01

1K 92 53
                                    

PERINGATAN!!!

Cerita ini mengandung muatan dewasa dan berat seperti kekerasan, bullying, kata - kata kasar, dll. serta mengambil latar di Korea Selatan dan memuat tokoh dengan nama idol dan nama - nama orang korea, namun bukan maksud penulis untuk membuat citra buruk negara terkait di mata para pembaca.
Bagi pembaca yang belum cukup umur atau tidak nyaman dengan konten tersebut, TIDAK DIANJURKAN UNTUK MEMBACANYA

Jadilah pembaca yang bijak dalam memilih











Main cast POV

"Dasar babi!"

"Lihatlah tubuhmu! Menjijikan!"

"Kau itu kenapa bisa hidup?!!"

"Hanya membuat dunia menjadi tambah sesak saja!!"

"Dasar tidak berguna!! Begitu saja kau tak mampu?!!"

"Hahahaha... Mati saja kau!!"

"Hei babi!! Kemari kau!! Belikan aku rokok sekarang!!"

"Babi!! Kau itu pendek sekali ya?!! Ingin mencoba mengintip rok para gadis?!! Dasar bajingan mesum!!"

Hahhh.... Kata - kata seperti itu sudah lazim untukku dengarkan setiap hari. Ruangan yang sesak dengan asap rokok. Lantai penuh aroma pesing dan ludah lengket yang berada dimana - mana. Aku sekarang berada di sini, disituasi yang bisa terbilang bahaya. 

Pria berwajah sangar berbadan gempal tapi kuat itu melihatku dari sudut matanya. Sepertinya aku menyadari suatu hal, mood seorang Lee Chul Mo sedang tidak baik. Cuihh... Ia meludah ke lantai dihadapanku. Iya, dihadapanku karena saat ini aku sedang bersimpuh menghadap pria itu.

Tangan kanan yang mengapit sebatang rokok, dan langkah kaki yang kian mendekat ke arahku. "Hei babi!! Kalau ada guru yang ingin memeriksa toilet beritahu aku, mengerti?!!" 

Hening... tidak ada sahutan.

"Kau tidak dengar apa yang aku katakan?!! Dasar bodoh!!" 

G... Gawat!!

"Ngok! Ngok! Ngok!" Jawabku atas pertanyaannya.

Yah... seperti itulah. Aku tidak berhak berucap apapun sesuai kodratku sebagai seorang manusia. Aku hanya bisa bersuara sesuai apa yang ia katakan. Jika Lee Chul Mo berkata babi, maka aku harus bersuara seperti babi. Jika ia menyebutku monyet, maka aku akan bersuara seperti layaknya seekor monyet. 

Menyedihkan. Menjijikan. Begitu rendahan. Tapi aku tidak bisa berbuat apapun. 

"Berhentilah sekarang anjing!!" bentaknya.

Maka yang aku lakukan hanya bisa menggonggong. "Guk! Guk! Guk!"

Sett... Duak!!

Hanya seperkian detik aku berkedip, kaki pria itu sudah berada diwajahku. Menyudutkannya hingga menempel pada kloset yang bau. "Lakukan dengan benar!! Bajingan!!" bentaknya lagi. 

"Guk!! Guk!" suara yang keluar dari mulutku. Ingin sekali aku berteriak, menangis dan menghantam wajahnya. Namun aku tidak berdaya. Aku...

Brakkk!!!! 

Apalagi ini? Aku tidak tau dosa apa yang sudah aku lakukan di masa lalu hingga sekarang kepalaku sudah terbentur kloset tadi. Darah segar mengalir dari hidung, sudut bibir dan keningku. 

The UndergroundWhere stories live. Discover now