5th Event: Serigala Berbulu Domba (Bagian 6)

84 27 1
                                    

"Itu tergantung. Jujur aja, gue malah sekarang mulai penasaran, siapa lo sebenarnya?" David memberikan tatapan waspada, aku rasa ini adalah insting alaminya ketika merasakan ada sesuatu yang aneh.

Aku bukannya bermaksud kalau diri ini aneh atau semacamnya. Hanya saja, kecurigaan David bisa dibilang terlambat sekarang. Kalau saja dia bersekutu dengan salah seorang Amemayu Children's, dia pasti akan sedikit curiga padaku saat pertama kali berhadapan secara langsung.

Mengingat kalau dirinya sama sekali tidak menyinggung lagi hal itu, aku bisa menurunkan presentase David menjadi yang paling minimal di antara mereka. Kalau melakukan proses eliminasi, aku bisa membuang Yurina dan David sebagai Amemayu Children's.

"Apa maksud pertanyaan lo barusan?"

"Yah, soalnya lo enggak kayak gue sama orang-orang cupu di Kelas F, lo sepertinya beda," ungkap David meski berusaha menampilkan sikap tak acuhnya.

Entah apa yang menjadi standar bagi David sehingga bisa menilai seseorang itu berbeda dari yang lain. Di kepalaku dirinya memiliki pandangan tinggi pada seseorang yang bisa mengalahkannya dalam adu fisik, sehingga akan wajar kalau dia memiliki ekspektasi berbeda terhadapku.

"Lo bisa dapat nilai 100 di ujian harian matematika. Lo juga bisa nahan tendangan gue waktu itu. Apa lo beneran masih kelas 1 SMA?"

Hei, seharusnya aku yang bertanya seperti itu padamu. Mana ada siswa SMA yang mempunyai tendangan yang cukup keras sampai-sampai membuat tanganku mati rasa. Bisa dikatakan kalau keberadaan David di sekolah ini adalah gambaran bahwa orang biasa juga bisa memiliki fisik kuat tanpa harus mengikuti program khusus, atau mungkin dia melakukannya?

Aku hanya menyipitkan sedikit mataku untuk merespon pertanyaan tadi. Sungguh, itu bukanlah hal yang harus diperbincangkan sekarang. Bagaimanapun David mau mengetahuinya, aku tidak bisa memberikan jawaban yang sesuai agar rasa ingin tahunya hilang.

"Mending lo pikirin gimana cara lo nanggepin salah satu temen lo yang sengaja bikin kita semua hampir kena dropout," saranku sambil menghembuskan napas lelah, diperhatikan oleh David semakin lama malah menyeramkan.

Dia hanya menampilkan ekspresi seperti orang dungu. Sepertinya tadi aku mencampurkan sedikit gaya bahasa yang tidak biasanya dipakai untuk berbicara dengannya. David tidak mungkin mengerti dengan kalimat panjang, bahkan jika ada perintah berpikir, pasti dia akan mengabaikan maksudnya.

Namun, itu lah yang menarik dari David. Semakin sederhana pikiran seseorang, semakin kurang minatnya untuk mengetahui. Mereka hanya akan mengambil kesimpulan berdasarkan apa yang didengar, lalu menggabungkannya dengan imajinasi idealnya sendiri.

Setelah itu keheningan terjadi cukup lama antara kami berdua. Seharusnya tiga orang lain yang sudah kusuruh tadi sampai kemari. Sayangnya belum ada satu batang hidung pun yang muncul dari balik pintu geser yang terbuka lebar itu.

"Sorry telat."

Suara yang baru saja masuk ke dalam gendang telingaku sukses menghancurkan kesunyian yang tidak lama menyelimuti kami berdua tadinya. Tampak Yurina berjalan bersama dengan dua orang laki-laki Kelas E di belakangnya.

Mereka kelihatan bingung, tentu saja karena pertemuan ini kurencanakan secara dadakan. "Maaf, gue tiba-tiba manggil kalian. Soalnya ada hal yang benar-benar harus gue kasih tau sama kalian."

Aku tidak sepenuhnya berbohong, memang ada sesuatu yang ingin kukatakan pada mereka semua. Untuk alasan mendadak, sebenarnya aku memang sengaja mengabari mereka 1 jam sebelum pertemuan yang ditentukan adalah strategi agar tidak memberikan mereka waktu berpikir.

Jika aku memberitahu mereka satu hari sebelumnya, ada kemungkinan mereka akan mendiskusikan hal ini lebih dulu dan bisa saja salah satu diantaranya memberikan instruksi agar aku sekali lagi masuk dalam perangkap mereka.

Popularitas adalah Segalanya (Vokal)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang