4

370 32 4
                                    

Azka terkejut dengan kedatangan Josh ketika baru saja melangkah ke dalam apartemennya, Azka menarik Josh untuk segera masuk ke dalam karena tidak ingin orang tahu mengenai keanehan pada dirinya.

Azka menutup pintu dan langsung mencium bibir Josh dengan penuh gairah, Josh mengalungkan tangannya pada leher Azka. Mereka ciuman dengan penuh gairah saling bertukar saliva membuat mereka larut dalam gairah.

"Kamu menggairahkan," goda Josh sambil membuka celana Azka.

Azka menikmati permainan lidah yang dilakukan Josh tapi dalam benak Azka adalah Rena yang melakukannya, bayangan Rena yang melakukannya dengan bibir mungilnya. Tidak berapa lama Azka mencapai pelepasannya hanya dengan membayangkan Rena, Josh menatap Azka dengan penuh gairah seketika Azka sadar siapa yang memainkan penisnya.

"Cepat sekali keluar, kamu sudah nafsu ya?," Azka hanya diam tidak menjawab.

Josh berdiri melangkah ke kamar mandi membersihkan cairan Azka di mulutnya, Azka menatap punggung Josh yang masuk ke dalam. Azka menghela nafas panjang setelah pelepasannya dan berarti setelah ini mereka berdua akan melakukannya.

"Kamu mau ke mana?," ketika melihat Josh pakaian rapi.

"Aku hanya ingin memberikan kepuasan saja."

Azka menatap curiga "lantas kamu tidak?."

Josh menggelengkan kepala "aku tahu jika kita selama ini hanya melakukan ini, saling memuaskan dengan mulut tidak memasukkan."

"Apa ingin lebih?."

Josh menggelengkan kepala "aku gak mau kita saling kehilangan hanya karena egois, jika bertanya tentu mau tapi aku tidak akan melakukan jika bukan dari hatimu paling dalam."

"Lantas kamu akan ke mana?."

"Menghabiskan waktu bersamamu dan sekarang bersihkan penis itu, aku akan menyiapkan makan untuk kita."

Azka dan Josh menghabiskan waktu dengan menonton dan makan camilan yang selalu tersedia di tempatnya, tidak jarang mereka saling berciuman dan memuaskan dengan cara seperti sebelumnya.

Azka beruntung bersama Josh karena sangat mengerti dirinya dan rasanya Azka tidak ingin

Azka sudah tidak sabar untuk berdua dengan Rena, rasanya menunggu saat tersebut sangat lama. Permintaan Azka membuat pimpinan perusahaan hanya bisa menghembuskan nafas panjang, apalagi Azka rela gajinya dipotong.

"Hanya demi barang ini rela gaji dipotong, mentang-mentang kaya," sindir Brian.

Azka hanya diam tidak menghiraukan Brian dan berharap pekerjaannya segera selesai, berharap bisa bersama Rena besok dengan alibi membeli kebutuhan studio.

Azka pulang cukup larut karena memang banyak yang harus diselesaikan, sebenarnya bisa saja dirinya sampai pagi tapi mengingat besok dirinya pergi bersama Rena membuatnya mengurungkan niat untuk berada di kantor. Pandangan Azka teralihkan ketika melihat gadis yang akan pergi bersamanya besok masuk ke dalam lift, Rena hanya mengangguk melihat Azka sedangkan Azka hanya diam karena di sana Rena tidak sendiri melainkan bersama temannya.

Azka mengikuti langkah Rena bersama temannya ke lobby yang sudah pasti menunggu jemputan, beberapa teman Rena sudah beranjak meninggalkan Rena seorang diri.

"Nunggu jemputan?," Rena memandang Azka.

"Udah pesan tapi belum datang."

Azka menarik tangan Rena untuk mengikuti dirinya, Azka tahu jika Rena terkejut tapi tidak dihiraukan dan segera dibawa ke dalam mobil.

"Batalkan pesanannya, aku yang antar."

Rena menghembuskan nafas panjang dan tetap mengikuti permintaan Azka membatalkan pesanannya, Azka tersenyum puas melihat Rena mengikuti permintaannya.

Perjalanan hanya ada keheningan karena Azka bukan tipe yang mudah mengajak berbicara lawan jenis kecuali jika sudah mengenal dengan baik, Azka dapat melihat jika Rena tampak bingung dan tidak nyaman tapi dirinya tidak tahu harus berbuat apa.

"Tahu darimana tempat tinggalku?," Rena menatap bingung.

Azka hanya tersenyum "sudah malam turun dan tidur, besok kita menghabiskan waktu bersama."

"Ke mana?."

"Membeli permintaan barang yang kapan itu."

Rena menepuk dahinya pelan "aku lupa minta dana ke bos," menatap Azka sedikit takut.

Azka tersenyum membuat Rena terpana "pakai uangku dan nanti aku yang bicara sama bos kamu David."

Rena mengangguk "terima kasih tumpangannya."

"Besok jam 7 pagi sekalian kita sarapan," Rena hanya mengangguk pasrah.

Azka menatap Rena yang sudah mulai masuk ke dalam rumahnya, sedikit tersenyum melihat bagaimana dirinya terlihat ingin mendekati gadis itu. Rasanya dirinya tidak sabar menantikan hari esok dan sedikit beruntung karena Josh sedang ada kegiatan di luar kota jadi tidak akan bersama pria itu malam ini.

"Bunda pagi-pagi sudah ada di sini," Azka menatap Via yang sudah berada di tempatnya.

Azka memandang langit bahkan matahari baru muncul dan bundanya berada di sini bersama Billy, Azka memilih duduk di meja makan menikmati kopi buatan bundanya.

"Kapan mau kenalin bunda sama cewek kamu?," Via menatap Azka dengan emosi.

"Bunda kenapa ajak Billy ke sini?," Azka mengalihkan pembicaraan "kasihan pisah dari anaknya."

"Gak usah mengalihkan perhatian," Billy menatap Azka tajam.

"Secepatnya akan aku kenalin sama bunda, ini mau keluar sama dia."

"Bunda ikut kalau begitu."

Azka menggelengkan kepala "belum waktunya nanti akan Azka ajak bunda tapi gak sekarang."

"Kalian udah ke ranjang? Bagaimana nikmat? Masih perawan?."

"Bunda," teriak Azka dan Billy bersamaan.

Via tersenyum "bunda hanya ingin tahu gimana cewek kamu di ranjang lebih hot dari bunda gak, karena ayah gak bisa jauh dari bunda."

Azka dan Billy menggelengkan kepala mendengar perkataan Via, Azka mengakui jika keluarganya memiliki pesona yang tidak bisa diremehkan. Selepas kepulangan bunda dan kakaknya, Azka langsung meluncur ke rumah Rena.

"Sudah siap?," Azka menatap Rena bingung pasalnya Rena menunggu dirinya di depan rumah.

"Daripada menunggu lama."

Azka hanya mengangguk lalu sisa perjalanan mereka hanya diisi dengan keheningan membuat Azka sedikit tidak nyaman karena memang Azka ingin tahu lebih banyak tentang Rena.

"Kita beli di mana?."

"Belum tahu," alibi Azka padahal dirinya sudah memesan peralatan itu pada tempat langganannya.

Azka hanya mengajak Masyarakat Rena ke beberapa tempat yang pernah dikunjungi dahulu, dari perjalanan ini Azka menemukan beberapa yang diinginkan untuk kebutuhan pribadi. Rena menatap Azka yang tampak bahagia berada di tempat yang sangat disukainya.

"Ayo kita makan."

"Kita belum menemukan apa yang diminta," tolak Rena.

"Aku lapar."

Azka menggenggam tangan Rena untuk ke tempat makan yang berada tidak jauh dari tempat musik yang mereka kunjungi. Azka menatap Rena yang tidak malu berada di tempat pinggiran, bahkan tampak lahap makan menu yang ada di hadapannya.

"Kalau makan jangan belepotan," Azka membersihkan bibir Rena yang ada sisa sambal dengan jarinya.

Rena membeku atas apa yang Azka lakukan, Azka menyadari apa yang terjadi pada Rena tapi berusaha untuk tidak peduli meskipun dalam hatinya sedikit berdetak kencang.

"Rena, menikahlah denganku."

Perkataan Azka yang tiba-tiba membuat mereka saling memandang, wajah terkejut Rena lebih mendominasi dan juga jantung Azka berdetak semakin kencang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 29, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Gay?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang