"Umi! Laila beneran dateng nggak ke Rumah Sakit?" tanya Alexa yang berdiri di belakang Umi, ketika memasak.
"Kamu ngeremehin orang yang ngandung dia 9 bulan?"
Alexa langsung cemberut. Ia menoleh ke arah Dean yang terlihat sibuk membantu Umi.
"Laila pergi kesana, percaya deh sama gue." timpal Dean.
Alexa kemudian duduk di kursi sambil menopang dagu. "Kalau yang Umi bilang bener, terus apa yang buat mereka jadi berantem?"
"Kenapa lo penasaran kesana sih? Mereka berdua bisa berantem malah untuk hal yang nggak penting. Contohnya masalah bubur di aduk sama nggak di aduk, adalah hal paling nggak penting yang selalu mereka ributin."
Alexa menghela napas.
"Bukan itu D. Kalau masalah remeh temeh, Laila nggak mungkin sengaja ngehindar. Dia yang ada malah ngamuk-ngamuk sampai mulutnya berbusa maki si Abdi. Kali ini kayanya lebih serius deh."
"Kalaupun iya, nanti lo jangan recokin Laila dulu karena rasa penasaran lo itu. Tunggu aja sampai dia cerita sendiri."
Alexa lagi-lagi menghela napas. "Umi beneran nggak tau?"
Umi menggelengkan kepalanya.
"Ah, Laila nggak bakalan cerita ke Umi sih, soalnya Umi pasti lebih belain Abdi."
Bragh!
Umi menggebrak pisaunya ke tatakan dan langsung menoleh ke arah Alexa. Alexa yang di tatap sinis oleh Umi, langsung berdiri dan segera berlari meninggalkan dapur.
"Haah.. Untung yang datang cuma Alexa. Umi nggak sanggup kalau semuanya pada ngumpul."
Dean malah terkekeh.
"Bisa yah, kamu tetep kalem meski gaul sama mereka."
"Aku malah udah banyak berubah semenjak kenal sama mereka, Mi."
Umi melirik Dean sambil mengerutkan dahinya. "Umi nggak bisa bayangin sependiem apa kamu dulu."
💙
"Mas Keenan ikut ke rumah kan?" tanya Abdi, saat mereka sedang berjalan menuju parkiran.
"Dean nginep di rumah kamu?"
"Iya."
"Kalau gitu, Mas pulang aja nggak apa-apa?"
Abdi menghela napas, terlihat seperti kecewa.
"Mas harus terbang ke Pontianak besok pagi."
"Kan bisa pergi dari sini."
Keenan menghela napas. "Yaudah, Mas antar kamu pulang."
"Nggak usah Mas, langsung pulang ke Jakarta aja. Abdi pulang bareng aku aja."
Abdi melirik kepada Laila, dan Laila melotot seolah memberi kode kepada Abdi untuk membiarkan kakaknya pergi.
"Makasih ya Le, Mas banyak banget hutang budi sama kamu." ujar Keenan seraya menepuk pundak Laila.
Keenan kemudian kembali melirik Abdi.
"Mas pulang yah, kunci mobil sama berkas penting dari polisi ada di tas. Nanti kalau udah enakan, kamu bisa bawa mobilnya kesana. Terus jangan lupa nanti lusa bawa hasil CT Scannya."
"Nggak usah diingetin kaya gini, aku bukan anak kecil lagi."
Keenan menghela napas panjang, lalu melirik ke arah Laila.
"Le, tolong ingetin yah. Dokter bilang, dia bakalan linglung beberapa hari ke depan."
"Iya, Mas."
Mereka akhirnya tiba di depan mobil Laila dan Keenan menepuk pundak Abdi. "Mas pulang ya, obatnya jangan lupa di minum. Biar pas ketemu Papah sama Mamah nanti nggak keliatan kaya orang sakitnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Laila, Nikah yu! (Revisi)
RomansaMarwan Abdi Pradipa, atau yang akrab dipanggil Abdi dan kadang-kadang Mawar, adalah sosok playboy bersertifikasi yang sedang mencoba untuk bertobat. Alasan dia bertobat adalah satu, dia jatuh cinta kepada Laila dan ingin menikahinya. Namun perjuanga...