12. 👈👉

95 26 47
                                    

Jika aku seorang pembunuh. Apa kamu yakin ingin mencintaiku?

_Aku yakin, karena aku tahu kapan kamu melakukannya!!!

***

"Anak sialan itu sudah mati. Tidak ada gunanya lagi kamu mencari dia." Jerit seorang wanita paruh baya membuat suaminya kaget.

"Jangan pernah mengatakan hal itu. Jika tidak sa-ya a-kan...."

Pria itu mengangkat sebelah tangannya. Menatap wanita di depannya dengan tatapan marah, dan ingin menamparnya.

"Ayo, sakiti aku kalau berani." Wanita ini menantangnya dengan keras.

Plak.

Lelaki tadi melayangkan tamparannya, membuat sang wanita menatap tajam.

"Kamu tampar aku?"

"Iya, saya melakukannya karena anda sudah keterlaluan."

Ando mengintip dari sudut pintu. Baru saja ia ingin pulang ke rumah, namun setelah melihat kejadian itu dia merasa enggan.

"Kalo begitu tampar aku lagi. Tampar mas! Ayo, tampar terus tampar. Tampar yang banyak supaya kamu puas." Teriak Riana di depan wajah Glen.

Riana dan Glen adalah orang tua Ando yang terkenal dengan harta melimpah ruah.

Dari seberang sana, hati Ando merasa teriris. Ando mulai geram dengan tindakan KDRT di dalam keluarganya.

"Berani kamu melawan titah saya." Glen menaikkan tangannya, memberikan tamparan untuk kedua kalinya.

Plak.

"Ando," jerit Riana ketika melihat anaknya tersungkur akibat tamparan itu. Ando datang untuk menghalau rasa sakit yang hampir ibunya dapatkan lagi.

Glen langsung membungkukkan badan sambil berniat mengecek keadaan Ando.

"Jangan sentuh anak ku!" Riana menepis tangan Glen dengan kasar sambil membentaknya dengan keras. Glen hanya terdiam mendengar Riana yang melarangnya untuk mengkhawatirkan anaknya sendiri.

"Ando, apa kamu baik-baik saja?" Tanya Riana memegang pipi Ando yang sudah memerah.

"Jangan pedulikan aku, jika kalian masih terus bertengkar." Ucap Ando menepis kasar tangan Riana.

"Mau pergi kemana kamu?" Tanya Glen emosi saat melihat Ando yang sudah berdiri dan kini hendak pergi lagi tanpa pamit.

"Balapan. Daripada di rumah suntuk. Ando malas melihat kalian yang terus bertengkar. Suasana rumah rasanya panas, seperti di neraka."

"Jangan melangkah sedikit pun atau kamu akan saya usir." Ancam Glen kepada Ando.

Mata Ando terkejut saat mendengar perkataan papanya. Lebih baik ia ditusuk oleh belati, daripada harus mendengar ayahnya berucap kata najis itu.

Ando lebih memilih disakiti dengan cara apa pun asalkan jangan soal diusir. Tentunya, Ando merasa paling tidak berharga ketika sang ayah sudah mulai ikhlas melepasnya tanpa beban.

SUBSTITUSI (Sudah Terbit✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang