18. Kesempatan Kedua.

1.6K 88 78
                                    


🌺🌺🌺

Keadaan rumah tangga Isma dan Dito mulai membaik. Isma masih memaafkan dan mencoba mengukir lembaran baru bersama suaminya.

Perasaan Ibu mertua yang harus dia jaga juga perasaan cintanya kepada sang suami menyuruhnya untuk bertahan.

Isma menguatkan hati dan menganggap kelakuan penuh aib suaminya hanya kenakalan usia muda yang minta dipuaskan, apalagi Dito adalah suaminya dan Isma lebih berhak daripada siapapun untuk memilikinya. Tidak juga Isna dan juga Dita.

Dito tentu merasa bahagia, apalagi Isma hanya meminta satu syarat yaitu kejelasan keberadaan Dita. Bila benar Dita anaknya maka Isma meminta agar Dito bertanggung jawab sepenuhnya layaknya seorang Bapak dengan tidak menikahi Isna tentu saja.

Dito menyanggupi dan tidak banyak menuntut. Isma masih mau berada di sampingnya saja dia sudah merasa sangat beruntung.

Bagi Isma Dito suaminya, miliknya selamanya. Untuk kali ini, dia akan bersikap egois untuk kebahagiannya sendiri.

Hari-hari pun berlalu. Perlahan ketegangan mereka mulai mencair. Isma sudah mau diajak bersenda gurau atau mendengarkan segala keluh kesah suaminya.

Sikap Dito pun melunak. Kini dia mencoba menekan segala emosi yang biasa dia luapkan kepada Isma dengan mengajak istrinya berbagi beban dan ternyata itu lebih melegakan daripada harus teriak-teriak dengan otot leher.

Isma tak banyak membantu memberi solusi karena nyatanya dia juga tidak tahu ranah pekerjaan sang suami namun sebisa mungkin dia menjadi pendengar yang baik atau memberikan pijatan di pundak sang suami untuk merilekskan pikiran Dito. Hal itu cukup ampuh membuang emosi dan mengembalikan semangat Dito kembali.

Dito berjanji akan membuat bahagia Isma kali ini.

🌸🌸🌸

"Assalamualaikum," Dito mencoba membuka pintu namun terkunci.

Mengambil kontak mobil dari saku celana bahannya, Dito mencari kunci pintu yang tergabung dengan kunci mobil.

"Dek," Perlahan Dito kembali mengunci pintu. Merasa aneh karena terdengar suara grasak-grusuk dari arah ruang keluarga.

Dito meletakkan tas kerjanya di kursi ruang tamu dan berjalan mendekati suara.

Langkah kakinya mengendap, jaga-jaga siapa tahu yang di dalam ruang keluarga adalah pencuri?

Saat melangkah lebih ke dalam, tatapannya tak sengaja menangkap sebuah vas bunga kecil di atas meja ruang tamu. Otaknya bekerja untuk menggunakan benda itu sebagai alat membantai sang pencuri.

Tiba di ruang keluarga, Dito hendak melemparkan vas bunga ke pelaku keributan, namun justru tubuh Dito kaku melihat pemandangan yang tersaji.

Seorang wanita mungil hanya memakai tanktop dalaman dan celana dalaman sebatas paha dengan tangan kiri bertolak pinggang sedang tangan kanannya memegang sapu ijuk membelakanginya.

Dito terhenyak, ternyata tubuh istrinya sangat menggoda. Kulitnya putih bersih, tubuhnya ramping sangat ideal dengan tinggi Isma yang hanya seratus enam puluh kurang. Dito taksir berat badan istrinya hanya dikisaran empat puluh enam kilogram. Pas menurut Dito tidak besar dan tidak kurus. Proporsional.

Kaki jenjang Isma sangat putih, karena selalu tertutup gamis atau rok panjangnya. Rambut Isma yang hitam di ikat dan di cepol di atas menampakkan leher jenjang yang seakan memanggil Dito mendekat dan meminta untuk di cumbu. Jangan lupakan salur-salur rambut yang telah keluar dari ikatannya membuat kecantikan Isma terpancar alami. Dito serasa tak percaya, di balik balutan baju gamis istrinya tersimpan keindahan tubuh yang sempurna.

Pebinor Bucin.(Sudah Tamat di Kbm-app) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang