"baru sehari sekolah. Bisa jaga sikap gak sih?"
Jungkook sesekali menoleh ke jendela dimana terdapat banyak teman-temannya yang sedang menontonnya. Termasuk Yeri yang ikut cemas. Ini karena dirinya.
"Iya maap" kata Jungkook dengan enteng. Seokjin yang melihat itu tentu semakin terpancing emosinya. Untung dia bisa menetralkan ekspresi.
"Kook, kamu sekolah disini bukan karena prestasi dan uang. Kuota siswa saja sudah penuh dan selama setahun ini gak pernah nerima murid baru. kamu disini dimaklumi karena masih punya hubungan keluarga dengan pemilik sekolah ini." Terang Seokjin. Jungkook memang tahu itu dari awal. kakeknya sendiri adalah pemilik sekolah besar ini.
"Iya bang, gue minta maaf."
"Seharusnya kamu bersyukur"
Kkrett....
"Permisi pak, tapi disini saya yang bersalah." Tiba-tiba muncul Yeri di ruang itu. Jungkook mengedipkan matanya beberapa kali, agak tidak percaya dengan sosok disampingnya.
Seokjin? Dia tidak terlalu kaget. Sudah berkali-kali Yeri masuk ke ruangannya. Dia hanya diam. Kalau Yeri pembuat masalah disini...itu sudah biasa. Sudah puluhan kali mungkin dia duduk di kursi yang ditempati Jungkook saat ini. Padahal Kim seokjin itu bukan guru BK, tapi Yeri lebih sering menghabiskan waktu untuk berdebat bersamanya.
Sekolah mana mungkin mengeluarkannya. Bahkan kena skorsing saja tidak pernah. murid secerdas Yeri tidak boleh disia-siakan. Tapi kadang gadis itu malas menghitung dan membuat gurunya kesal sendiri.
"Bang Jin, gak marah?" Tanya Jungkook begitu melihat Seokjin yang tidak melontarkan sepatah kata pun.
Seokjin terlihat menghembuskan nafasnya panjang. "Gak ada pilihan lain, kalian bersihin gedung olahraga habis itu gudang."
"Pak—"
"Gak ada penawaran!" Bentak Seokjin dengan profesional.
"Ye....ge-er! Orang mau nanya dimana sapunya. Sapu dikelas udah potek semua buat main."
—
"Yeri, kalo gue udah capek, lu sendiri ya?" Jungkook melakukan sedikit gerakan untuk meluruskan pinggangnya. Dari tadi mereka terus membersihkan, mengepel hingga menyapu bahkan mengelapi jendela tua berdebu yang lama tidak dibersihkan.
"Enggak. Kita ngelakuinnya bareng masa gue sendiri yang tanggung jawab." Yeri mempercepat gerakan tangannya. Sedikit lagi semua jendela ini akan bersih.
"Jatah wanita kan memang harus bersih-bersih. Nanti kalo kita udah nikah masa gue juga jadi bapak rumah tangga?"
"Cocot mu itu terlalu banyak mengeluh, Hyung."
Jungkook melengkungkan bibirnya kebawah. Dia tidak suka dengan bersih-bersih. Tapi masih tetap menyapu lantai gedung itu.
"Tapi seru juga ya, ngerjain ciwi-ciwi kang's gosip. Gue paling suka pas cewek yang poninya mirip Dora itu manggil-manggil emaknya."
"Oh, Lisa?" Jungkook mengangguk mesti baru tahu namanya.
"Makasih Yeri, dah lama banget gue gak ngerasa sepuas ini. Terakhir seneng pas di sma yang dulu, ngebully cupu."
Yeri menoleh. Rupanya Jungkook menyukai hobi keisengannya. Ternyata juga mereka punya minat yang sama. Tapi kalau Yeri, dia lebih suka iseng dengan siapa saja, dan masih tahu batasan. Dia juga tidak mau tahu tentang kenakalan Jungkook sampai dipindahkan jauh-jauh ke sini.
"Lain kali kita bikin yang lebih parah lagi gimana? Sekalian biar mereka pada pingsan. Hahaha...." Gelak tawa Yeri terdengar menggelegar di ruang besar itu.
Jungkook mengangkat ibu jarinya, lalu mengedipkan satu matanya. "Ok!"
"Hhh, akhirnya selesai juga..." Yeri menghela nafas panjang. Melihat gedung olahraga ini yang sudah berkilau bersih. Sekarang mereka tinggal menyelesaikan misi di gudang.
Tuk....tukk....
"Kook? Tungguin gue dong." Kata Yeri mempercepat gerakannya memasukkan alat-alat kebersihan yang mereka gunakan ketika mendengar langkah kaki Jungkook mulai menghilang.
"Gue masih di sini yer." Ucap Jungkook masih ditempat semula. Di belakang Yeri.
Gadis itu kebingungan. Ah, mungkin saja telinganya salah dengar. Pasti itu suara orang lain. Tapi suaranya sangat jelas dan disini hanya ada mereka berdua.
"Kenapa yer?" Laki-laki itu menyentuh pundak si gadis. Karena dia malah berhenti.
"Eung....gak papa, yuk ah." Yeri berjalan lebih dulu, memimpin Jungkook yang mungkin belum tahu letak gudang.
—
"Ini taruh mana?"
"Situ!"
"Kursi-kursi yang masih bagus?"
"Sampingnya!"
"Matras yang gak kepake?"
"Tinggal di susun terserah lo aja, menting rapi! Gak usah banyak nanya!"
Dari tadi Jungkook terus bertanya pada Yeri. Padahal Yeri sendiri sedang sibuk menghitung jumlah kursi dan meja yang rusak, dan hitungannya langsung buyar begitu Jungkook bertanya.
"Ya mana tau, gue kan murid baru. Liat isi gudang aja baru kali ini." Celetuknya lesu. Membersihkan gedung saja dia malas-malasan, apalagi membersihkan gudang yang isinya lebih banyak dan sempit.
Seluruh ruangan itu hanya berisi umpatan Jungkook yang tak membantu.
"Kook, gercep dikit lah. Ini tinggal nyapu debunya aja. Habis itu kita balik kelas!" Yeri geram sendiri dengan gerakan lamban Jungkook yang dibuat-buat.
Setelah itu dia mengambil alih sapu Jungkook dan menyelesaikannya sendiri agar lebih cepat. "Pejantan kemayu" gerutu Yeri.
"Alhamdulillah, kelar juga"
"Yeri, stay dulu ya?" Jungkook duduk di lantai bersih gudang. Tangannya menahan Yeri dengan kencang sehingga Yeri tidak bisa keluar untuk pergi ke kelas.
"Kenapa?"
"Mending bolos aja. Mereka gak bakalan tau kalo kita udah bersihin semuanya." Jawab Jungkook santai. Dia masih mau bermalas-malasan disini.
"Kita? Keknya cuman gue yang bersihin gudang"
Jungkook terkekeh tanpa suara menampilkan gigi kelincinya. Menarik tangan Yeri yang tadi dia tahan dengan kencang. Sampai membuat gadis itu hampir terjungkal dengan keras. Untung jatuhnya ke pangkuan Jungkook. Heran, apa paha laki-laki itu tidak merasa sakit kejatuhan tubuh Yeri.
Yeri membenarkan duduknya, sedikit menjauhi si anak kelinci itu.
"Betul Kook, bolos lebih enak."
"Enakan lagi kalo gue bisa berduaan lebih lama sama Lo."
Yeri menampar pelan pipi Jungkook. Enak sekali mulut orang ini kalau bicara. Pasti akhirnya akan menjurus ke yang tidak-tidak. Tapi sesudah itu...
Brakk.....kltek...
Pintu besi itu tertutup dengan sendirinya. Bahkan suara kuncian terdengar dari luar. Refleks keduanya berdiri untuk mengecek apakah mereka benar-benar dikunci oleh seseorang.
Yeri panik seketika.
"Loh? Anjir kenapa gabisa dibuka??" Jungkook ikut panik begitu mengobrak-abrik gagang pintu dengan cepat dan berkali-kali.
"Yeri, telepon orang siapa aja!" Perintah Jungkook dengan cepat. Yeri langsung mematuhinya, tapi sayangnya begitu dia merogoh saku seragamnya, tidak ada ponsel. Ketinggalan.
Keduanya panik luar biasa. Saling pandang dengan tatapan tidak percaya.
Jungkook tarik ucapannya kalau dia ingin bersama Yeri lebih lama. Bukan ini juga keinginannya.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
WonderFool | Jungkook Yeri
FanfictionJujur saja aku bodoh dalam membuat deskripsi. Mohon jangan dicolong, ini hasil pemikiran sendiri.