18 - Restu dan Tanggung Jawab

1.9K 184 6
                                    

Selamat membaca ^_^

Jehan terbangun sekitar pukup tujuh pagi, ia terkejut mendapati seorang lelaki  tertidur di lengannya. Jehan tidak tahu siapa itu, tapi ia rasa itu Haechan.

Jehan mencoba membangunkannya. Jehan menepuk-nepuk pundak lelaki itu dengan tangan satunya. "Hey, kamu... Bangun..."

"Halo... Selamat pagi..." Jehan sedikit mengangkat tubuhnya, mencoba melihat wajah lelaki tersebut.

"Apa ini Donghyuck oppa?...." benar saja, lelaki itu adalah Donghyuck oppa alias Haechan.

Jehan menggerakkan tangannya yang digunakan Haechan sebagai bantal.

"Oppa.., bangunlah! Udah pagi..."

Haechan perlahan membuka matanya, lalu menegakkan punggungnya dan menatap Jehan. "Apa aku sudah mati? Kenapa aku melihat bidadari? Apakah ini surga?"

Ya ampun! Dia bahkan baru bangun dari tidurnya.

Jehan refleks memukul pundak Haechan. "Yak!! Banguunn!!"

"Awww." Haechan meringis bukan karena sakit, tapi karena terkejut dengan Jehan yang memukulnya di saat ia masih setengah sadar.

"Kok bidadarinya galak sih?" ujar Haechan lagi.

"Bangun, hey! Sadar! Ini masih di bumi. Kamu masih hidup!" Jehan merasa gemas.

Haechan menunjukkan deretan giginya. "Habisnya aku kaget, bangun-bangun disambut bidadari."

Jehan memutar bola matanya malas. "Kamu kok disini sih? Terus kenapa kamu tidur di lantai begitu?"

Haechan tertidur dengan posisi duduk di lantai dan kepala di kasur dengan tangan Jehan yang dijadikan bantal. Jehan pikir, Haechan bisa saja sakit badan dengan posisi tidur seperti itu.

"Kamu yang bikin aku begini kalau kamu lupa." jawab Haechan.

"Kok aku?" Jehan mengerutkan keningnya.

"Gak ingat semalam yang nahan aku biar gak pergi siapa?" Jehan menggeleng. Haechan memasang wajah datar.

Pada akhirnya, Haechan menceritakan kronologi semalam, mulai dari ia yang menggendongnya ke kamar hingga Jehan yang menahan tangannya agar ia tidak pergi.

Jehan merasa bersalah. "Oppa, mianhae-yo.."

"Gwaenchana.. Aku udah biasa direpotin kamu." Haechan memasang wajah menyebalkan.

Jehan mengubah rautnya menjadi datar.

"Eii.. Jinjja gwaenchana, karena aku juga kangen banget sama kamu." Haechan serius kali ini.

*Mi-an-hae-yo 미안해-요 = Maaf (formal)

Gwaen-chanh-a 괜찮아 = Gapapa / baik / baik-baik saja (informal)

Jin-jja 진짜 = sungguh/sangat (informal) *

Jehan terkekeh, berusaha menyembunyikan wajahnya yang memerah. "Tuh kan. Ku bilang juga apa, kamu bakal kangen sama aku."

"Iya iya, aku ngaku, tapi kan bukan aku doang yang kangen, kamu juga kan, kamu yang bilang sendiri."

"Gak usah ditanya itu sih." Jehan mengalihkan pandangannya karena malu.

Haechan gemas melihat wajah Jehan yang memerah, ia memegang kedua sisi wajah Jehan, menekan pipinya hingga bibirnya terlihat seperti bebek --duck face. "Kamu kok lucu banget sih?!" ujarnya gemas sambil menarik wajah Jehan mendekat.

[1] So I Married My Idol ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang