Miyu, baru saja mengedipkan mata ketika segerombolan angin lembut menerpa rambutnya dan membuat beberapa helai rambutnya menari-nari.
Musim gugur yang ia nantikan akhirnya datang. Perasaan senang saat memikirkan memiliki beberapa hari libur bekerja saat hari mendadak mendung dan hujan membuatnya agak terhibur.
Gadis bernetra hijau hazel itu merapihkan anak rambutnya selepas bermain bersama angin. Sekali lagi, ia memeriksa apakah berkas-berkas penting yang harus ia bawa ke kantor sudah aman di tas kecil putihnya yang ia bawa atau tidak. Lalu setelah merasa aman betul, gadis itu menyebrangi jembatan zebra cross dan masuk ke kantor tempat ia bekerja dengan percaya diri.
°°°
Orang bilang, jodoh pasti tak akan kemana. Betul. Baru saja Miyu merasa percaya diri saat masuk ke kantor menyerahkan berkas-berkas pentingnya, namun takdir buruk mempermainkannya. Bos-nya tak bisa datang hari ini karena harus menemani istrinya shopping. Wah, sepertinya Miyu memang sudah berjodoh dengan takdir buruk.
Contoh kecilnya; sejak awal masuk kantor, Miyu selalu mendapat jadwal lembur yang bertepatan dengan hari libur—padahal ia sangat butuh hari libur—atau pada saat acara jalan-jalan kantor, karena ia terkadang ceroboh ia sering tertinggal bus dan sampai saat ini, orang-orang selalu memeriksanya setidaknya 2 kali saat bus kantor akan jalan.
Gila kan? Betapa Miyu berjodoh dengan sebuah takdir buruk.
"Eh, Miy. Divisi kita dapet anak baru. Cowok cyiin!
"Ganteng abis!!"
Miyu agak tertegun. Lelaki tampan yang dipikirannya dan sahabatnya—Kim Rain—sangat jauh berbeda. Karena Rain adalah tipe gadis yang sangat mudah jatuh cinta, tidak seperti dirinya yang sulit untuk menerima sesuatu seperti itu.
"Pikirin tuh Jungkook, ngapain lo gosipin cowok laen," sarkas Miyu sambil mendudukan pantatnya ke atas kursi di bilik mejanya.
Rain yang tak gentar mendengar nada sarkas yang diucapkan Miyu—karena terbiasa— mendatangi bilik gadis itu sambil duduk di atas meja Miyu yang rapih. "Eh serius gue! Dia di duduk di depan meja lo. Sekarang dia masih di ruang HRD. Kalo ga percaya, lo liat aja nanti sendiri. Jangan nyesel!" katanya lagi dengan heboh.
Miyu tertawa konyol mendengarnya. Sudah dibilang, Miyu tak peduli pada lelaki manapun.
"Udah-udah sono ah, berisik!" Miyu mendorong Rain untuk keluar dari bilik mejanya.
"Ish, yaudah."
Miyu kembali tersenyum. Setidaknya di harinya yang suram, ia memiliki Rain yang mendongkrak senyumnya.
Miyu kemudian kembali sibuk menyalakan PC kantor, dan memasukan uname beserta password milik komputernya.
Bosan menunggu proses booting, ia pun iseng menatap ke sekeliling kantornya yang luas, dan pandangan matanya jatuh tepat saat mata indah seorang lelaki juga sedang menatapnya selama sepersekian detik.
Deg deg
Lelaki itu berjalan dari pintu dan mata Miyu tak bisa terlepas dari jeratan ingin-terus-menatapnya dari bilik mejanya. Lelaki itu kemudian ia ketahui duduk di depan mejanya, tepat di depannya.
Selama beberapa detik, Miyu kemudian sadar telah memandangi lelaki itu terlalu lama karena matanya yang panas akibat lupa berkedip. Saat matanya mencoba melirik lelaki itu lagi, lelaki itu juga menatapnya dengan raut wajah penasaran. "Ada yang bisa saya bantu?"
Suara lelaki itu terdengar berat sekaligus mendebarkan bagi Miyu. Entah. Biasanya, mau seribu atau seratus juta kali ia dijodohkan oleh lelaki manapun, ia tak bisa menyukai para lelaki-lelaki itu. Tapi, lelaki ini. Hanya dengan suara dan tatapan matanya saja, membuat Miyu diam tak berkutik.