Part Satu ✅

10 3 1
                                    

" Yang sopan Lo sama kakak kelas. Masih jadi adek kelas aja kelakuan kaya cabe rambut di warna rok sejengkal di atas lutut seragam pas body, mau mangkal lo?"

Bianca Assyafa. Aca, tersenyum miring tanpa rasa takut menatap mata kakak kelas yang tadi melabrak nya tepat di koridor sekolah membuat sebagian besar murid dari seangkatan sampai kakak kelas menyaksikan pertunjukan tak ber duit ini.

Dia bersendekap dada lalu berjalan mendekat. "Lagi ngaca ya mbak? Oh pantes menggonggong" ucap aca membuat perempuan kelas 11 itu menggeram marah.

"Gigi di pager, rambut neon seragam press body sepatu putih cling kulit putih banget kaya di kasih soklin. Mau ngejamet mbak? "

"Lo!"

"Ups... Gada bedanya dong sama yang mangkal di lampu merah itu" lanjut nya lalu pergi meninggalkan koridor yang sudah ramai. Tapi sebelum itu dia tersenyum miring menatap mata tajam kakak kelas yang gila hormat itu.

Tidak tua, muda, kecil, maupun besar. Jika ingin di hormati dengan cara yang baik dan benar maka, belajar lah untuk menghargai orang dengan cara yang baik pula.

Dia mengepalkan tangan nya kuat, menahan malu akibat tindakan nya sendiri. Menatap nyalang tanda permusuhan kepada punggung kecil dari gadis kelas 10 yang baru aja menghinanya di depan umum. Bianca, adik kelas nya.

Di tambah lagi dengan ejekan beberapa siswa dan siswi yang menertawakan nya, dan ejekan ejekan halus maupun pedas untuk pertama kali ia dengar sendiri sampai di telinga yang tertutup rambut berwarna neon itu.

Bianca kelas 10 - 1. Lo, gak bakalan bisa lepas dari gue! Ucap batin nya jahat.

🌹

Manusia di ciptakan dengan kemampuan masing-masing. Tidak ada yang nama nya manusia bodoh di bumi ini, pikirkan saja. Jika ada manusia yang bodoh kenapa mereka masih bertahan hidup sampai detik ini di dunia yang kejam ini.

Namun jika masih ada orang yang menganggap mu manusia bodoh. Apakah mereka sepintar fisikawan teoretis kelahiran Jerman yang mengembangkan teori relativitas, yang bernama Alber Einstein?

Jika memang iya?

Maka dia pantas mengatakan bahwa kamu manusia bodoh. Tapi manusia yang pintar tidak akan pernah membuang-buang tenaganya hanya untuk mengkritik kebodohan orang lain.

Paham?

Lanjut ke bagian cerita!

Rafli Aditya, Adit. Adalah laki laki cerdas dan pintar, ramah tidak sombong dan suka menabung. Tegas sabar juga perhatian, apalagi jika menyangkut sahabat nya, dia akan menjadi malaikat dan berubah menjadi devil bagi siapapun yang berani membuat gadis cantik nya menangis.

Aca.

Siapa lagi?

Tidak heran lagi jika Adit dan aca selalu bergandengan tangan kemana pun mereka pergi karena nyaris keduanya tidak pernah berpisah. Keduanya adalah teman sejak kecil dan saling menggantungkan satu sama lain.

" Lo tadi berantem lagi?" Tanya Adit setelah selesai mengikat rambut sepunggung itu menjadi dua bagian. Wajah aca yang cantik terlihat sangat imut jika rambut nya di ikat seperti anak anak, sudah biasa memang dan aca tidak pernah protes atas apapun yang di lakukan Adit terhadap rambut ataupun wajah nya.

Dia menyandarkan punggung nya ke dada Adit dan mengangguk malas. Matanya tetap berada di tujuan utama, yaitu. Game.

"Di labrak atau ngelabrak" tanya Adit lagi.

"Di labrak"

"Oh"

Laki laki itu sedikit memiringkan tubuh nya lalu membenarkan dasi milik sahabat nya yang sedikit berantakan itu tanpa menghiraukan tatapan bungkam dari teman sekelas nya.

Emang ada ya tatapan bungkam?

" Ginikan cantik" gumam laki laki itu mencubit gemas namun pelan pipi milik sahabat nya yang sibuk dengan game yang ada di ponsel milik nya.

"Mereka bener cuma temenan doang?"







Thx you♡

╭☞╭☞Rabu 28 oktober 2020

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 28, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bianca Itu...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang