan Jungkook—dengan lancangnya— menggesekkan benda itu tidak sabaran. Gerakannya brutal, kurang ajar. Kedua lengan pemuda itu mengekang perut serta dada Jimin. Mencegahnya bergerak sekalipun hanya untuk membenarkan posisi di ujung ranjang. Dada Jimin membusung karena jari-jari Jungkook sibuk merangsang bagian putingnya. Jimin mencoba mengimbangi gerakan Jungkook yang terlampau cepat. Lehernya mungkin sudah dipenuh bercak merah karena gigi kelinci Jungkook.

Keduanya tidak bicara. Hanya berkomunikasi dari deru napas dan gerakan. Bertemankan penerangan kamar mandi, Jungkook melakukan pelepaskan pertamanya beberapa saat kemudian. Tanpa menyentuh kemaluan Jimin yang mencuat berwarna kemerahan. Ujungnya bahkan sudah mengeluarkan pelumas, menetes ke lantai dan Jungkook senang memerhatikan bagaimana Jimin berusaha lepas dari kungkungan hanya untuk menyentuh miliknya sendiri.

Pada akhirnya Jimin putus asa, ia menoleh, melihat obsidian Jungkook yang nampak kelam dari biasanya. Nafsu dalam netra si maknae jelas mendominasi. Tanpa membiarkan Jimin berpaling lagi, bibir abangnya dilahap frustasi. Jungkook mendengar erangan Jimin yang kewalahan atas tingkahnya. Jungkook dengan mudah memindahkan Jimin ke tengah kasur. Jubah mandi sudah dilucuti hingga jatuh ke sisi ranjang. Terakhir Jimin lihat jam digital di atas nakas menunjukkan pukul satu malam. Berikut nya ia tidak ingat apapun selain Jungkook yang terus menggagahi tubuhnya dengan rusuh.

.
.
.

"Jimin? Kamu tidur di kamar Jungkook?"

Jung Hoseok bertolak pinggang. Melihat Jimin hanya mengenakan kaos hitam dan selimut putih.

"Hmm—mm"

Yang ditanya menjawab dengan erangan malas. Hoseok paham betul kalau Jimin memang sulit dibangunkan. Berencana menyibak selimut Jimin, namun perhatianny keburu teralih pada pintu kamar mandi yang tiba-tiba terbuka. Jungkook hanya mengenakan handuk di pinggang, keluar dari sana.

"Hyung?"

"Baguslah kau sudah mandi. Suruh bocah ini segera mandi, sarapan sudah siap."

"Baiklah."

Detik berikutnya Hoseok berlalu ke ruang makan. Meninggalkan Jungkook yang menyesal karena membiarkan pintu sedikit terbuka ketika ia pergi ke kamar mandi tadi.

Setelah menutup pintu, Jungkook memakai bajunya, kemudian merangkak menarik selimut Jimin.

Bokong pemuda itu ditampar hingga yang empunya bangun terkaget-kaget.

"Bangun, hyung. Pakai celanamu."

Jahil, Jungkook mengusap kemaluan abangnya yang tak tertutupi apapun, membuat Jimin bergidik.

"Minggir"

Jungkook tertawa geli melihat Jimin yang langsung terbangun, ia terlihat kesal, menepis tangan Jungkook.

"Pagi hyung."

Belum sempat Jimin menjawab. Jungkook mendaratkan ciuman singkat di bibir Jimin sebelum membiarkan pria itu turun menuju kamar mandi dengan susah payah.

Fin

Turn The Light offTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang