Prologue

19 6 0
                                    

Seorang yang sedang memegang senjata mengarahkan itu kearah lawannya, siap untuk melepaskan pelatuknya kapanpun ia mau.

"Haha, kau pikir dengan kau melepaskan pelatuk itu dapat membuat hidupmu akan menjadi tenang? Tidak Hendry kau bodoh sekali. Setelah kau melakukan semua ini hidup mu pun akan sebaliknya menjadi lebih buruk", pemuda itu tertawa renyah dengan menyeringai kearah lawan bicaranya.

"Diam kau sialan! Kau ingin mengancamku? Kau lupa akan status mu, ha?", dia pun mulai membidik pistol tersebut tepat di kepala lawannya.

"Pikirkan baik baik apa yang kau lakukan Hendry. Jika kau tetap melakukan ini akan ku pastikan kedamaian atas istri dan juga bayi mungil mu itu mati sebelum merasakan udara kehidupan, haha lucu sekali".

Deg....

"Dasar bajingan", Hendry pun melepaskan pelatuk dengan tangan gemetaran yang dipenuhi keringat yang sudah ditahan sebelumnya.

Senyapppp tak ada suara, hanya ada nafas yang memburu seperti akan kehilangan oksigen.

"Ha?! Apa-apaan ini!! Argghhh!!" bentak Hendry.

"Hahaha, sekarang bagaimana? Kau lah yang terjebak dalam kebodohanmu itu", lawannya menampilkan senyum licik.

"Diam kau bajingan", deru nafas yang mulai gusar begitupun keringat Hendry yang bercucuran. Ia mencoba melepaskan pelatuk pistolnya berulang kali namun semua tak membuah hasil.

"Semesta kini berpihak kepada ku"
"Berhentilah menjadi boneka bahkan boneka yang dipermainkan pun lebih beruntung daripada kau Hendry" lanjutnya.

Hendry pun melemparkan asal pistol yang tak berguna itu dari tangannya sembari tersenyum dan menaikkan sebelah alisnya.
"Hahaha.... jadi kau pikir kau lebih beruntung? Kau ingin melucu disini? Hey, dengarlah brengsek gunakan otakmu mesti hanya sedikit. Dan jika kau tau, aku melakukan ini bukan atas perintah melainkan kemauanku sendiri".

"Lihatlah si tong kosong ini, dia hanya terus berbicara seakan dirimu paling benar. Aku tau aku tidak akan mati sekarang! Kau hanya bisa mendesak ku dengan pistol kosong peluru itu? Buang buang waktu saja!".

Hendry tak tahan mendengar semua ocehan musuhnya terhadapnya yang kini semakin leluasa menghina nya.

Bughh..

Hendry melayangkan pukulan tepat di pipi sebelah kanan lawannya. Bahkan ia pun mulai menendang perut pria itu sehingga mengeluarkan darah dari mulutnya, dan mencengkram kera lawannya.

"Hahahahha"

Tidak sampai disitu saja ia menonjok lawannya habis habisan dan kini Hendry berada tepat diatas tubuh lawannya. Begitupun musuhnya, yang sudah hampir tergulai lemah dibawahnya.

"Kau pikir dirimu siapa? Kau tak pantas mendapatkan ini semua. Aku tak mau kerja keras ku sia sia" tangannya merogoh saku celananya dan mengeluarkan pisau lipat yang selalu disimpannya anywhere dia pergi.

Hendry beranjak dari atas tubuh lawannya dan ingin memulai aksinya. Sudah lama ia menahan hasrat ini, dan sekarang tidak ingin dia melepaskan mangsanya.

Dengan sisa tenaga yang dimiliki sang lawan, ia hanya bisa merangkak mencoba menjauhi Hendry dengan darah yang mengalir dari hidung dan mulutnya. Dia begitu ketakutan, setelah tau sisi buruk pria tersebut.

"Mau kemana kau tikus kecil? Ayo lah bermain sebentar dengan ku, sudah lama aku tidak bermain-main dengan seseorang. Aku tidak ingin melepaskan mu walau sedetik pun" senyuman mengerikan muncul diwajah Hendry.

Suara balok balok berjatuhan, Hendry melihat kearah balok tebal bewarna coklat muda itu.

"Tidak apa apa kita coba cara baru. Nampaknya kau memperpanjang alur ajal mu".

Dengan cepat Hendry mengambil balok itu, melihat itu lawannya merangkak dengan cepat menuju dinding kecil dekat dengan tabung minyak. Hendry semakin mendekat dengan musuhnya, sehingga tidak akan ada lagi waktu yang akan datang. Tepat didepan musuhnya, dia mulai memukul kaki lawannya agar tidak bisa berjalan ataupun merangkak.

Hendry memulai aksinya, ia mulai menggaris gariskan pisau itu diarea lengan musuhnya seakan akan membentuk sebuah ukiran. Setelah sudah merasa puas, ia pun berpindah menggariskan folding knife itu diarea wajah. Ringisan musuh membuat sang empu menjadi bengis untuk melakukan hal yang tidak tidak.

Disisi lain, ada seseorang yang telah mengintip semua yang telah terjadi melalui celah pintu yang tidak tertutup rapat. Tidak sengaja ia memijak sesuatu yang menimbulkan suara, sehingga Hendry mendengarnya. "SIAPA YANG BERADA DISANA?!!", dia menghentikan aksinya dan menuju kearah pintu dengan berjalan tergesa-gesa. "SIAPAPUN YANG BERADA DISANA, KAU TAK AKAN LEPAS DARI KU, CAMKAN ITU!".

Setelah sampai di pintu dia pun melihat seorang wanita yang telah melihat semuanya dengan wajah pucat pasi, "A-apa yang te-telah ter-jadi?"




671 words for prologue.
Jangan lupa untuk tekan bintang⭐ yg berada dipojok kiri bawah.
Sampai jumpa di chapter selanjutnya, see you😊💗

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 29, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ráche LifèTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang