♛13♛

141 17 13
                                    

ℕ𝕖𝕨 ℤ𝕖𝕒𝕝𝕒𝕟𝕕 𝟘𝟞.𝟘𝟘 𝕒𝕞

Embun pagi terasa menyejukkan hati pagi itu, udara dingin menyapa Hoyoung ketika ia membuka pintu balkon kamarnya.

Suara kicauan burung terdengar dibalik rimbun pepohonan. Sesekali angin bertiup dan menerpa wajah sang empu.

"HOYOUNGGGGG, MORNINGGGGGG" suara teriakkan dari bawah sana membuat Hoyoung melihat seorang laki-laki yang tengah melambaikan tangannya.

Itu Donghan, tetangganya yang juga berasal dari negara yang sama. Menyapa Hoyoung dengan anjing yang tengah ia ajak berjalan-jalan.

"PAGIIII DONGHANNNNN" balas Hoyoung.

Hoyoung masuk kedalam rumahnya dan beranjak ke dapur untuk membuat segelas susu hangat.

Setelah itu ia kembali menuju balkon kamarnya, ia meminum susu sambil menikmati udara pagi itu.

Ini sudah memasuki tahun kedua Hoyoung meninggalkan adik-adik dan juga kakaknya.

"Kak Dongheon apa kabar ya?" tanya sambil menatap sinar mentari pagi.

Yang terakhir kali ia lihat, Dongheon tersenyum dan kemudian beranjak tanpa mengatakan sepatah katapun.

"Kangen Minchan, dia gimana keadaannya ya?" tanyanya lagi.

"Gyehyeon? Yeonho? Yongseung? Kangmin? Mereka apa kabar ya?"

Seorang perempuan dengan rambut tergerai tengah berdiri di ambang pintu kamar Hoyoung.

"Young" panggil perempuan itu.

Hoyoung berbalik dan menghampiri si perempuan.

"Kamu ngapain disini?" tanya Hoyoung.

"Disuruh tante, katanya dia gak di rumah. Aku disuruh bikinin kamu makanan" jawab perempuan itu, panggil saja Elly.

"Yaudah sana, aku juga udah laper" kata Hoyoung.

Elly lalu beranjak menuju dapur, dan membuat sarapan untuk Hoyoung.

"Kamu gak bisa nerima aku ya?" tanya Elly disela-sela sarapan mereka.

"Gak, aku udah cukup nurutin banyak kemauan mereka" jawab Hoyoung dingin.

Elly hanya menundukkan kepalanya, dia bahkan tak bisa menyentuh hati Hoyoung.

Elly hanya menundukkan kepalanya, dia bahkan tak bisa menyentuh hati Hoyoung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selamat pagi pak yeonho" sapa sang sekretaris pribadinya -Mina.

"Pagi Mina" balas Yeonho dengan senyumnya.

"Pak, banyak berkas yang harus bapak tandatangani, dan nanti kita akan mengadakan meeting penting dengan Shin crop's" ucap Nina.

"Baik terimakasih, kamu atur saja jadwalnya" kata Yeonho.

"Baik pak, saya permisi"

Mina lalu meninggalkan ruangan bos-nya itu.

Yeonho menghela napas, ia mendudukkan dirinya di kursi.

Ia menatap sebuah figura kecil yang menghias meja kerjanya. Sebuah foto yang berisikan tujuh orang laki-laki dengan senyum mengembang seolah tak ada beban.

"Kalian apa kabar? Kangmin? Kamu baik-baik aja kan?" tanyanya sembari menatap figur Kangmin yang tersenyum gemas.

Perlahan air mata Yeonho turun.

"Kak Gyehyeonnnn, huhuhu kangen kakak" gumam Yeonho disela isak tangisnya.

Ia sekarang menjadi CEO diperusahaan sang ayah dengan berat hati dan keterpaksaan.

Ia ingin kembali bersama kakak-kakak dan juga adiknya.

"Kapan ya bisa ketemu lagi?" tanya Yeonho.

Matanya menerawang kearah langit-langit.

Matanya menerawang kearah langit-langit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kak" panggil Chanee.

"Iya kenapa?" tanya Dongheon.

"Kakak yakin mau ngundurin diri?"

Dongheon senyum, "iya dek"

"Gak bisa gitu kakak bertahan aja?" Chanee lesu.

"Kakak udah ada kerjaan yang lebih baik dan gajinya mencukupi"

Chanee jadi makin lesu, Dongheon lalu meluk Chanee.

"Gak usah sedih, lagian kan kamu masih ada Youngjo sama anak baru itu" kata Dongheon menenangkan.

Chanee akhirnya nangis juga, yaa walaupun dia gak sedeket itu sama Dongheon dia ngerasa kehilangan. Karena keduanya udah kerja disana selama beberapa tahun. Keren.

"Kamu udah gak usah sedih, kalau ada waktu kakak bakal kesini kok" ucap Dongheon.

"Kakak jangan lupain aku yaa" ucap Chanee lirih.

"Kakak gak akan lupa sama kamu kok"

Kehidupan Dongheon berubah, hanya beberapa. Ia meninggalkan rumah kontrakan itu dan mencari kontrakan lainnya, ia juga keluar dari pekerjaannya dan memutuskan untuk berhenti kuliah.

Kadang, setiap malam. Ia sering merindukan keenam adiknya. Dan terkadang juga ia selalu mendengar suara adik-adiknya berdebat dan bertengkar kecil. Dua tahun sudah berlalu, namun Dongheon masih berada dalam bayang-bayang masa lalunya yang kelabu.

Masih dihantui rasa sesal, sedih dan marah. Tak bisa memaafkan dirinya sendiri atas perpisahan ini.

Dan malam ini pun dongheon menghabiskan waktunya untuk menangis sekeras mungkin, menumpahkan segala emosi dan perasaannya.

zfnnn13_

Moment || Verivery ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang