"Ternyata kau... Tidak mesum ya, Naruto." Kalimat yang diucapkan Ino membuat Naruto tersenyum tipis. Pemuda itu memejamkan mata, rasa lelahnya kini kembali menyerang. Entah kenapa ia tidak mengantuk walaupun tubuhnya terasa amat lelah.
Naruto dapat mendengar suara Ino yang beranjak turun dari kasur. Ia juga dapat mendengar Ino membuka lemari pakaiannya.
Apa jangan-jangan...
Dengan sedikit takut, Naruto membuka sedikit mata biru sapphire-nya. Berharap Ino tidak mengetahui bahwa ia masih terbangun, dan menangkap basah dirinya yang tengah mengintip. Ya, dengan pikiran mesumnya—mungkin—, ia mengintip seorang Yamanaka Ino—Namikaze Ino sekarang—yang sedang berganti pakaian.
Astaga, ia tidak se-mesum ini, kan?
Bukan salahnya.
Jangan menyalahkannya.
Karena ini bukan salahnya.
Ia sudah mencoba untuk menutup kembali matanya, namun, dirinya serasa berubah menjadi batu sekarang. Seakan ada suatu tarikan yang membuatnya untuk terus melihat dan tak bisa berpaling walau hanya sedetik.
Naruto yakin, jika ada yang memegang keningnya, orang itu akan mengatakan bahwa ia sakit demam. Dengan tinggi 40 derajat celcius. Dan kalau tak dibawa ke rumah sakit segera, ia akan—
Dokter menggeleng-gelengkan kepalanya dengan sedih.
—meninggal dunia. Atau bahasa kasarnya, mati.
Dan akan muncul berita di setiap surat kabar di Jepang, 'Seorang Pria Meninggal Setelah Melihat Sang Istri Berganti Pakaian.'
Oke, mungkin itu terlalu berlebihan. Tapi... Mungkin saja, kan? Who knows?
Sebenarnya... ada bukti bahwa seorang Namikaze Naruto tak mesum. Ya, Namikaze Naruto tidak mesum. Yaitu...
Mata sapphire-nya yang terus menatap Ino. Bahkan ketika gadis itu membersihkan wajahnya dari make up, dan melepaskan segala hiasan di rambutnya. Bukan hanya saat gadis itu berganti pakaian.
Ino terlihat begitu cantik. Yah, walaupun tak secantik Sakura—menurutnya—, sih.
.
End of Flashback.
.
Naruto tersenyum. Yah... Kalau sekarang sih, menurutnya Ino lebih cantik.
Dan matanya terpejam.
.
.
.
Ino mengerjapkan matanya. Berusaha membiasakan matanya dengan silau matahari yang menembus kaca jendelanya. Gadis itu tersenyum, mendudukkan dirinya, lalu merenggangkan tubuhnya yang masih terasa hangat. Ia mencoba bernapas, menarik udara yang terasa amat segar itu, dan menghembuskannya dengan tempo yang beraturan.
"Ng...? Naruto..." Ia kembali teringat pria yang baru saja menjadi suaminya kemarin. Tanpa berpikir panjang, gadis beriris aqua itu segera turun ke bawah, menuju tempat Naruto tidur.
Ino sungguh tak bisa menahan tawa-nya begitu melihat sang suami tertidur dengan posisi...
Kaki di atas sofa, dan kepala di bawah mencium lantai.
Oh, jadi ini maksud Naruto saat pria itu mengatakan ia tak bisa bangun dalam kondisi yang sama saat ia tertidur, dan membutuhkan kasur yang besar, sehingga ia tak terjatuh? Yang benar saja!
"Hmmpf... Hwahahahahaha!" Tawanya meledak seketika. Membuat Naruto membelalakkan matanya kaget, dan bangun melompat. Pandangan matanya menyipit begitu melihat Ino yang tertawa geli, pria itu kemudian menyilangkan kedua tangannya di depan perut. Menunggu Ino selesai tertawa. Namun, tawa Ino tak kunjung selesai, gadis itu masih teringat betul dengan posisi Naruto barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Princess Serenity
RomancePertemuan Ino dan Naruto membawa keduanya masuk ke dalam sebuah permasalahan aneh. Pernikahan. Ditambah keinginan Kushina yang ingin menimang cucu dan cinta yang belum dapat dilupakan. Warning: too much. I took the cover image from: https://id.pinte...