Dua

64 9 1
                                    

Sudah dua hari wanita bergaun kupu-kupu itu tidak sadarkan diri, ia masih terbaring lemas di kamar Daniella. Daniella pernah berpikir untuk membawa wanita tersebut ke rumah sakit, namun entah mengapa sebuah dorongan menahanya. Ia begitu yakin sekali bahwa wanita bergaun kupu-kupu ini akan segera bangun dan baik-baik saja seperti semula.

Daniella begitu asik dengan laptop di pangkuannya, sedangkan di sampingnya wanita bergaun kupu-kupu itu masih terlelap dengan dengkuran yang halus. Daniella menghentikan aktivitasnya, ditudanya dahulu deretan soal dan pembahasan yang tengah ia kerjakan. Ia menatap wanita itu beberapa saat, hatinya terus berdoa agar Tuhan segera membuatnya terbangun, ia mengucapkan beberapa kali, dengan sungguh tanpa mengalihkan tatapannya dari wajah wanita itu.

Dalam hitungan detik Tuhan mengabulkan doa Daniella, perlahan wanita yang terbaring di sampingnya kini terbangun dan kembali memperlihatkan iris merah mudanya. Daniella terkaget-kaget, ia memuji Tuhan dan mengumpat dalam waktu yang bersamaan.

"Syukulah Tuhan kau mengabul doaku, dan.. oh Shit, ternyata itu bukan lensa butan" Daniella bergumam dalam hati, sedangkan matanya masih terbelalak.

Wanita bergaun kupu-kupu mengerjapkan matanya beberapa kali, bulu mata indahnya terlihat menyapu rasa kantuknya. Untuk beberapa saat mata mereka kembali bertemu. Lalu wanita itu beralih menatap tubuhnya yang terbaring. Ia terbelalak karena ia sudah memakai pakaian yang berbeda, ya Daniella mengganti pakaiannya tepat di malam saat ia manemukan wanita bergaun kupu-kupu itu.

Grusuk..

Wanita itu beranjak dengan cepat, duduk di penjuru kamar sambil menatap tajam ke arah Daniella. Jelas sekali ia tengah mengintimidasi Daniella soal pakaiannya yang sudah ia ganti tanpa seizinnya.

Daniella berdiri, lengannya terasa kaku"a-aku ganti baju kamu pas kamu demam, aku gak lakuain apa-apa. S-serius " wanita itu tetap menatapnya tajam "malam itu aku menemukan kamu gak sadar diri di depan rumah aku, dan kamu demam. Aku lihat pakaian kamu kurang nyaman, terus aku ganti pake piama" tatapannya sedikit mereda, dan itu membuat Daniella sedikit jauh lebih baik.

Wanita itu lalu melihat ke sekililing, ia mendapati gaunnya menggantung rapi di antara pakian-pakian Daniella. "ah iya, gaun kamu masih belum aku cuci. Tapi nanti aku cuci" wanita itu hanya menatap Daniella, tanpa menjawab perkatannya.

Kruyuk..

Wanita itu meremas perutnya, Daniella terkekeh melihat kelakuan wanita asing yang baru tersadar dari tidur panjang selama dua hari, dan terbangun dengan kelaparan. "ah kalau gitu, aku mau masak" ucap Daniella.

Baru saja Daniella memunggunginya, wanita itu beranjak lalu menarik sedikit ujung pakakian Daniella. "mau ikut? Memangnya udah kuat jalan?" lagi-lagi ia hanya membisu, Daniella memperhatikan kedua kaki wanita itu yang sudah berdiri kokoh, tanpa sedikitpun gemetar. Daniella tersenyum"sepertinya tidur panjang ini membuat dirimu sembuh total" ia menatap kedua bola mata Daniella "ikut aku, tapi duduk aja di kursi makan, oke?" ia mangangguk.

Daniella membuat dua gelas teh tawar panas, dengan sedikit irisan lemon yang ia masukkan ke dalamnya. Ia lalu menyuguhkan kepada wanita yang menunggunya di kursi meja makan. Dengan cepat ia menerima teh panas yang Daniella berikan padanya, dan beberapa detik kemudian ia meringis karena mulutnya merasa kepanasan.

Dengan sigap Daniella memberikannya segelas air putih, dan wanita itu dengan cepat meminumnya. Daniella terkekeh melihat pemandangn itu "sebenernya kamu manusia dari planet mana sih?" wanita itu terdiam dan hanya menatap kedua bola mata Daniella. "lihat aku!" Daniella mengambil cangkir teh miliknya, ia meniup-niup agar suhunya sedikit turun, lalu kemudian ia menyeruputnya secara perlahan. Wanita itu mempelajari semua yang Daniella contohkan tanpa kecuali.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 28, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CassandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang