Saat ini, Alesya sudah berada di dalam ruangan Arta dengan memakai kursi rodanya.
Dari sana, Ia melihat banyak sekali selang yang hinggap di tubuh Arta membuat Alesya sakit melihatnya. Seperti ada yang menyayat hatinya menggunakan pisau yang sangat tajam.
Dengan perlahan, Ia memajukan kursi rodanya menghampiri brankar yang di atasnya terdapat Arta yang sangat nyaman memejamkan kedua matanya.
Kemudian Ia mengambil salah satu tangan Arta yang terdapat alat detak jantung di salah satu jari milik Arta.
Alesya mencium tangan itu dengan sangat lama membuat setetes cairan bening jatuh dari matanya.
"Hai.." Ucapnya serak.
"Kenapa Kamu nyelamatin Aku?" Tanyanya pada Arta walaupun tak akan di respon oleh Arta.
"Seharusnya Aku yang sedang berbaring di sini.. Kenapa harus Kamu, hmm?"
"Cepat bangun ya.. Aku sayang Kamu" Ucapnya sambil terisak karena tak kuat menahan tangisnya sedari tadi.
"Tolong bangun.. Kamu gak kasian sama Aku? Aku nangisi Kamu tanpa henti di sini.. Kamu sayang Aku kan, Ta? Bangun ya!! Aku kangen Kamu!!"
"Kalo Kamu bangun, Aku akan janji sama diri Aku sendiri gak akan pernah ninggalin Kamu.. Aku janji itu, Ta!! Aku janji!!" Setelah mengucapkan itu, Alesya kembali mencium tangan Arta dengan sangat lama.
Kemudian ia menatap wajah Arta yang penuh lebam dengan air mata yang menumpuk di pelupuk matanya.
Dengan perlahan, tangan terulur.. menyentuh lebam yang terdapat di wajah Arta.
"Sakit ya?" Tanyanya lagi saat menyentuh lebam di wajah Arta.
"Bagi rasa sakit Kamu ke Aku, Ta.. biar Aku merasakan juga apa yang Kamu rasakan"
"Aku sayang Kamu sungguh!!" Ucapnya dan langsung memeluk tubuh Arta.
Alesya menangis sejadi-jadinya di dada bidang milik Arta. Ia tak kuat menahan rasa sesak yang terus bertambah di dalam hatinya. Seperti ada batu besar yang berusaha menghancurkan hatinya.
Tanpa Alesya sadari, Arta juga meneteskan air matanya, walaupun matanya masih terpejam.
•••
Kini sudah hari kelima dimana Arta koma.. dan Alesya tentu sudah di perbolehkan untuk pulang, bahkan Ia sudah masuk sekolah seperti biasa.
Namun, kali ini ada yang berbeda dengan gadis itu di saat baru masuk sekolah lagi setelah izin tiga hari yang lalu.
Gadis itu terlihat tak bersemangat untuk hidup, Ia bahkan sering terlihat melamun dan berubah menjadi pendiam.
Sama dengan yang sekarang ini, Kini Ia sedang berada di kantin bersama ketiga sahabatnya, yaitu Letta, Sila dna juga Stella.
Letta, Sila dan Stella hanya menatap sendu ke arah Alesya yang sedang mengaduk-aduk makanannya saja tanpa berniat untuk memakannya.
Letta menghembuskan napas beratnya, Ia sudah melakukan berbagai macam cara untuk menghibur Alesya. Namun, gadis itu seakan tidak tertarik dan pergi meninggalkan Letta, Sila ataupun Stella saat mereka bertiga mencoba untuk menghibur dirinya.
"Sya.." Panggil Letta lembut. Namun, Alesya tak menghiraukannya Ia masih sibuk mengaduk-aduk makanannya sambil menatap lurus ke depan.
"Sya.." Panggil Sila sambil menyenggol lengan Alesya yang berada di sebelahnya.
Alesya tersadar dan langsung menoleh ke arah Sila. "Lo dari tadi di panggil letta" Ucap Sila menjelaskan, itu membuat Alesya mengalihkan pandangannya untuk melihat ke arah Letta.
"Lo gak makan, makanan Lo?" Tanya Letta pada Alesya.
Itu membuat Alesya menundukkan wajahnya menatap ke arah sepatunya. Membuat Letta merasa bersalah dibuatnya.
"Sya?" Panggil Letta sekali lagi. Bukannya menjawab Ia malah beranjak pergi dari tempatnya, membuat ketiga sahabatnya menatap satu sama lain
"Kita harus gimana?" Lirih Letta pelan, tetapi masih dapat di dengar oleh Sila dan Stella.
Sila dan Stella hanya menghembuskan napas beratnya, mereka berdua tidak tahu harus berbuat apa.
•••
Kini Alesya sedang berada di rooftop sekolahnya, tempat yang pernah manjadi saksi bahwa Arta yang memintanya untuk selalu dekat dengannya.
"Arghhh!!!" Teriak Alesya tak kuat menahan semua sesak yang Ia tahan selama ini.
Ia meluruh ke bawah.. kemudian menjambak rambutnya dengan kasar sambil terus terisak.
"Ini semua salah Gw!! Harusnya Gw yang koma bukan Arta!!!" Teriaknya histeris.
"Arghhh!!"
"Lo bodoh Sya.. Lo bodoh!!"
"Gw benci diri Gw sendiri!!"
"Kenapa.. hiks, kenapa seperti ini Tuhan?!! Tolong sudahi semuanya!! Tolong bangunkan Arta!!!"
"Hiks, kenapa semuanya seperti ini?! Alesya mohon.. hiks bangunkan Arta.. biar Alesya yang akan pergi, jangan Arta, Tolong tuhan!!"
Tanpa Alesya sadari, ada sebuah bayangan yang selalu memantaunya dimana pun Ia berada. Bayangan itu dapat mendengar semua jeritan Alesya dan apapun yang Alesya lakukan, Ia juga menatap sendu kepada Alesya.
Dengan perlahan, Ia menghampiri Alesya, kemudian berjongkok di hadapan Alesya dan segera memeluk tubuh Alesya. Ia meneteskan air matanya ketika mendengar isak tangis Alesya yang semakin kencang.
•••
Jangan Lupa Vote And Komen !!!
KAMU SEDANG MEMBACA
•Arta✓[OnGoing]•
Novela Juvenil•Bagi Alesya, Arta Adalah Cowok Yang Berbeda, Arta mempunyai Daya Pikat Tersendiri Yang Membuat Alesya Penasaran Atas Kehidupan Arta• •Bagi Arta, Alesya Adalah Cewek Aneh Yang Pernah Arta Kenal Di Sekolahnya, Dia Menyebalkan, Suka Mengganggu Ketenan...