Rainy or ...

29 4 2
                                    

Saat dunia menjadi gelap dan hujan turun dengan tenang...

Tetesan air turun dengan tenang di hadapanku. Saat ini aku sedang berada didalam mobil bersama dengan pria yang bahkan tidak ingin aku lihat wajahnya. Hening.. itulah suasana yang bisa menggambarkan keadaan kami saat ini. Pria ini, dia bahkan tidak berniat berbasa basi menjalin pembicaraan dengan ku, seakan diriku ini transparan dan tidak kasat mata.

Berapa lama? Aku rasa ini adalah tahun ke sepuluh kami. Aku bahkan saat ini tidak tahu persis sudah berapa lama kami bersama. Seakan hanya menjalani rutinitas, hidupku dengannya tidak ada yang istimewa. Bagaimana bisa kembang api yang aku rasakan padanya diawal kami bersama kini benar benar sudah tidak ada lagi. Setiap memandang wajahnya ataupun berbicara dengannya hanya akan menimbulkan pertengkaran.

Dalam hujan kamu datang dan mencariku, menyiksa diriku sepanjang malam..

Tidak ada kata kata manis seperti 'selamat tidur' ataupun 'mimpi yang indah', hal seperti itu sudah lama berlalu bagi kami. Terkadang aku bahkan bertanya-tanya jika bisa mengulang waktu akankah aku tetap bersama pria ini? Membina rumah tangga bersamanya dan hidup bersamanya dalam waktu yang lama.

"bukankah tindakan mu itu salah Soojung-a?" suara itu menginterupsiku dari kegiatan yang sedang aku lakukan. Aku menatapnya dari cermin yang berada tepat didepanku.

"memangnya apa yang aku lakukan?" aku balik bertanya, bukan karena aku tidak mengerti dengan apa yang sedang ia pertanyakan, tapi sungguh sebenarnya saat ini diriku sangat lelah untuk membahas apa yang sudah terjadi.

"tidak seharusnya kau bertindak seperti itu dihadapan orang tua ku, apalagi ada Noona dan Mae-bu"

"aku tidak akan seperti itu jika kau membelaku, seharusnya kau marah saat istrimu dipandang rendah bukan?" pertanyaan ini, apa yang aku harapkan sebenarnya. "aku lelah.. sungguh jika ingin bertengkar mari lakukan saja besok"

Aku kembali melakukan kegiatan yang sedang aku lakukan tadi. Membuka semua perhiasan yang melekat ditubuh ku kemudian melangkah dengan pasti menuju kamar mandi.

Sungguh rasa penat saat ini menyerangku. Berendam didalam air hangat seperti ini setidaknya bisa membuat aku sedikit rileks. Pikiran ku melayang kemasa lalu, saat kebersamaan kami diliputi oleh canda dan tawa.

FLASHBACK

"kau ingin berapa anak?" ucapnya sambil memeluk ku dari belakang.

"hhhmm... dua, kurasa dua sudah cukup, aku ingin memiliki sepasang anak yang cantik dan tampan"

"bukankah kita harusnya memiliki sebelas anak? Kita bisa mendirikan club sepak bola jika seperti itu" ujarnya sambil tersenyum kecil di atas bahuku.

"yakkkkk....kalau begitu kau saja yang melahirkan, kalau aku memiliki anak sebanyak itu, aku akan pusing, mengurus satu yang seperti mu saja sudah sangat berat" ucapku sambil menahan tawa.

"Arasseo.. Arasseo.. kalau begitu bagaimana jika lima? Aku akan menggantinya menjadi club basket" aku masih bisa merasakan senyumya diatas bahu ku.

"bagaimana kalau kita buat kesepakatan" ujarku sambil berbalik menghadapnya dan mulai melingkarkan tanganku dilehernya. "aku akan membiarkanmu memiliki lima anak tapi kau harus memperlakukan aku bak ratu setiap hari" ujarku dengan senyum penuh makna.

"tanpa kau minta yeobo.. kau kan memang ratuku" ujarnya sambil menyapu hidungku dengan hidungnya.

"iiishhh.. hentikan itu aku geli mendengarnya" kemudian tawa kami meledak bersamaan.

FLASHBACK END

Aku tidak tahu sudah berapa kali aku membuang nafas berat. Saat ini aku tidur bersamanya, berada satu ranjang dengannya tapi punggung kami yang saling berhadapan. Perasaan kami apakah benar-benar sudah menjadi dingin?

Saat hujan mulai berhenti, kamu pun mengikuti, Perlahan, sedikit demi sedikit, kamu juga berhenti..

"apa ini?" suaranya sedikit mengejutkanku.

Dia berjalan dengan langkah yang panjang menujuku sambil membawa map cokelat yang aku sudah ketahui apa isinya.

"seperti yang sudah kau lihat" ujarku singkat

"mengapa kau meletakan ini diatas meja ku" tanyanya lagi

Aku tidak menjawab pertanyanya dan terus melanjutkan kegiatanku yang sedang menyiapkan makanan diatas meja.

"bukankah sebaiknya kita makan dulu baru membahas ini?" ujarku setelah selesai dan duduk dikursi meja makan kami.

"menurut mu saat ini aku bisa mencerna makanan?" tanyanya lagi tanpa mengindahkan pertanyaanku.

"itu sudah jelas.. Kim Jongin mari kita sudahi, aku ingin kita bercerai"

Apa ini? Aku pikir aku bisa mengatakannya dengan tegas sambil menatap matanya, tapi apa yang saat ini sedang aku lakukan? Aku hanya menatap kosong kearah depan.

Aku mendengar helaan nafas yang berat dari arahnya. "aku tidak tahu kenapa kau bisa berfikir sampai sejauh ini, yang jelas ini tidak akan terjadi, kita tidak akan bercerai.. Aku akan berpura-pura tidak melihat ini dan aku tidak mendengar apapun darimu"

"berpura-pura? Hah.. kau memang ahlinya" ucapan ku yang sarkastis menghentikan langkahnya.

"apa maksudmu?" seperti ini lagi, selalu seperti ini, dia akan menyelesaikan semuanya dengan pura-pura tidak mengerti, pura-pura tidak tahu, dan pura-pura yang lainnya.

"aniya.. lupakan saja.." aku sudah mulai muak.

"kau... apa yang saat ini ada dipikiranmu?" kali ini dia menarik tanganku saat aku hendak melangkah

"kita benar benar kehilangan kemampuan untuk berkomunikasi Kim Jongin.." aku berusaha melepaskan tanganya yang menggenggam erat pergelangan tanganku. "aku tidak ingin banyak bicara, suka atau tidak, mau ataupun tidak mau, aku akan melayangkan gugatan ke pengadilan. Saat ini aku bukan sedang meminta izin mu, saat ini aku sedang memberitahu mu.. jadi hari ini mari kita selesaikan sampai disini.. "

Aku kembali melanjutkan langkahku tanpa menoleh kebelakang untuk melihatnya. Bagaimana ekspresinya? Apa ini ? Apakah aku masih penasaran? Ah.. entahlah, saat ini pikiran ku sedang campur aduk, ikatan 10 tahun ini, aku rasa ini akan benar benar berakhir..

-=-=-=-=-=-==-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

On Rainy DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang