Kang Saehee sudah berangkat pagi-pagi sekali ke kampusnya. Ia memutuskan untuk singgah ke perpustakaan, menimbang bahwa keadaan perpustakaan yang tidak terlalu ramai. Sangat cocok untuk mengerjakan tugas. Udara pagi yang sejuk dan segar serta keadaan perpustakaan yang damai pasti akan membuat inspirasi dan kinerja otaknya semakin baik.
Saehee sudah berada di perpustakaan. Ia segera mengambil posisi di salah satu bangku kosong disamping jendela besar yang menghadap langsung kearah luar gedung. Tak lupa, ia mengeluarkan buku catatan dan beberapa buah buku yang tidak sempat ia baca semalam karena terlalu lelah. Ia mulai membuka bukunya. Membuka lembar demi lembar, membaca baris demi baris kata yang tertuang disana.
Saehee yang masih fokus dengan buku nya tak terusik dengan suara tarikan kursi di hadapannya. Sedetik kemudian, secangkir kopi hangat tersaji tepat dihadapannya. Saehee mengangkat kepalanya, berusaha menemukan sesosok makhluk baik yang sudah bermurah hati memberikannya kopi pagi-pagi begini.
"Selamat pagi, Kang Saehee." Jungkook dengan senyum sumringah meneguk kopi miliknya. Matanya menatap sebentar kearah Saehee, lalu mengarahkan pandangannya ke pemandangan dibalik jendela kaca besar itu.
"Sedang apa kau disini?" tanya Saehee bingung.
"Mengunjungimu."
Saehee tersenyum miring. Omong kosong Jungkook sepagi ini benar-benar sudah menghancurkan moodnya. Padahal ia baru saja berhasil mengumpulkan konsentrasinya dan mulai menyerap ilmu dari buku tebal berwarna abu-abu itu.
"Apa kau sudah sarapan? Aahh ... aku kelaparan." Jungkook menggunakan nada sedikit manja, namun sepertinya belum bisa menarik perhatian Saehee terhadap buku itu.
"Apa kau masih menyukai susu coklat?" sambung Jungkook seraya meletakkan cangkir sterofoam itu keatas meja.
"Tidak,"jawab Saehee acuh tak acuh.
"Benarkah? Lalu kau suka susu apa? Susu rasa pisang?" tanya Jungkook dengan senyum jahil diwajahnya.
"Itu kesukaanmu, Jungkook-ah." Jawaban itu terlontar tanpa sadar dari bibir Saehee.
Jungkook tersenyum lebar, menampakkan gigi kelincinya. "Kau masih ingat apa yang aku sukai?"
Merasa di jebak oleh lawan bicaranya, Saehee menatap Jungkook sebal. Ia bahkan membanting lumayan keras pulpen di tangannya, mencoba memperingatkan Jungkook bahwa saat ini ia sedang tidak ingin basa-basi, diajak mengobrol, atau percakapan tidak penting seperti ini.
"Apa tanggal lahirmu juga berbeda sekarang?" tanya Jungkook lagi.
"Jungkook-ah ...."
"Kita lahir di bulan yang sama. Kau ... ulangtahunmu tanggal 1 September kan?"
Saehee menghela nafas kasar, "itu ulangtahunmu Jungkook."
Jungkook kembali tersenyum. Wajahnya menyiratkan kemenangan, entah menang dari apa dan siapa.
"Wah ... kau bahkan masih mengingat ulangtahunku."
Saehee memutar bola mata malas. Ia kembali memegang pulpennya, mencoba fokus pada buku di hadapannya.
"Apa kau masih mencintaiku?" Jungkook melancarkan satu pertanyaan lagi, kali ini pertanyaan yang bodoh dan tidak penting sama sekali. Menyebalkan!
DEG!
Pertanyaan macam apa itu?
Saehee mengerutkan dahinya tatkala mendengar sebaris kalimat yang membuat telinganya risih dan langsung memandang kesal pada Jungkook. Pria itu tampak seperti tidak memiliki masalah sama sekali dengan ucapan yang ia lontarkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Baper! Kita Cuma MANTAN |Jeon Jungkook| [SELESAI]
FanficDalam hidup, pertemuan dan perpisahan adalah misteri yang kerap di simpan rapat oleh takdir. Perpisahan bisa saja menjadi hal yang menyakitkan, namun kadang kala pertemuan setelah perpisahan adalah hal yang lebih menyakitkan berkali-kali lipat. Hal...